hore SKB dah keluar !


Seperti biasa, mendengarkan radio di jalan, rute Bekasi-Lippo Karawaci, cukup lama. Jadi maklumlah jika banyak berita dapat didengar. Berita pagi tadi dan sore tadi, banyak berita yang memberitahukan bahwa pada akhirnya, surat yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang (!?) telah keluar.

Hore SKB dah keluar !

Sepintas, aku sebenarnya juga ingin memekikkan rasa kegembiraan. SKB, surat keputusan bersama menteri, wah hebat nih. Pasti ini soal yang hebat. Karena bagiku saat ini yang hebat adalah soal kenaikan BBM. Maklum itu khan yang jelas menguras isi kantong. Maklum rute Bekasi – Lippo Karawaci, pakai kendaraan tahun 1994, tahu sendirilah. Kayak apa sukanya dengan BBM. 😦

Jadi aku pikir, ini SKB tentang perubahan harga BBB !

Eh ternyata ini tentang persoalan lain, tentang Ahmadiyah. Jadi SKB ini adalah suatu keputusan pemerintah menyangkut masa depan orang-orang Ahmadiyah. Kenapa begitu, karena katanya bermasalah, yaitu mereka mengaku Islam tetapi punya keyakinan nabi lain setelah nabi besar Mohammad. Jadi orang-orang yang bermasalah terhadap keyakinan.

Check, check, check. Jadi ini tho yang tempo hari diributkan, dan dijadikan dasar alasan legalitas tindakan FPI di Monas tempo hari. Bahkan ini lalu dikaitkan dengan datangnya pak munarman, pemimpin laskyar muslim yang di monas tempo hari, yang sudah beberapa hari ini dicari nggak ketemu. Intinya ingin dinyatakan, jika SKB keluar, maka janjinya mempertanggung-jawabkan kepemimpinannya di monas akan dipenuhi (menyerahkan diri ke polisi). Jadi seakan-akan pak munarman lah yang menyebabkan SKB tersebut gol. Wah hebat deh bapak itu. Tempo hari mengultimatum pak presiden, sekarang setelah pak presiden menjawab tuntutannya, maka nongollah dia. Bisa jadi pahlawan nih !

Pantes itu anak dan istrinya pada bangga.

Itulah fakta heboh yang kudengar hari ini. Ini juga merupakan suatu fakta lagi bahwa bangsa ini merupakan bangsa religius, apalagi itu orang-orang yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menekan pemerintah agar SKB dapat keluar. Gimana lagi, saat ini yang disebut masalah bagiku adalah bagaimana mensiasati harga-harga karena kenaikan BBM tempo hari. Itu merupakan fakta real, sedangkan orang-orang itu benar-benar tangguh, BBM nggak disentuh, tapi yang disentuh tentang keyakinan tentang surga atau hal-hal lain tentang hidup setelah kematian.

Tentang keyakinan seperti itu ? Ah, jadi pengin tahu juga nih. Apa benar ya ?

Eh, jadi ada pertanyaan baru nih, bahwa orang-orang anti ahmadiyah tersebut pada intinya apa sih motivasinya ?

Kalau tidak salah, membaca dari komentar-komentar yang ada, inti utama adalah untuk menegakkan ajaran Islam, terhadap ajaran sesat. Betul khan ?

Pertanyaannya adalah, jika ajaran tersebut dapat ditegakkan, maka itu untuk siapa sebenarnya ? Untuk kebaikan (1) MASYARAKAT ber agama ISLAM  ; atau (2) membela ALLAH TUHAN yang MAHA ESA.

Jadi sebenarnya keluarnya SKB tersebut adalah untuk siapa sih ? MASYARAKAT atau untuk ALLAH.

Terus terang, aku yang orang awam ini jadi bingung. Kenapa ? Karena jika itu untuk masyarakat, maka dari dialog-dialog di radio, ternyata tidak setiap lapisan masyarakat merasa lega, artinya tidak seluruh lapisan umat Islam yang ada di Indonesia ini setuju.

Jika untuk masyarakat, apalagi itu suatu keputusan yang berisiko hukum, diputuskan hanya atas dasar suatu keyakinan, yang mana itu kebenarannya hanya dapat dibuktikan nanti di setelah kematian. Khan suatu yang aneh. Maksud saya begini, orang-orang Akhmadiyah dikatakan sesat, maksudnya sesat khan ada dua, yaitu (1) mengajarkan ajaran sesat yang menyebabkan orang yang mengikutinya jadi tersesat tidak bisa sampai ke surganya orang-orang yang menganggap sesat tadi , atau (2) mengajarkan ajaran sesat sehingga menyesatkan orang-orang untuk berpindah dari agama yang sekarang dianut orang-orang yang mengganggap sesat tersebut. Jadi intinya ada ketakutan dari orang-orang yang sekarang getol menuntut tersebut bahwa umatnya akan berpindah agama. Jika pada pindah, lalu gimana itu, mata pencahariannya sebagai ahli agama bisa terancam dong.

Nggak seperti itu pak, kita ini adalah orang-orang yang membela yang benar, kita adalah pejuang yang membela Tuhan dari yang jahat !

Ah apa pula ini. Yang bener ?

Coba ulangi lagi, kamu-kamu itu membela Tuhan atau membela Agama-mu saja.

Ingat agama dalam hal ini adalah sekumpulan orang-orang dengan suatu keyakinan yang sama, yang bersama-sama hidup di dunia ini, yang keyakinannya dianggap adalah yang paling benar sendiri, sedangkan yang lain adalah tidak benar. Dan ingat, kebenaran yang diyakini itu tak dapat dibuktikan dengan apapun kecuali dengan iman.

Jadi dengan kata lain, maka kebenaran SKB hanya dapat dievaluasi oleh orang yang mengimani benar, sedangkan yang mengimani salah ya jelas itu SKB jadi nggak benar.

Hebat-hebat, ini agama sudah masuk kancah suatu keputusan praktis atas dasar “keyakinan”, dimana kebenaran dari keyakinan hanya dapat diamini oleh orang-orang yang berkeyakinan tersebut. Cek, cek, cek, koq kasusnya pada mirip, jika kemarin blue-energy juga diputus atas dasar keyakinan bahwa air dapat berubah menjadi minyak. Maka sekarang SKB juga diputuskan atas dasar keyakinan juga.

Ah jadi pusing ?

Tapi yang jelas dengan adanya SKB tersebut maka di negeri ini akan bertambah golongan orang yang menderita. Jika sebelumnya adalah karena kenaikan BBM yang menohok langsung kita, khususnya masyarakat bawah (pertama materiil dan akhirnya pasti kena moril juga ), maka sekarang bertambah lagi yaitu golongan Akhmadiyah yang akan menderita (pertama moril dan akhirnya pasti berujung ke materil juga ) karena perbedaan keyakinannya.

Yah begitulah pemerintah yang lemah, yang belum bisa mensejahterakan masyarakat banyak (baru golongan-golongan tertentu saja ) moril maupun materiil.

Semoga setelah 2009 ada pemimpin lain yang lebih baik, yang mampu berpijak atas dasar Pancasila yang mengakui benar bahwa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika, sesuai dengan maksud awal negara ini di dirikan. Ingat Indonesia bukan negara AGAMA, tidak hanya mementingkan kesejahteraan di surga, tetapi juga di dunia.

Semoga.

Penting untuk di baca :

37 pemikiran pada “hore SKB dah keluar !

  1. Dani

    SKB HEBAT EUY….

    Kalau logika saya sih, karena negara ini mayoritasnya beragama Islam dan yang nanti memilih presiden dst juga orang islam, maka engga ada salahnya dong membela pemlih terbanyak. Pembuat SKB itu mungkin secara pribadi juga mungkin engga peduli soal aqidah yg benar atau salah. Tapi faktor kekuasaan -> kesejahteraan -> Uang , utk keturunan mereka saya rasa lebih penting. gitu lho…

    Suka

  2. Andra

    Menteri kita hebat-hebat, keputusannya pun dahsyat.

    Aku sampe ga pernah kepikiran untuk bikin keputusan seperti itu.

    Suka

  3. Dicky

    Keluarnya SKB ini, kalau kita liat kebelakang merupakan suatu rentetan panjang yang perlu dipertimbangkan, yaitu pengrusakan2 tempat ibadah ahmadiyah dibergai wilayah di Indonesia yang dinali keluar dari Islam dan juga masalah Ahmadiyah telah menjadi pembicaraan lama sejak dari orde baru (kalau gak salah berdiri tahun 1971 di Indonesia) bahkan sudah ada SKB yang terdahulu tentang Ahmadiyah dan akhirnya menjadi kulminasi peristiwa di Monas.
    Dari kalangan Islam yang menentang, inti ajaran Ahmadiyah sudah jauh dari Islam sendiri karena Nabi yang terakhir adalah Nabi Muhammad berdasarkan Alquran dan Hadist, bukannya Gulham Ahmad (sorry kalau gak salah), bahkan kalau kita lihat di negeri asalnya Gulham, dia tidak diterima dan di anggap sesat di Pakistan (menurut biografinya dia adalah tukang ketik dari penjajah Inggris: “mohon koreksi kalau salah”) dan banyak juga negara timur tengah tidak bisa menerima Ahmadiyah, termasuk Mesir sudah ada pelarangannya. (Konon Ahmadiyah dibuat dan disponsori Inggris untuk memecah belah umat, “katanya isu”).
    Jadi kalau ada para pendukung Ahmadiyah di Indonesia dan dianggap tidak sesuai dengan UUD 45, tentang kebebasan beragama, tapi apakah akan kita biarkan konflik horisontal dimasyarakat Indonesia tercinta yang lagi carut marut dengan krisis yang berkepanjangan ini?. Dan juga apakah penistaan agama tertentu di lindungi oleh UUD 45 atau demi pertimbangan Ham?. Bagaimana kalau semua agama didunia ada di Indonesia semua, dan departemen agama atau pemerintah sanggup mengelolanya (lima aja udah pusing)?.
    Okay salam dari saya untuk semuanya

    Suka

  4. Danang

    Masih ngurusin tetangga toh wir ? Ada ranah yang bisa kita masuki ada yang gak. Kalau saja semua orang gak usil sama tetangganya, akan tentramlah negri ini. Lagian apa tetangga anda itu, menyerang anda ? mengganggu kehidupan anda? keluarga anda di negri ini ? plz dong ah.

    Suka

  5. usamah

    Penilaian Anda terlalu dangkal dan terkesan menggunkanal logika “dengkul”, maaf ya Pak Wir.

    1. Kita dapat mengetahui/membuktikan kebenaran sekrang pun bisa! Contoh: 1+1=2; Benarkan Pak Wir?Ini bukan ttg anggap-menganggap benar!
    2.Terlalu dangkal jika menganggap ini ttg “priuk nasi”. Dalam islam tidak ada “setoran” atau penebusan kepada kiai atau pemuka agama.

    Kami menjunjung tinggi kebebasan beragama, tetapi penodaan thdp agama harus kita lawan. Contoh: di AS, ada sekte Mormon yg menjadi agama sendiri, keluar dr kristen,karena memang berbeda.

    Logikanya: Kita TIDAk melarang orang membuat rumah tetapi, tetapi lokasi pembuatan rumahnya harus tepat. Jangan membuat rumah di dalam rumahnya orang!!”HAM” dan Pancasila menjamin kebebasan beragama, tapi benarkah “HAM” dan pancilsa juga menjamin kebebasan tindakan subversif??

    Saran untuyk pak Wir: Pelajari saja dulu agama pak Wir, mis: Apakah Jesus mengajarkan untuk menyembah dirinya?Siapa kah yg mengangkat Jesus jad Tuhan(konsili nicea)?kapan? Benarkah minggu hari beribadah?Apakah Natal tgl 25 itu dijarkan di Bible?Mengapa Tuhan harus menebus dosa hambanya dg disalib?Mungkinkah trinitas itu?

    Saya pikir, bible dan segala problematiknya dulu yg harus Anda bahas jangan yg lainnya!

    Suka

  6. wir

    sdr Usamah,

    Anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan dasar keyakinan. Ya pasti tidak akan ketemu. Anda tidak tertarik dengan keyakinan saya, dan sayapun demikian juga. Jadi kita nggak perlu berbicara tentang keyakinan. Ok.

    Jadi kenapa saya menulis sepeti di atas. Itu bukan tentang agama maupun perbedaannya. Ini masalah hubungan manusia di dalam negara.

    Negara ada karena ada manusia, padahal manusia di dalam negara tersebut bermacam-macam, termasuk juga dalam hal ini agama. Untuk mengatur hubungan antar manusia itu dengan apa, ya dengan hukum, bukan dengan agama. Kecuali jika agama orang tersebut sama.

    Setahu saya, negara ini adalah negara hukum, bukan negara agama.

    Lalu tentang keyakinan, tidak boleh orang lain memaksakan keyakinan, apalagi sekarang ini negara kita disebut negara demokrasi. Keyakinan itu hanya ada dalam pikiran. Apalagi itu keyakinan tentang agama, suatu keyakinan tentang hidup setelah kematian dari orang yang bersangkutan.

    Negara baru boleh ikut campur jika keyakinan tersebut mengganggu manusia lain. Deskripsi mengganggunyapun harus sesuai dengan kriteria hukum yang berlaku. Jadi kalau hanya didasarkan keyakinan yang berbeda. Bisa gimana gitu.

    Coba perhatikan, negara-negara yang terlalu detail ngurusuin masalah agama, biasanya hal-hal yang lain jadi teledor. Itu sudah dibuktikan dengan eropa dulu yang ngandalin agama kristen sebagai dasar agamanya. Jaman itu menjadi jaman kegelapan, karena semua tindakan dievaluasi terhadap keyakinan. Itu semua adalah fakta yang menyebabkan agama kristen jadi banyak, dan itu baik karena dapat menjadi cermin masing-masing atas tindakannya. Sehingga akhirnya semua berlomba-lomba agar menjadi yang baik.

    Hal-hal itulah yang menyadarkan bahwa agama itu penting tetapi hanya sebatas menghubungkan manusia yang bersangkutan dengan Tuhannya, sedangkan hubungan horizontal harus mengedepankan nilai-nilai universal, dimana di dalam negara di atur dalam undang-undang hukum.

    Suka

  7. Dicky

    Mas Wir, kok serius amat jawabanya untuk sdr. Usamah. Kalau boleh saya komentarin, hukum-hukum yang ada didunia atau istilahnya hubungan horisontal, itu bersifat subyektif, tergantung siapa yang bikin, di daerah mana terbentuknya dan cenderung berubah terhadap waktu, walaupun ada yang mengatakan ada nilai nilai universal. Coba kita ambil yang contoh etika untuk memegang kepala orang di Indonesia dan di negara lain tidak sama, kebetulan di sini (Korea tempat saya tinggal) bukan suatu masalah memegang kepala orang tetapi di Indonesia ,wow? Apakah hukuman pencuri ayam sama diseluruh dunia?.
    Jadi menurut hemat saya, apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah mengusahakan yang terbaik untuk bangsa ini, walaupun ada yang menentangnya dengan alasan ham atau undang-undang.
    Dan untuk masalah keyakinan adalah pembicaraan yang sangat sensitif dan cenderung emosi?.

    Suka

  8. Pak Wir, tolong deh, kalau bisa nggak usah membahas ranah yang ini, saya kira hanya akan jadi debat kusir, Pa Wir sendiri yang bilang kan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan dasar keyakinan. Ya pasti tidak akan ketemu. Anda tidak tertarik dengan keyakinan saya, dan sayapun demikian juga. Jadi kita nggak perlu berbicara tentang keyakinan.
    Ok Pak Wir bicara masalah hubungan manusia di dalam negara, dan disajikan di blognya Pa Wir sendiri, tapi please….apakah Pa Wir pernah diganggu oleh Kami Muslim ?
    Please Pa Wir, kalau boleh saya request, close saja area comment untuk postingan yang ini, terima kasih dan mohon maaf sudah lancang meminta sesuatu ke Pa Wir

    Suka

  9. Salam
    Wah Pak Wir masih tertarik toh urusan ini 🙂

    Maaf mungkin Pak Wir jika ingin berpendapat lebih objektif, mesti faham duduk permasalahannya dulu kali ya, paling tidak bisa bisa membedakan terlebih dahulu antara boleh bebas berkeyakinan dengan penistaan/penodaan keyakinan dalam hal ini tentu yang terjadi dlm agama kami adalah opsi kedua, dan saya rasa penganut agama manapun tak ingin jika ajaran agamanya di acak-acak atau menyimpang karena itu bisa mengkaburkan ajaran agama yang sesungguhnya, analoginya misal ada yang ingin mempelajari kristen namun malah terjebak ke aliran yang salah dari pakem kekristenan yang anda yakini, nah bagaimana kira2 reaksi anda, bukan begitu.

    makanya bagi orang muslim ini bukan masalah sepele Pak, tentu saja bukan berarti soal perut tak penting, justru ini berkaitan dengan ketentraman dengan kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk ini kan, jika ada salah satu elemennya yang bertikai tentu mesti diselesaikan, menurut saya ini tak ada hubungannya dengan konteks negara agama atau bukan. Toh selama ini umat islam tak pernah bermasalah dengan perbedaan keyakinan/agama, ya ini pengalaman saya ya Pak, kebetulan keluarga besar saya berbeda-beda ada yang kristen, hindu bahkan konghucu tapi dalam berkehidupan tak ada masalah karena saling menghargai perbedaan yang memang nyata.

    Peace Sir 😉

    Suka

  10. Jika pada pindah, lalu gimana itu, mata pencahariannya sebagai ahli agama bisa terancam dong.

    Wah postingnya lumayan banyak berprasangka (buruk) 🙂
    Maaf saya malas mengomentari bagian2 tsb.

    Coba ulangi lagi, kamu-kamu itu membela Tuhan atau membela Agama-mu saja.

    Saya pribadi lebih tertarik untuk membela kebenaran.

    Dan tidak semua kebenaran adalah relatif, karena Anda berlatar belakang akademis jadi saya yakin Anda sudah tahu berikut berbagai contohnya.

    Anyway secara ringkas – kita mengenal istilah definisi.

    Contoh: matahari adalah bintang kerdil di sebuah tata surya di galaksi bimasakti dengan planet-planet sbb … dst
    Jika sebuah bintang tidak memenuhi definisi tersebut, maka otomatis tidak bisa disebut sebagai matahari.

    Demikian pula dengan agama, setiap agama memiliki definisinya sendiri.
    Katolik, Protestan, Islam, Ahmadiyyah, dst.

    Masalahnya, Ahmadiyyah ngotot menyatakan diri sebagai Islam.

    Padahal mereka tidak memenuhi definisi-definisi tentang Islam.

    Jadi mereka telah melakukan Kebohongan Publik.

    Secara moral, saya yakin pak Wir setuju bahwa kebohongan publik bukan suatu hal yang benar, dan musti kita luruskan.

    Jadi kenapa malah menyasar kemana-mana ?

    Suka

  11. Dika

    Membela HAM orang ato kelompok seharusnya tidak ngrecokin HAM orang ato kelompok yang lain.
    Bagaimana Ahamadiyah mengaku bagian dari Islam jika nabi/rosul dan kitab sucinya berbeda?
    Coba bandingkan dengan Kristen dan Katholik, bukankah mereka juga ga mau disamakan?
    Tuntutan umat Islam sebenarnya sederhana saja: “Silahkan Ahmadiyah bikin agama sendiri.”

    Suka

  12. Danang

    Nah itu dua penjelesan terakhir cukup mencerahkan. Islam gak melarang kalo Ahmadiayh bikin agama baru. Silahkan saja. Toh Agama lain pun bebas merdeka di negara ini. Dan tentunya katolik gak sama dengan protestan, begitu juga ahmadiayh gak sama dengan Islam.

    Suka

  13. wir

    @Danang and Dika,
    Saya kira itu suatu penyelesaian elegant, seperti halnya katolik dan kristen, meskipun sama-sama mengakui Yesus sebagai Tuhan, juga mempunyai kitab suci yang sama, termasuk juga kadang-kadang lagunya yang dipakai untuk kebaktian kadang dipakai bersama, tetapi mereka di dunia berbeda. Yah, untuk mengakomodasi ego manusia gitu lho.

    Setuju ! Kemudian jika ada yang memulai kekerasan, tegakkan hukum. Manusia harus dihargai. Ok !

    Suka

  14. zakki

    Wah ketemu lagi sama pak wir.

    Begini saja pak wir. dalam setiap lingkup akan selalu ada ahlinya. benar nggak? matematika ada ahlinya. nuklir ada ahlinya. sebagaimana juga pak wir ahli dalam masalah yang disebutkan dalam “About This Blog”di site ini. apakah akur dengan teori ini ? jika akur lanjut.

    Dalam islam, para ahli agama disebut Ulama. Di indonesia perkumpulan ulama adalah Majelis Ulama Indonesia. Anggota MUI adalah utusan dari organisasi keislaman se indonesia. Sebut saja NU dan Muhammadiyah yang terbesar. Nah kemudian para ahli ini bersidang. Dan memutuskan bahwa Ahmadiyah bukan bagian dari Islam. Oh ya keputusan ini diambil sejak tahun 1980 lho. Jadi bukan perkara baru bagi Umat Islam.

    Nah kalau di UPH, coba pak wir marahin tuh bagian keuangan. Ya terserah pak wir bagaimana mengkritisinya. Maka orang-orang ahli keuangan di UPH cuma akan nyengir kuda saja pak. Kemudian bilang “Pak wir, tuh mahasiswanya di urus. Belum 100% menguasai structural engineer”. Ini cuma dilingkup UPH. Belum pak wir sok berilmu dengan memarahi ilmuwan-imuwan nuklir misalnya. Ya tambah nggak jelas juntrungannya. saya tambah nggak respect.

    Kecuali dengan kesadaran sendiri pak wir kembali membahas hal-hal yang disebutkan dalam “About This Blog”. Saya akan beri salut layaknya seorang prajurit kepada jendral-nya.

    Wir’s responds: Emangnya saya siapa mas koq bisa marah-marah sama ilmuwan-ilmuwan nuklir. Saya hanya sekedar menampilkan pendapat dan alur berpikirnya. Ingat mas, marah-marah itu tidak baik untuk dituliskan.

    Tulisan saya hanya berisi pendapat atau pikiran yang disertasi argumentasi di belakangnya. Rasanya tidak ada emosi masuk pada tulisan saya tersebut, tapi saya juga sadar bahwa pikiran saya belum tentu sama atau dapat dipahami oleh orang lain, oleh karena itu silahkan yang tidak setuju atau berbeda berikan argumentasi yang mendasarinya.

    O ya ada yang lupa. Tentang “About this blog”, rasanya tidak ada yang menyimpang, saya melihat kasus di atas dari sisi sebagai “writer”, terbukti banyak yang jadi “reader” khan. 😛

    Suka

  15. Masih ngurusin tetangga toh wir ? Ada ranah yang bisa kita masuki ada yang gak. Kalau saja semua orang gak usil sama tetangganya, akan tentramlah negri ini. Lagian apa tetangga anda itu, menyerang anda ? mengganggu kehidupan anda? keluarga anda di negri ini ? plz dong ah.

    (maaf keluar topik sedikit)

    Saya nggak akan ngopeni ke arah mana tetangga saya menghadap kalo beribadah, tapi kalau dia suka mukulin istrinya atau anak-anaknya, jelas saya akan ‘usil’ melaporkannya ke polisi meskipun hal itu tidak mengganggu kehidupan saya.

    Suka

  16. Tulisan Anda menarik dan mengelitik.

    Aku sih terus terang aja melihat pemerintah kita sebagai pemerintah yang impotent. Tak berdaya. Menghilangkan rasa tak berdaya tersebut, mereka menindas yang lemah. Untuk apa SKB? Seperti tak punya kerja aja?? Coba kalau rakyat menuntut kesejahteraan…Berapa tahun harus ditunggu supaya SKB-SKB tentang kesejahteraan rakyat keluar.

    Ada sebuah lelucon. Suatu hari Malaikat Allah mendatangi seorang PNS dan memberi kesempatan kepada PNS yang bergaji kecil tersebut menyatakan satu keinginan. PNS itu meminta supaya negeri Indonesia bebas dari bencana alam. Malaikat bilang “wah agak sulit…apakah ada keinginan yang lain?” PNS itu minta supaya Malaikat itu menngubah para petinggi negeri ini jadi pintar-pintar dan memiliki hati nurani yang benar. Malaikat itu berkata, “Itu tak mungkin. Sebab mereka menikmatinya dan lebih mudah menghilangkan bencana alam dari pada mengubah mereka.” PNS yang sederhana tersebut akhirnya mengerti negerinya jauh lebih baik dari sebelumnya.

    Suka

  17. wuih…semakin seru aja nih komentarnya, sayangnya komentarnya banyak yang pada emosi, mungkin karena menganggap pak wir “orang asing”.

    saya kira artikel pak wir biasa-biasa aja mengenai agama islam, tidak memojokan apalagi menjelek-jelekan, INI KHAN SUDUT PANDANG PAK WIR di luar keyakinannya ya harus dihargailah….jangan kepancing emosi.

    peace…..damai, sesama anak bangsa jangan saling berantem.

    Suka

  18. Saya nggak akan ngopeni ke arah mana tetangga saya menghadap kalo beribadah, tapi kalau dia suka mukulin istrinya atau anak-anaknya, jelas saya akan ‘usil’ melaporkannya ke polisi meskipun hal itu tidak mengganggu kehidupan saya.

    Ini analogi yang pas untuk FPI, dan saya sangat setuju dengan tindakan yang Anda ambil.

    Tapi untuk soal Ahmadiyyah, analogi tersebut tidak akurat.

    Analogi berikut ini lebih tepat :

    Tetangga sebelah Anda telah lama tinggal & memiliki rumah mereka. Mereka hidup sehari-hari sebagaimana orang lainnya juga. Dalam silaturahmi sehari-hari terjadi berbagai dinamika kehidupan antara Anda dan tetangga-tetangga Anda.

    Tiba-tiba datang saudara jauh mereka, langsung masuk ke rumah tetangga Anda tersebut — dan mengakui rumah tersebut sebagai miliknya.

    Apa yang akan Anda lakukan ?

    Jika Anda tetangga yang baik :

    Berusaha menjadi mediator yang baik & netral. Berusaha untuk memahami duduk persoalannya dengan sebaik-baiknya.
    Memberikan saran-saran yang bisa memberikan solusi bagi kedua belah pihak.
    Non-judgemental.

    Jika Anda tetangga yang tidak baik :

    Langsung mencampuri urusan kedua belah pihak.
    Tidak mencari tahu duduk perkara yang sebenarnya.
    Menentukan sikap Anda dari informasi “katanya” dan gosip di seputar RW.
    Ketika diberitahu duduk persoalannya, tetap ngotot sok tahu tentang permasalahannya.
    Menghakimi tetangga Anda sebagai pihak yang bersalah dan telah melanggar hak “memiliki tempat kediaman” saudara jauhnya tersebut.

    Hm, memang cukup mengesalkan 🙂

    Suka

  19. donny

    Hore juga Pak,

    SKB akhirnya sudah keluar. Jadi sekarang sudah ketahuan mana yang asli dan mana yang palsu. Ibarat apel udah distikerin, apel malang asli dan apel malang palsu. Biar konsumennya ga ketipu, dan pedagang apelnya ga pada berantem. Malah tadi baca di koran di salah satu desa sudah rumah-rumah sudah mulai distikerin ya? Hehehe…ini mengingatkan masa-masa sebelum WWII, di bawah perintah Nazi rumah-rumah dan orang-orang Yahudi di Jerman ditempelin bintang david dan dilokalisasi…, well not that I am resembling Nazi with….

    Anyway, yang menarik buat saya ini figur Munarman. Ini orang kerjanya sebenarnya apa ya? Ada yg tau ga? Perasaan dulu di YLBHI terus beberapa waktu lalu dia sibuk-sibuk konfrensi pers soal NAMRU di Depkes. Sekarang di Laskar-laskaran.

    Sebenarnya kerjanya apa sih? Kasarnya: makannya dari mana? Kepikir ga, kita-kita semua kerja tiap hari sibuk banting tulang ada produknya…ada jasanya. Lah ini orang jasanya jual ‘isu’ aja terus, tapi kok bisa makan ya? hehehe…

    Wir’s responds: itu bisnisnya mas, ibarat seperti acara Indonesia Idols di TV, jika dapat dikenal / paling menonjol (menjadi idols) khan pasti rejeki datang sendiri, meskipun nggak pakai modal materil yang penting tampilannya menyakinkan. Itulah bisnis di era informasi. Kuncinya harus bisa menjadi idola orang banyak, atau tepatnya jagoannya.

    Suka

  20. Susahnya jadi pemerintah; kalau melarang Ahmadiyah diprotes atas dasar pelarangan kebebasan beragama, kalau Ahmadiyah dibubarin, diprotes sama kaum fundamentalis.

    Jadi bingung; negara untuk rakyat atau rakyat untuk negara? :mrgreen:

    Suka

  21. Waduh mohon maaf beribu maaf pak Wir mohon emosinya ditahan, tentunya anda membuat post ini ndak dengan emosi tho 😉 ,tapi tentunya anda juga membuat post ini dengan kesadaran bahwa akan ada, sedikit banyak, backlashnya 🙂 .

    Mohon maaf kenapa saya singgung seperti itu karena lama kelamaan komentar balasan anda kok terlihat sama seperti saya sedang membaca debat kusir di forum-forum, yang tidak pernah berkesudahan :).

    Akhir kata (atau komentar) saya membaca post bapak, ada bagian yang saya bisa terima ada juga yang saya tidak terima, tapi itu adalah hak bapak untuk mengutarakannya & saya menghormatinya, terima kasih dan mohon maaf sebesar-besarnya apabila saya menyingung anda.

    Suka

  22. alex®

    @ Xaliber von Reginhild

    Susahnya jadi pemerintah; kalau melarang Ahmadiyah diprotes atas dasar pelarangan kebebasan beragama, kalau Ahmadiyah dibubarin, diprotes sama kaum fundamentalis.

    Sebenarnya sih ndak bisa dikhususkan bahwa cuma kaum fundamentalis saja yang meminta Ahmadiyah dibubarkan (atau memilih membentuk agama baru), menurut saya.

    Saya sendiri menolak paham tersebut, dan jujur saja, “keberatan” dengan label Islam di sana. Meskipun saya mengutuki sikap brutal yang mengagungkan pentungan terhadap mereka.

    Dan, maaf ini: fundamentalis itu definisinya gimana? Yang menganggap bahwa KEBEBASAN ADALAH SEGALANYA dan lalu menafikan ada batas-batas toleransi, itu sendiri bukannya sikap fundamentalis? Mengucapkan toleransi gampang. Talk is cheap. Cuma membuktikan bahwa toleransi itu bagaimana, terkadang yang berdalih toleransi dan pluralis itu sendiri sering ‘memasuki’ zona sensitif golongan/umat lain lho 🙂

    Jadi bingung; negara untuk rakyat atau rakyat untuk negara? :mrgreen:

    Gimana kalau diadakan polling atau referendum saja bagi muslimin di Indonesia – lintas suku, lintas ormas – untuk kasus Ahmadiyah ini? 🙂

    Demokrasi toh? Dan negara pun ndak dijadikan kambing item oleh ke dua pihak yang bertikai. Deal? 🙂

    Suka

  23. alex®

    @ wiryanto

    Izinkan saya kutip ucapan bapak di postingan bapak sendiri:

    Dan ingat, kebenaran yang diyakini itu tak dapat dibuktikan dengan apapun kecuali dengan iman.

    Itu sebabnya saya tidak seagama dengan bapak, dan bapak tidak seagama dengan saya. Apa yang bapak imani, tidak saya imani. Apa yang saya imani, tidak bapak terima sebagai kebenaran.

    Di sini masalahnya, Pak.

    Identitas sebuah agama selalu ada. Identitas berbentuk syarat-syarat tertentu. Jika dalam agama lain ada baptis, maka dalam Islam ada syahadat. Dan syahadat itu tidak bisa diubah dan tidak bisa diperbaharui. Jawaban paling minimal dan paling bodoh dari saya jika ditanya “kenapa bisa demikian?” adalah sama minimal dan bodohnya dengan ucapan bapak itu sendiri: IMAN 🙂

    Mungkin bagi yang lain boleh ada amandemen, ada reformasi, ada renaissance-nya. Tapi jangan dipaksakan bahwa hal yang sama mesti berlaku pada Islam juga. Tidak dalam hal syahadat, dalam hal IMAN.

    See? Itu sebabnya bagian terbesar dari umat muslim negeri ini ndak sepaham dengan Ahmadiyah.

    JAI boleh berkata bahwa mereka tidak mengingkari syahadat, tapi terlalu banyak bukti bahwa mereka mengingkari pernyataan tersebut. Jika mereka benar sepakat dengan kerasulan terakhir Muhammad, misalnya… pernahkah ada dialog, ada diskusi, ada pernyataan jelas bahwa MGH yang menjadi ikon mereka itu bukan Rasul?

    Bagi kami, Pak, muslim yang bodoh-bodoh dan masih mencari jalan damai ini, syahadat dan Iman itu pondasi bangunan kami. Tiangnya shalat dan betonnya adalah rukun-rukun iman yang kami yakini. Saya yakin bapak – meski tersenyum – juga akan keberatan jika ada yang menafikan trinitas atau malah menambahkan oknum ke empat, sementar kukuh berkata bahwa ia adalah satu agama dengan bapak. Am I wrong? 🙂

    Wir’s responds: kalau seperti itu sih saya juga setuju, oleh karena itulah saya juga memberi responds sebelumnya di
    http://wiryanto.wordpress.com/2008/06/10/hore-skb-dah-keluar/#comment-13084

    Jadi ada baiknya nanti ada umat Islam Indonesia dan ada juga umat Ahmadiyah Indonesia. Hidup damai berdampingan, berlomba-lomba menuju kebaikan.

    Menurut saya pribadi, di jaman seperti sekarang ini agama tidak bisa menjadi suatu yang dibangga-banggakan, tapi yang lebih penting adalah buahnya gitu lho.

    Sudah ada bukti, ada-ada saja oknum, bahkan ahli agamapun tetapi ternyata memalukan (tidak bisa dicontoh), di agama sayapun saya juga menjumpainya koq, padahal katanya minoritas. Apalagi yang mayoritas, coba kalau memakai konsep statistik.

    Untuk itulah threat-threat ini perlu saya tulis, minimal bisa menjadi kaca bagi kita semua bahwa ternyata orang lain (di luar diri kita) itu saling melihat.

    Suka

  24. @wir:

    Anda tidak tertarik dengan keyakinan saya, dan sayapun demikian juga

    Inti saran saya bukan tertarik atau tidak thd suatu agama. Bahkan saya tertarik mempelajari Agama Pak Wir secara ilmiah!Bukan secara doktrin/dogma.

    Saya tidak tersinggung Pak Wir membahas topik ini, dengan catatan Pak Wir tahu duduk masalahnya. Baik secara hukum kenegaraan atau pun permaslahan intinya.

    Jika Pak Wir membahas masalh pemodelan konstruksi.Ok, gak masalah, karena itu bidang Anda, juga Anda pakar di bidang tsb.

    Udah lah….
    Salam Damai
    Usamah

    Wir’s responds: Bagaimana ya saya menanggapi saudara usamah ini. Kelihatannya terjadi salah paham. Tulisan saya di atas khan hanya mencoba mengevaluasi sikap-sikap atau tindakan orang satu dengan yang lain, hanya kebetulan itu menyangkut atau berkaitan dengan keyakinan orang-orang berkaitan dengan agamanya.

    Sikap-sikap seperti itu ya kira-kira sama dengan sikap anda yang berkesan memaksa meminta saya hanya bicara pada bidangnya. Emangnya anda tahu bidang saya apa ? Wong yang namanya pak Joko aja, yang katanya ahli listrik (meskipun di bantah oleh UGM) diakui juga oleh presiden sebagai ahli energi. Padahal itu tentang hal-hal eksakta. Tentang sosial, saya kira setiap orang berhak berpendapat.

    Jika tidak setuju, tunjukkan yang mana, kenapa begitu, beri argumentasi yang jelas. Siapa tahu nanti saya bahkan mendukung argumentasi anda. Kalau hanya sekedar ngotot nggak setuju karena saya tidak se agama (katakanlah) khan jadinya seakan-akan memaksakan kehendak untuk menyamakan agama. Padahal kita tahu juga khan bahwa perbedaan, atau adanya agama-agama yang berbeda itu udah ribuan tahun. Ngapain sih masih memperdebatkan agama. Ingat saya tidak secara esensi membahas tentang agama, hanya kebetulan kasusnya ada kaitannya dengan agama, lalu saya mempertanyakannya. Biasa khan, kalau orang nggak tahu, khan bertanya. Jika anda tahu, beri dong penjelasan. Siapa tahu ada banyak orang yang mempunyai pertanyaan sama dengan saya tetapi tidak bisa menuliskannya. Jadi clear gitu.

    Terus terang saya menghargai perbedaan, dari perbedaan itu kita tahu posisi kita dimana sehingga kita juga bisa bertumbuh. Tetapi perbedaan itu disampaikan dengan tujuan pertumbuhan, bertukar pikiran. Tentang hal tersebut, banyak sekali komentar yang tidak seperti itu. Jadi mohon maaf saja jika ada komentar pembaca lain yang menurut saya hanya menampilkan emosi maka saya delete di awal, bahkan nggak mesti keseluruhannya selesai saya baca.

    Ok begitu pak.

    Suka

  25. “Terus terang, aku yang orang awam ini jadi bingung. Kenapa ?”
    —————————–
    Lha orang awam ko komentar 😀 … Sorry pak Wir, Kita akademisi punya wilayah masing-masing dalam wawasan, sepertinya banyak yang ga nyambung dari opini2 anda.

    “Bagi Muslim agama itu bagian dari hidup, dan tidak bisa di pisahkan, semua aktivitas bernilai ibadah”.

    Wir’s responds: wah monggo yang akademisi, silahkan ditelaah, opini mana yang ga nyambung. Tulisan saya itu khan hanya pendapat pikiran beralur, ada permasalahan, ada opini dan argumentasinya. Silahkan di bedah. Siapa tahu akan muncul pengetahuan baru.

    Katanya akademisi, tetapi koq belum apa-apa sudah mengedepankan suatu keyakinan. Emangnya hanya agama itu saja yang seperti itu. Apakah kejadian monas tempo hari juga sejalan dengan keyakinan yang bapak sampaikan tersebut. Juga orang-orang yang penuh keyakinan melaksanakan pengeboman di kuta, Bali itu juga demikian. Sebaiknya jangan dimulai deh dari keyakinan, bisa mis-leading.

    Suka

  26. salam …..

    semoga semua masalah bisa di clearkan dengan
    secara damae dan tidak memutuskan secara sepihak ,tidak saling curiga -mencurigai dengan mengambil keputusan yang bijak yang dapat di terima oleh seluruh lapisan masyarakat dunia
    mari kita Intropeksi kepada diri sendiri sebelum
    kepada orang lain .

    Suka

  27. PISS …..
    AGAMA ADALAH PETUNJUK KEJALAN KEBAIKAN BUKAN UNTUK KEJAHATAN
    MAKASIH…

    Wir’s responds: Saya setuju sekali dengan bapak, hanya saja karena dibutakan oleh keyakinan yang salah maka apa yang baik bisa dianggap jahat, demikian juga yang jahat bisa dianggap baik. Memutuskan yang baik dan jahat itu tidak gampang, untuk itulah kita terus menerus berserah kepada Tuhan agar berkenan membantu kita, memberi kita petunjuk dan arahan.

    Suka

  28. Hore….
    “The phenomenal Judgement”
    Orang-orang barat sudah berlomba-lomba ke Planet Mars.
    Orang Indonesia baru berlomba-lomba lari karung.
    Hore…
    “The cronic illnes”

    Suka

  29. @alex® :

    Dan, maaf ini: fundamentalis itu definisinya gimana? Yang menganggap bahwa KEBEBASAN ADALAH SEGALANYA dan lalu menafikan ada batas-batas toleransi, itu sendiri bukannya sikap fundamentalis?

    Wets, maaf. Ada typo. Seharusnya yang benar,
    […] kalau Ahmadiyah ngga dibubarin, diprotes sama kaum fundamentalis […]

    Karena fundamentalis disini maksudnya justru yang ngga menganggap kebebasan adalah segalanya — sayap kanan. 🙂 Solusi untuk Ahmadiyah yang terpikir di saya juga jangan melabelkan diri sebagai Islam, tapi dengan menjadikan agama yang terpisah.

    Gimana kalau diadakan polling atau referendum saja bagi muslimin di Indonesia – lintas suku, lintas ormas – untuk kasus Ahmadiyah ini? 🙂

    Rakyat untuk rakyat? 🙂

    Suka

  30. Kenapa ? Karena jika itu untuk masyarakat, maka dari dialog-dialog di radio, ternyata tidak setiap lapisan masyarakat merasa lega

    Radio yang mana dulu ?

    Kalau yang Anda dengarkan adalah radio yang tergabung / me relay komunike JIL (jaringan islam liberal) — ya memang pasti akan demikian 😛

    Suka

  31. Ramdani Tohir

    Wah kayaknya ada “ilmu dari Tuhan” yang tidak dimengerti anak -anak manusia yang disampaikan oleh Nabi dan Rasulnya.
    “Saat Musa diberi petunjuk : ajari kaum mu untuk saling mengasihi dan berbuat kebaikan”

    Ajaran itu di ulang pada saat Al Masih mulai diangkat derajatnya untuk menyebarkan.
    Ajaran itu pula saat di berikan melalui Jibril kepada Muhammad.
    “Ajaran mengenai berbuat baik juga di sampaikan oleh Budha Gautama”
    Ajaran itu juga pernah di sampaikan oleh Kong Hu Cu”

    Berbuat baik dan saling menghormati juga ada dalam Tripitaka.

    Naah….. itukan ajaran dari “langit” diturunkan Sang Maha Kuasa, sejak jaman agama mulai diajarkan.

    Jadi aneh kalau ada contoh kekerasan fisik, terus emosi-emosian dan hujat-menghujat.

    Kebaikan itu kan ilmu dari Tuhan. Masak ilmu dari Tuhan salah sehingga orang jadi tidak baik ? Sengaja diciptakan juga ketidak baikan agar terasa perbedaan nikmatnya menjadi baik itu. Umat manusia itukan diajari dengan contoh.

    Ayolah … Cak Wir, daripada makin membuat arek-arek tidak bisa melihat duduk permasalahan dengan benar kita close aja masalah ini. (abis postingannya nadanya setengah marah).

    Coba kita bangun lagi sense of critic mereka dengan hal lain.
    Makin dilanjutkan makin pada emosi, ntar kalo sudah jadi insinyur mau disain apa sambil marah-marah ?

    Suka

  32. wir

    @Ramdani Tohir
    Cukup baik sekali petikan-nasehat yang bapak sampaikan dan pada prinsipnya saya juga setuju.

    Oleh karena pemahaman seperti itulah, saya tergugah untuk menulis topik di atas. Tentu saya tidak mau berpanjang lebar lagi, pasti ada-ada saja yang setuju dan tidak setuju.

    Tetapi ada satu motivasi penting, bahwa tidak benar engineer hanya belajar atau mempelajari ilmu di bidangnya.

    Engineer adalah manusia, untuk apa manusia ada, apa tujuannya. Itu harus dimengerti dengan baik, bahwa mula-mula adalah untuk diri sendiri, bagaimana dia harus bisa mandiri, selanjutnya jika telah mandiri harus peduli terhadap sesamanya, saling tolong menolong, harus ingat dengan sesama. Sesama itu siapa ? Ini juga perlu dipahami. Jika kedua tindakan diatas sudah maka perlu diingat pula bahwa itu semua harus dapat memuliakan Tuhan yang disembahnya.

    Kenapa saya ngotot dengan pendapat di atas, karena engineer bekerja dengan pikiran, dan bukan dengan otot. Jadi jika pikirannya dipenuhi dengan visi misi di atas, maka saya yakin buahnya akan baik.

    Berkaitan dengan tulisan yang membuat gerah, apakah berarti mencenderai sesama ?

    Pemahaman itu juga tidak gampang,

    Dan pada akhirnya, saya juga melihat bahwa menutup threat comment ini adalah baik adanya.

    Salam semuanya.

    Suka

Komentar ditutup.