Telah tertanam di dalam benak kebanyakan orang, bahwa Indonesia adalah negeri aman sentosa, penduduknya ramah-ramah, suka damai dan tidak suka kekerasan.
Itu yang aku ingat ketika kecil dulu, memang benar rasanya demikian saat itu. Tetapi dengan bertambahnya umur, dengan bertambahnya wawasan dan juga mungkin karena kebebasan informasi semakin mudah, maka pemahaman seperti itu mulai luntur. Sekarang koq rasanya sering terdengar, atau terbaca bahwa banyak kejadian kekerasan, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di kota-kota lain, semakin merata saja dimana-mana.
Jika itu dilakukan oleh masyarakat kecil, yang mungkin tidak berkependidikan maka itu mungkin dapatlah dimaklumi. Tetapi jika dilakukan oleh para leader atau pimpinan maka tidaklah patut dicontoh. Jika sebelumnya masalah kekerasan sering dikaitkan dengan permasalahan agama, politik atau kesukuan maka sekarang ternyata merambah ke bidang olahraga, bidang yang dianggap menjujung tinggi sportivitas. Fakta yang menarik tentang itu diungkapkan dalam gambar berikut.
Sumber : Kompas, Jumat 10 Okt 2008
Jika sebelumnya kekerasan sering terjadi antar penonton, yang kemudian merembet juga ke pemain, maka gambar di atas adalah pengurusnya.
Apa yang sebenarnya terjadi pada bangsa ini ?
Fakta lain yang diketemukan :
- Warga Desa Parangluara Geruduk Polisi – Detikfoto 10/10/2008
- Dipukul Djoko Edhi, Bahrudin ke RSCM Jalani Visum – DetikNews 09/09/2008
- Gamal Adeen Ngaku Dipukul Pelatih Kiper Indonesia – Detiksport 30/08/2008
yah inilah endonesia mas 🙂
bangsa yg aneh
SukaSuka
Kalau pukul memukul di lapangan bolakan semua juga udah tahu dari jaman dulu, juga udah pukul -pukulan. Cuma yang saya herankan, di jaman Ramang Cs, kaus team, sepatu dicari sendiri, gaji juga sekedarnya, tapi persepakbolaan Indonesia sangat disegani oleh negara2 Asia.
Saya masih bisa melihat waktu tahun 70-80 awal di Senayan, bagaimana Singapore, Malaysia selalu dikasih lebih dari dua kosong. Dan Korea Selatan dikalahkan 3-2. Sekarang gaji pemain bola sudah puluhan juta perbulan tidak ada prestasi apa2.
Jadi yang hilang dari Orang-Indonesia adalah Semangat ’45-nya (kebersamaan, rela berkorban, kekeluargaan, kebangsaan). Sekarang semua bekerja dengan pamrih, bekerja dengan kacamata sendiri, semua mau jadi pimpinan, semua dimabukkan kapitalisme. Sementara kapitalisme juga segera akan bangkrut.
SukaSuka
Iya.. Saya baca berita itu kok miris..
Walaupun wasit tidak melakukan tugasnya dengan baik, tidak ada alasan untuk melakukan kekerasan..
Itu si pemukul adalah GM klub kan..
Top manager tuh.. General Manager!
Namun apakah statusnya sebagai anak walikota tempat klub itu bernaung menjadikannya merasa tidak akan ada masalah bila memberi sedikit “pelajaran”?
Tindakannya benar, sayang salah lapangan..
Padahal ring tinju beda jauh dengan lapangan hijau.. Hehehe..
Yah.. Wajah negeri kita..
SukaSuka
Informasi tambahan:
Bagi warga Jakarta yg hendak ke Bandung dgn mengendarai kendaraan ber No. Pol. jakarta. Sebaiknya ditunda atau jgn menggunakan kendaraan ber No. Pol. Jakarta, saat adanya pertandingan Persib. Baik Persib melawan kesebelasan lain, apalagi melawan Persija.. Menang atau kalah, sasarannya tetap pengguna pelat kendaraan Jakarta. (ulah oknum Bobotoh – Sebutan fans Persib)
Ini sering saya alami saat ke Bandung menggunakan kendaraan bernomor Jakarta.
SukaSuka
ruang tuk etika dan estetika memang ruang yang sedikit lebih dalam dari sekedar ruang logika.. termasuk lebih dalam dari sekedar urusan menang atau kalah.. 😀
SukaSuka