Tidak terduga bahwa kegiatan Kompetisi Jembatan Baja Indonesia tahun 2005 yang lalu , yang kemudian pada tahun berikutnya berganti nama menjadi Kompetisi Jembatan Indonesia di tahun 2006, 2007 dan 2008 ternyata dapat berkembang menjadi kegiatan rutin di antara perguruan tinggi perguruan tinggi di tingkat nasional. Kondisi tersebut bisa terjadi karena penggagas awal kegiatan tersebut, yaitu Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dapat dengan cerdik meyakinkan pemerintah dalam hal ini adalah DIKTI. Tahu sendiri khan, itu khan artinya sumber pembiayaan terjamin.
Biaya ?
Ya jelas. Kompetisi yang dimaksud tersebut tidak main-main lho, karena diminta untuk merakit jembatan model panjang 4m atau 5m dan selanjutnya diberi beban yang cukup besar. Itu khan jelas, mbikinnya nggak boleh sembarangan, perlu diberi spesifikasi khusus. Jadi yang ingin mengikutinya pasti perlu modal. Untuk materialnya saja, pengalaman tempo hari menunjukkan bahwa biayanya > 5 juta. Itu saja untuk jembatan dengan metode erection standar (apa adanya), coba yang canggih. Wah bisa-bisa bengkak. Nguping para peserta lain, kadang-kadang mendengar bahwa modal mengikutinya bisa-bisa sampai 20-25 juta. Ini bener lho. Tapi kalau UPH ketika aku bimbing dulu nggak sampai segitu, tapi metode erection-nya padat karya, artinya nggak patut dibanggakan karena mengandalkan tenaga fisik dari mahasiswa pesertanya.
Itu dari sisi peserta, lalu tentang penyelenggaraannya gede lho. Yang jelas, untuk menyelenggarakan acara tersebut tiap tahunnya perlu dana > 500 juta. Hebat bukan, jadi saya kira itu merupakan suatu penyelenggaraan kompetisi bidang teknik sipil di tingkat perguruan tinggi yang paling besar (biayanya). Kalau di tempat-tempat lain, untuk kompetisinya biasanya hanya berupa cerdas tepat, atau lomba bikin campuran beton mutu tinggi, lomba pidato dan semacamnya. Tetapi lomba bikin jembatan dengan bentang > 4 m, koq saya rasa hanya diselenggarakan oleh PNJ tersebut.
Pak wir, itu ada juga lho lomba jembatan di UNTAR dan UPH ! Tapi hanya jembatan model pakai stick.
Itu mah untuk anak-anak level SMA, mana ada yang diikuti oleh level perguruan tinggi, sampai misalnya ITB dan ITS jadi tertarik untuk ikut. Nggak khan !
Kalau melihat besarnya dana yang diperlukan di atas, maka rasanya tanpa kehadiran atau keikut-sertaan aktif dari pemerintah (DIKTI) maka kegiatan tersebut tidak akan dapat berjalan mulus, apalagi menjadi kegiatan rutin tiap tahun. Adapun alasan , mengapa pemerintah mau terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut terjawab sudah, yaitu dari penjelasan bapak Syaiban Muhammad dalam pidato pembukaan Worskshop Penyusunan Panduan Kompetisi Jembatan Indonesia, hari Sabtu tanggal 13 Desember kemarin di Wisma Makara, UI, Depok. Pak Syaiban dalam hal ini mewakili Prof. Munir yang tidak bisa hadir karena harus melawat ke luar kota. Inti pidato pak Syaiban adalah mengemukakan hasil penelitian dari UGM tentang pelacakan alumni-alumninya. Hasil penelitian UGM menunjukkan bahwa IP tidak berkorelasi langsung dengan kesuksesan seseorang, yang jelas bahwa mahasiswa-mahasiswa yang pada saat studinya aktif dalam kegiatan luar kelas ternyata banyak yang sukses-sukses, meskipun mungkin IP-nya tidak menonjol. Jadi DIKTI mempunyai keyakinan bahwa kegiatan luar kelas adalah penting. Itulah mengapa mereka mau secara aktif mendukung kegiatan KJI ini.
Hore !!! Prospeknya bagus !
Karena itulah, pihak penyelenggara berusaha mempertahankan mutu pelaksanaan KJI. Adapun masalah yang sering terjadi, yang kadang-kadang menyulut emosi para peserta adalah hasil keputusan wasit dan juri. Meskipun penyelenggaraa KJI 2008 kemarin telah diusahakan para wasitnya dari luar PNJ, tetapi karena lagi-lagi yang menang adalah PNJ maka teman-teman peserta yang belum menang merasa bahwa wasitnya mengadakan pemihakan. Jikapun tidak maka dianggap panduan yang dipakai untuk mengevaluasi mengandung kesalahan.
Persepsi yang ada bahwa panduan yang dipakai belum sempurna, jadi agar penyelenggaraan KJI dapat lebih baik maka langkah pertama adalah mengevaluasi dan menyusun ulang panduan kompetisi tersebut. Ini wajib hukumnya. Begitu kata orang.
Jadi itulah alasan utama diselenggarakan workshop di Wisma Makara, Depok tersebut. Para pesertanya diharapkan dari seluruh institusi pendidikan tinggi yang selama ini aktif dalam KJI-KJI sebelumnya. Itu sih maunya PNJ begitu kata bu Nunung Martina, tetapi apa daya, dana dari DIKTI-nya terbatas. Jadi ada juga yang tidak terundang, untuk itu bu Nunung mohon maaf, bukan kemauannya.
Lho kenapa pak Wir koq terundang ? 😉
Wah nggak tahu itu, keberuntungan kali. Atau mungkin karena dulu di saat pertama lomba, mahasiswa bimbingannya mendapat juara pertama (tahun 2005), lalu tahun 2006 jadi juara jembatan terkokoh dan kemarin jadi juri. Itu mungkin alasannya ya.
Ingin tahu siapa saja yang hadir pada acara workshop tersebut, lihat :
- Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi MS., DEA (Politeknik Negeri Jakarta)
- Drs. Sri Wahyono, MSi (Politeknik Negeri Jakarta)
- Drs. Agus Setiawan (Politeknik Negeri Jakarta)
- Ir. Sidiq Wacono, MT. (Politeknik Negeri Jakarta)
- Ir. Drs. Andi Indianto, MT. (Politeknik Negeri Jakarta)
- Dr.Ir. Fauzri Fahimuddin, MSc. (Politeknik Negeri Jakarta)
- Ir. Badihi (Politeknik Negeri Jakarta)
- Ir. Drs. Mulyono (Politeknik Negeri Jakarta)
- Ir. Nunung Martina, MSi (Politeknik Negeri Jakarta)
- Eka Sasmita Mulya, ST., MSi (Politeknik Negeri Jakarta)
- Anis Rosydah (Politeknik Negeri Jakarta)
- Wahyuni Susilowati, ST., MSi. (Politeknik Negeri Jakarta)
- Dr.Ir. Heru Purnomo (Universitas Indonesia)
- Ir. Syahril Rachim, M.Eng. (Universitas Indonesia)
- Ir. Budi Santosa, MT. (PT. Perencana Jaya)
- Ir. Idwan Suhendra (PT. Hutama Karya)
- Ir. Wiryanto Dewobroto, MT. (Universitas Pelita Harapan)
- Ir. Demson Sihaloho (PT. Wagner Biro Indonesia)
- Ir. Iwan Zarkasi, MSc (Departement PU)
- Ir. Sugen P. Budio, MT. (Universitas Brawijaya)
- Dr.Ir. Sumargo (Politeknik Negeri Bandung)
- Ir. Yunan Rudianto, MT. (Universitas Muhamaddiyah Malang)
- Ir. Ginardi Husada, MT. (Universitas Kristen Maranatha, Bandung)
- Dr.Ir. Sigit Darmawan (Institut Teknologi Bandung)
- Dr.Ir. Hidayat (ITS Surabaya)
- Ir. Bambang Winarno (Politeknik Negeri Medan)
- Drs. H. Syaiban Muhammad, MSi (DP2M DIKTI)
- Nanik Tri Mulyani, S.Sos (DP2M DIKTI)
- Drs. Gatot Djuharto (DP2M DIKTI)
Cukup banyak juga ya, kira-kira panduan hasil penyusuan bareng para peserta workshop di atas tersebut apa sudah mereprestasikan level nasional ?
Moga-moga.
Ini ada foto bersama para peserta yang aktif bekerja pada workshop tersebut sampai selesai (sore).
Duduk dari kiri ke kanan : bu Anis, bu Nunung dan bu Wahyuni
Salam Kenal Pak Wir,
Saya Mahasiswa D-IV Jalan Tol PNJ
Semoga KJI ke-V dapat diselenggarakan ,yo syukur-syukur bisa di PNJ Lagi..
Pak Wir kalo mau download gratis materi design baja dimana ya pak?
Kalo ada info tolong dibagi ke email saya:budiarto_amin@yahoo.co.id
Tetap SEMANGAT untuk KJI ke-V ya Pak
Terima Kasih
SukaSuka
hebat bgt PNJ, saya semakin bangga sebagai alumnus PNJ civil 2001..
nama2 Dosen diatas..sy mengenalnya semua…
(kecuali Pak Johny sy blm kenal, salammm kenal Pakk)
semoga KJI mendatang bisa lebih baik lagi n terus belajar yaa..
Hidup PNJ
SukaSuka
Ping-balik: perlunya berprestasi « The works of Wiryanto Dewobroto
Ping-balik: KJI dan KBGI ala Wiryanto « Caraka