Blog ini sudah menjadi semacam catatan harian, karena bersifat transparan maka jelas tidak aku gunakan untuk menulis keluhan, tetapi harus kegembiraan. Eh siapa tahu yang membaca juga bisa ikut bahagia. Begitu khan.
Jurusan teknik sipil UPH sudah menginjak tahun ke 16, sekitar 11-12 tahun terakhir aku sudah bersamanya. Jadi pasang surut kejadian dapat diamati juga. Bayangkan, sekitar tahun 2000 pernah punya mahasiswa kurang dari sepuluh. Wah kayak apa rasanya, bahkan ketika aku waktu itu sedang ambil program doktoral ada salah satu profesor yang aku kenal, yang ketika berbicara tentang jurusan tempatku berkata agak sinis bahwa ada kemungkinan insititusi tempatku bekerja itu akan tutup. Maklum nggak nutup, begitu katanya. Waktu itu karena aku hanya mahasiswanya dia, maka bisanya manggut-manggut saja, meskipun dalam hati aku berkata ‘apa maksudnya ngomong begitu di depanku, yang notabene sehari-harinya memang makan dari institusi tempatku kerja’.
Yah seperti itulah suasana atau kesan institusku beberapa tahun yang lalu. Suasana yang diselimuti keprihatinan, bahkan hal itu didukung oleh adanya beberapa dosen tetap yang keluar, mungkin ancang-ancang mencari tempat yang lebih menjanjikan. Yah maklum, mungkin ada yang menganggap bekerja di dunia pendidikan adalah seperti bekerja di tempat-tempat lain, yaitu sekedar mencari sesuap nasi. Untunglah, dosen tetap UPH yang juga rekan senior saya, yaitu prof. Harianto dan bapak David B. Soelaiman tetap konsisten dan mau mencurahkan pemikirannya pada jurusan, bagaimana mengembangkannya.
Dalam perjalanan waktu, ada juga rekan lain yang berkomitmen untuk hidup di jurusanku, mau sama-sama bagaimana menghidupkannya, rekan yang aku maksud adalah Dr.-Ing. Jack W. , juga ada alumni jurusan yang telah selesai mengambil master dan kembali ke kampusnya dulu.
Ternyata setelah beberapa waktu berjalan, dan aku akhirnya telah lulus di program S3-ku, maka akhirnya aku ingat kembali profesorku dulu yang pernah ngomong bahwa jurusanku akan tutup. Ternyata itu tidak terjadi, jurusanku sampai saat ini masih ‘hidup’, bahkan rasa-rasa cukup berkembang. Jika dulu dianggap sebagai jurusan di UPH yang mempunyai murid tersedikit maka sekarang sudah tidak lagi. Bukan yang terkecil jumlahnya. Bahkan kalau dengar-dengar cerita dari dosen tidak tetap, ternyata berita tentang jurusanku tidaklah jelek.
Dengan kondisi itu maka dampaknya jelas, artinya aku tetap bisa jadi dosen, bisa tetap bisa nulis seperti ini di hari kerja. Ini khan memang kerjaan dosen, yaitu menulis. Padahal menulis adalah hobby-ku. Itu artinya aku masih bisa mengerjakan hobby.
He, he, he koq sentimentil menulis seperti di atas, ada apa pak ?
Iya aku ingat dengan perbincangku pagi tadi dengan Vincent, yang sedang mengevaluasi bahwa anak-anak alumni Jurusan Teknik Sipil UPH sebagaian besar setelah lulus kebanyakan mengambil studi lanjut, dan kebanyakan masih disekitar bidang teknik sipil. Itu khan suatu trend positip, apalagi beritanya ketika di program S2 tersebut mereka kebanyakan mendapatkan nilai yang cukup baik.
Itu dari segi mahasiswa alumni, di sisi lain sekarang di papan pengumumannya sudah mulai banyak datang surat-surat permohonan dari perusahan yang ditujukan khusus kepada Ketua Jurusan yang menginformasikan perusahaannya, dan membuka lowongan bagi alumni UPH.
Puji Tuhan kembali, itu khan berarti, alumni Jurusan Teknik Sipil UPH sudah dianggap ada,bahkan ada yang mencarinya.
Syukurlah, ternyata kekuatiran seorang profesor dari luar tentang kehidupan jurusanku tidak terbukti. Semoga.







Tinggalkan komentar