Maklum orang awam, selama ini terbayang bahwa RMS , kelompok perlawanan di Maluku sudah lama hilang. Kalaupun ada, itupun diyakini hanya sisa-sisa kecil orang yang masih punya nostalgia dengan kejayaan sewaktu dibawah kekuasaan Belanda dulu. Jadi mestinya orang-orang ini belum berjaya (masyarakat yang ekonominya masih kesulitan) dan iri membandingkannya dengan cerita-cerita menarik di jaman kakeknya dulu. Maklum jaman Belanda khan sudah lebih dari setengah abad yang lalu, jadi yang ngaku-ngaku RMS itu pasti hanya anak turunnya saja. Adapun cerita-cerita yang didengar dari kakeknya dulu pasti akan dilebih-lebihkan, biasa cerita lesan, kalau nggak dilebih-lebihkan nggak afdol. 🙂
Ternyata RMS tidak seperti yang aku bayangkan. Sejak kemarin sampai tadi pagi, berita-berita radio lokal maupun internasional (BBC) mengutip pejabat-pejabat pemerintahan kita banyak memberitakan keberadaannya (RMS).
Oleh karena itu, saya yang sudah melupakannya menjadi teringat kembali. Eksisnya RMS dapat ditunjukkan dengan dibatalkannya kunjungan presiden SBY, yang seharusnya menerima undangan pemerintahan Belanda untuk menanda-tangani MOU diakuinya kemerdakaan RI, negeri kita ini. Informasi ini aku kutip dari radio Elshinta kemarin sore, yang aku dengar sewaktu pulang dari kampus.
Strategi perjuangan RMS sebelumnya adalah mengangkat senjata, tetapi ternyata selalu kandas oleh TNI. Senjata mungkin berkurang, kemudian berganti dengan cara mengibar bendera RMS pada setiap tanggal ultah-nya, intinya ingin menunjukkan masih eksis. Itupun ternyata gaungnya tidak terlalu besar. Sekarang ini mungkin karena orang-orangnya sudah semakin maju, berpendidikan, maka mereka meniru perjuangan rakyat Aceh, yaitu diplomatik di negeri pengasingan, dalam hal ini adalah Belanda.
Strategi diplomatik yang digunakan RMS kelihatannya selangkah lebih maju, maklum dukungan perlawanan persenjataan di daerah yang disengketakan tidak kuat dibanding GAM dulu. Jadi mereka harus berpikir keras mengusahakan caranya. Belajar dari kasus-kasus yang ada di negeri kita ini bahwa Presiden kita ini adalah pemimpin yang paling taat hukum, dimana mereka tahu bahwa setiap keputusan hukum, terlepas apakah itu kontroversial atau tidak, pasti ‘ditaati’ beliau. Maka cara inilah yang dianggap tepat , yaitu melalui jalur hukum sebagai alat perjuangan.
Selanjutnya tentu perlu dipikirkan, jalur hukum apa yang lintas negara. Kalau hanya mengandalkan kasus pidana atau perdata jelas tidak bisa, karena wilayah hukumnya berbeda. Pihak RMS tentu tahu sekali tentang hal ini. Pasti mereka berpikir lagi, dan juga tentunya dibantu oleh para ahli-ahli hukum yang tangguh. Mungkin saja mereka melihat dari pengalaman sebelumnya tentang penjahat perang Serbia-Bosnia yang berhasil diproses secara hukum di negeri Belanda, atas pelanggaran HAM yang terjadi. Oleh karena itu diperoleh kesimpulan bahwa kasus yang bisa lintas negara hanyalah kasus tentang pelanggaran HAM berat.
Hebat-hebat. Salute saya.
Nah sekarang tugas pihak RMS untuk mencari-cari kasus yang bisa disebut pelanggaran HAM. Ternyata mereka berhasil mendapatkan data, yaitu pada kasus orang-orang yang tempo hari ditangkap ketika mengibarkan bendera RMS, yang katanya ditangkap oleh Densus88 dan mendapatkan penganiyaan yang luar biasa. Itulah data empiris yang dapat diajukan sebagai pelanggaran HAM luar biasa. Info ini aku dapat dari radio BBC tadi pagi lho.
Data di atas itulah yang digunakan RMS untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri Belanda dengan tuntutan “penangkapan pribadi SBY, selaku Presiden NKRI yang bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM berat di Maluku“. Ternyata gugatan tersebut diterima oleh pengadilan negeri Belanda, padahal katanya (dari radio lagi) bahwa RMS tidak diakui keberadaannya di negeri Belanda itu sendiri. Ini khan mengherankan. Nggak tahu kenapa, persidangan atas kasus pelanggaran HAM atas tuntutan RMS tersebut disidangkan kemarin, menjelang keberangkatan presiden SBY ke Belanda. Koq pas sekali ya. Ini yang pinter RMS atau KBRI yang kurang tanggap ya.
Berkaitan dengan itu semua, presiden kita khan paling taat hukum, jadi ketika tahu nama beliau tersangkut kasus yang melibatkan suatu proses pengadilan, apalagi di ranah international, maka beliau mempertimbangkan dengan sangat. Sampai-sampai agar tidak terjadi kasus selanjutnya yang berkaitan dengan keputusan pengadilan tersebut maka beliau dengan sangat membatalkan kunjungan ke Belanda di detik-detik terakhir keberangkatannya itu.
Dari pernyataan-pernyatan pejabat yang menyampaikan argumentasi pembatalan kunjungan beliau, disampaikan bukan karena beliau takut ditahan, tetapi karena beliaunya ingin mencegah dampak psikologis dan politis kalau sampai ada keputusan negatif pengadilan Belanda ke dirinya. Jadi lebih baik menunggu sampai clear dulu. Begitu penjelasan resmi yang aku dengar via berita radio kemarin dan tadi pagi.
Yah begitulah Presiden kita yang taat hukum itu. Hebat ya.
Itu tadi adalah analisis netral tentang kunjungan yang dibatalkan di atas. Selanjutnya sebagai anak bangsa, meskipun bukan tentara, tetapi rasa-rasanya rasa kebanggaan sebagai rakyat Indonesia terusik juga. Tentang RMS, yang jelas-jelas bertujuan untuk membangun atau mendirikan negara di atas wilayah NKRI, itu sih bukan sekedar HAM atau bukan, itu telah menyangkut martabat negeri ini. Jika dulu merebutnya saja telah dikorbankan ribuan nyawa para pejuang kita, maka ketika ada yang merorong harus dipertahankan dan jika perlu maka mereka dapat dilenyapkan dari ibu pertiwi ini. Jadi ketika ada orang yang ditangkap ketika mengibarkan bendera RMS ya wajar saja.
Jadi Presiden dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi negera yang berdaulat NKRI, yang memperoleh kemerdekaan dengan cara merebut dengan tenaga dan tumpah darah para pahlawan nggak usah takut atau khawatir dengan keputusan pengadilan negeri belanda. Kalau kemerdekaannya adalah pemberian orang, boleh sih takut. Kita dulu khan nggak pernah takut, jadi kenapa masalah kecil di atas dipersoalkan.
Katakanlah, pengadilan negeri Belanda memutuskan untuk menangkap presiden kita, itu kalau berani. Jika demikian, khan sederhana, kirim aja TNI untuk merebutnya. Menangkap presiden yang sedang berkuasa di negeri orang khan suatu maklumat perang.
Masalahnya sekarang berani nggak. Kalau nggak berani, ya sudah seperti itu aja yang sekarang terjadi. Aman. Tetapi untuk selanjutnya jangan sebut negeri ini negeri merdeka, berdaulat dan disegani negara-negera luar.
Pantes saja negeri Malaysia yang kecil mau bikin masalah tempo hari, memang begitu sih.
Link terkait:
- Yusril: Sayang, SBY Tak ke Belanda …
KOMPAS.com- Rabu, 6 Oktober 2010 | 13:01 WIB - Tepat, Keputusan SBY Batalkan ke Belanda
Kompas.com – Rabu, 6 Oktober 2010 | 11:34 WIB - Presiden Batal ke Belanda
Kompas.com – Rabu, 6 Oktober 2010 | 03:20 WIB - Kunjungan ke Belanda tergantung sidang
BBC Indonesia – Selasa, 5 Oktober 2010 – 21:36 GMT - Selasa, 05/10/2010 17:02 WIB
Pengamat LIPI: Seharusnya SBY Tetap Berangkat ke Belanda
Nurvita Indarini – detikNews
Dear Sir…..
Gemes, mangkel, marah, dongkol, heran plus nyesel dengan “sepak terjang” RI-1 kita ini.
Saya merasa beliau lebih berat ke masalah jaim dan pencitraan pribadi daripada melihat secara holistik kepentingan bangsa ini. Gak tahu apa yang dicari, pengen dapet nobel perdamaian kali ???
Ini baru masalah RMS, belum lagi nanti kalo OPM-Papua bikin gerakan lagi.
Jujur saja Sir, saya ada kekhawatiran suatu saat bakal rontok satu persatu daerah-daerah yang saat ini bergabung dengan NKRI gara-gara kepemimpinan nasional yang LEMAH, kalo tidak dibilang tidak bertaji sama sekali.
Tuan-tuan yang terhormat itu, di Jakarta ribut dan kasak-kusuk untuk mencari keuntungan pribadi dan golongannya, sibuk menutupi kecurangan dalam pengelolaan uang negara, tidak punya sense untuk melindungi dan mensejahterakan rakyat dan bangsanya, membodohi rakyat dengan sinetron-sinetron politiknya, memperkosa rasa keadilan rakyatnya dan tidak pernah mampu menyelesaikan masalah sampai tuntas. Selain itu, baru teroris yang belasan orang saja sudah kerja berat pihak kepolisian. Ada lagi Mayjen polisi yang (bisa-bisa) dalam sehari naik pangkat 2 kali…
Beberapa efek yang timbul, rakyat mulai mengambil alih fungsi polisi, jaksa dan hakim dengan cara eksekusi di tempat pada banyak daerah-daerah. Itu semua adalah menunjukkan rasa ketidakpuasan rakyat pada “pengurus” bangsa ini. Beberapa orang di daerah-daerah mencari uang dengan mendorong percepatan pemekaran-pemekaran daerah, yang mana supaya bisa dimekarkan maka uang “dibom” ke Senayan supaya undang-undangnya cepat dikeluarkan. Hasil yang ada secara mayoritas di daerah-daerah pemekaran tiba-tiba muncul OKB-2 yang justru jauh dari semangat otda/otsus itu sendiri.
Bisa Bapak bayangkan seandainya semua “keresahan” ini terakumulasi secara serentak dari Sabang sampai Merauke dalam bentuk “pembangkangan”, apakah “para pengurus” tersebut berani mengambil langkah-langkah konkret untuk mempertahankan keutuhan NKRI ini ?
Maaf Sir, bukannya mengeluh dengan apa yang terjadi, tetapi perasaan tidak berdaya karena tidak dapat melakukan sesuatu itulah yang bikin dada saya sesak. Semoga pada periode berikutnya muncul seorang (Ibu SMI kali ??? 🙂 ) yang punya hati, jiwa, wawasan dan skill untuk menjadi PEMIMPIN BANGSA ini.
Pada akhirnya, apakah bangsa ini harus mengalami “pembuangan ke Babel”, atau kejadian “Sodom dan Gomora” baru kemudian suatu saat nanti tersaring menjadi tepung gandum terbaik dan emas yang paling murni ?
Saya berharap tidak perlu sampai sejauh itu.
Tuhan ampuni negara-ku ini
regards
SukaSuka
ow gt yaa *ngangguk ngangguk*
awalnya saya heran ,
kenapa kaitan sama RMS ,
secara RMS inget nya jaman pelajaran sejarah masih SD 😀
tyt masih eksis mereka …
SukaSuka
kesimpulan yg menarik. seharusnya RMS ini udah dibubarkan oleh pemerintah belanda.
SukaSuka
ulasannya bagus pak,
saya juga heran sama saudara2 kita dari RMS (apa mereka masih saudara ya?)
yang janjikan kemerdekaan siapa, nuntutnya ke siapa?
kalo mo pulang dan sama2 bangun NKRI, mari kita lupain yg dulu, nulis masa depan yg cerah buat kita semua.
Kalo gak mau pulang, ya jadilah warga negara belanda yg taat, kan enak hidup di luar negeri?
SukaSuka
RMS aka Richard M. Stallman yg bikin GNU itu katanya mau datang lagi ke Jakarta.. 😀
SukaSuka
Ping-balik: RMS, o ternyata masih eksis. | The works of Wiryanto Dewobroto - Website Kumpulan Dongeng
wajar kalau minta merdeka. gabung sm jakarta ndak maju2. orang2 yg di pemerintahan banyak yg goblok. ngurusin perut sendiri. jarang ada pemimpin yg berkarakter. ayo orang sipil. turun dari tower2. kita kembalikan jati diri bangsa
SukaSuka
hehehe bung zakky jujur banget
SukaSuka
Wah saya setuju, tuh dengan ungkapan Bung Zakky, memang kalangan Permerintahan kita sangat Ahli dan lihai dalam urusan Perut, saya kira karena terlalu kenyang atau terlalu lapar sehingga tidak sempat berfikir jauh akan dampak bagi masyarakat sekita, atau malah disengaja, soalnya “masyarakat disekitar mereka juga tidak pernah memikirkan mereka saat susah”
SukaSuka
Wah saya setuju, tuh dengan ungkapan Bung Zakky, memang kalangan Permerintahan kita sangat Ahli dan lihai dalam urusan Perut, saya kira karena terlalu kenyang atau terlalu lapar sehingga tidak sempat berfikir jauh akan dampak bagi masyarakat sekita, atau malah disengaja, soalnya “masyarakat disekitar mereka juga tidak pernah memikirkan mereka saat susah”
kalo masalah susah atau gak seperti yang dikatakan di atas itu masalah pribadi seseorang…masa masyarakat harus di suruh kembali mengingat masa lalu seorang pemerintah pada saat dia susah?pemikiran pemerintah kok kayak gt..
dan kalo sudah merasa menjadi seorang pemerintah yang bertanggung jawab, harusnya punya tanggung jawab untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakat…ok
SukaSuka