Mempunyai sosok pemimpin yang dapat diterima, disegani bukan karena rasa takut tapi karena menghormatinya, dan bahkan dapat menjadi panutan atau sumber inspirasi tiap lapis rakyatnya tentulah harapan kita semua yang hidup disuatu negeri. Apapun itu. Pemimpin seperti itulah yang mungkin dalam legenda-legenda kita, dapat disebut sebagai satrio piningit, yang diimpi-impikan.

Apakah kita sudah mendapatkannya ?

Ada yang bilang ya, ada yang bilang tidak. Tapi jika ada yang bilang tidak, maka itu artinya hanya sebagian yang menerimanya. Untuk yang bilang tidak, indikasinya mungkin dapat dilihat atau dibaca dari berbagai komentar yang dilontarkan di media-media yang ada, baik resmi maupun tidak resmi. Untuk yang resmi tentunya komentarnya tidak akan langsung tersurat, hanya tersirat dan hanya orang-orang yang peka yang memahaminya.

Jadi bisa dimungkinkan jawabannnya adalah kita belum menemukan tipe pemimpin seperti yang dimaksud. Atau dengan kata lain, masih ada segolongan rakyat yang lain yang  mendambakan sosok pemimpin ideal yang dimaksud. Bahwa yang saat ini ada hanyalah sementara, tentunya dengan asalan daripada tidak ada sama sekali. Bisa kacau itu. 😦

Kembali searching di dunia media, banyak juga komentar yang berupa puja-pujian. Komentar-komentar seperti itu tentunya berasal dari rakyat yang ada di lingkaran dalam. Puja-pujian itu tentu dilakukan agar apa-apa yang saat ini didapatkannya masih dapat terus berlangsung, bahkan mungkin sampai anak-cucunya. Maunya.

Ya begitulah manusia, bahkan ada juga yang munafik. Lihat saja yang sekarang, yang sedang berada di atas panggung kekuasaan, dulu sekali ketika belum jadi, gembar-gembor promosi diri akan memperjuangkan kepentingan rakyat, begitu katanya. Ketika sudah di dalam, mendapat jabatan yang empuk, maka dengan keahlian argumentasinya, dan juga dengan alasan demi kepentingan rakyat juga, mereka ini berani memperjuangkan yang salah jadi benar dan yang benar jadi bukan apa-apa. 🙂

Tentang hal seperti itu, rasa-rasanya bukan sesuatu yang baru di Nusantara ini. Mungkin itu telah menjadi budaya. Ingat tidak tentang legenda Ken Arok pendiri kerajaan Tumapel yang nantinya dikenal pula sebagai kerajaan Singhasari, awal mula kerajaan-kerajaan besar Nusantara. Ingat tidak dia dengan keris Empu Gandringnya, yang digunakan membunuh tapi selanjutnya tetap dapat terpilih menjadi raja (kekuasaan) bahkan mendapat wanita cantik juga (Ken Dedes). He, he, memang benar juga, yang namanya kekuasaan itu kadang  tidak bisa lepas juga dari yang namanya skandal dengan wanita. Jadi itu membuktikan juga bahwa kekuasaan tidak ada hubungannya dengan moral tentang kebaikan atau kejahatan. Pokoknya yang pintar / cerdik dan tega (tegar) maka hal itu dapat diraihnya juga.

Saya bilang tega, karena drama Ken Arok tersebut bahkan mengorbankan temannya sendiri yang lugu, Kebo Hijo, yang dipinjami kerisnya. Dialah yang menjadi tumbal untuk kekuasaan itu (selain tentu saja membunuh terlebih dahulu Tunggul Ametung , suami Ken Dedes yang direbutnya).

Itulah dunia, yang benar tidak mesti selalu langsung mendapatkan imbalannya. Meskipun demikian, waktu jugalah yang akhirnya membuktikan bahwa kekuasaan itu hanyalah sementera dan bukan sesuatu yang mutlak dan abadi. Sementara karena akhirnya yang becik ketitik ala ketara (yang baik akhirnya akan diketahui dan yang jahat akan terungkap juga) .

Jika dimaknai maka kekuasaan yang diemban oleh seorang pemimpin adalah kesempatan untuk menguji apakah pemimpin itu memang orang besar sehingga patut ditinggikan dan selalu di dalam kenangan rakyatnya, atau ternyata orang yang patut dicampakkan dan diabaikan.  Karena kekuasaan itu pula maka seorang yang didapuk menjadi pemimpin dapat menjadi buronan dari rakyatnya sendiri,  yang dahulu mungkin mengelu-elukannya. Hidup memang tidak terduga.

Karena pengertian seperti itulah maka dapat dipahami mengapa Salomo muda menanggapi firman Tuhan dengan berkata :

Maka sekarang, ya Tuhan, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. Demikianlah hamba-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar dan tidak terkira banyaknya. Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, . . .
[1 Raja-raja 3-9]

Karena hal-hal yang baiklah yang akan membuat dikenang rakyat dan yang jahat yang membuatnya tercampakkan. Meskipun demikian, yang baik itu seperti apa, dan yang jahat itu seperti apa. Apakah dengan tidak membunuh, itu berarti sudah berbuat baik dan tidak berbuat jahat.

Memang manusia mempunyai keterbatasan tentang hal itu, maunya berbaik-baik terhadap semua orang, tidak berani mengambil keputusan dengan alasan takut menyakiti hati orang lain. Apakah itu berarti sudah berbuat baik. Tidak gampang bukan. Itu pula yang menyebabkan mengapa nash di atas masih sangat relevan digunakan sampai hari ini.

Jadi bagaimana menjadi pemimpin yang ideal yang memenuhi kriteria di atas.

Pemimpin yang bersandar pada Tuhan Allah. Benar, tetapi itupun masih abstrak, karena bagaimanapun semua orang dapat saja gembar-gembor menyatakannya sebagai cara untuk meraih kekuasaan tersebut.

Sekali lagi mendapatkan pemimpin yang ideal adalah tidak mudah, semua rakyat perlu berdoa agar Tuhan Allah mengirimkannya kepada kita semua. Meskipun tidak mudah tetapi rasa-rasanya ada petunjuk juga di kitab lama, inilah petunjuknya.

Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
[Matius 20 : 26]

Nash yang sudah berumur ribuan tahun yang lalu, ternyata kebenarannya masih dapat dibuktikan dengan adanya kejadian kecelakaan tambang di Chile kemarin. Jika sebelumnya kita tidak mengenal sosok Sebastian Pinera sebagai Presiden negeri Chile, maka dikarenakan keputusannya yang pantang menyerah dalam usahanya menyelamatkan rakyatnya maka namanya sekarang melambung tinggi.

Ingin tahu lebih lanjut salah satu sosok ideal seorang pemimpin negeri, lihat saja artikel berikut :

PEMIMPIN SEJATI
Sebastian Pinera, Presiden Pencuri Hati
Kompas.com – Jumat, 15 Oktober 2010 | 03:49 WIB

Sosok pemimpin ideal dari Chile

 

Artikel lain yang mungkin dapat dikaitkan:

9 tanggapan untuk “pemimpin yang ideal”

  1. […] This post was mentioned on Twitter by Planet Terasi, Wiryanto Dewobroto. Wiryanto Dewobroto said: pemimpin yang ideal: http://wp.me/p2kLB-1xX […]

    Suka

  2. ngekngok Avatar

    pemimpn yang ideal mungkin pemimpin yang gak suka ingkar janji

    Suka

  3. grammar Avatar

    artikel yang sangat menarik gan
    grammar

    Suka

  4. el cajon condo Avatar

    Mengenai penyelamatan di Chile, yang memberi contoh kepemimpinan yang baik adalah Andre Sougarett. Dia Insinyur yang dipilih presiden untuk menangani penggalian lubang, sejak saat orang masih patah harapan dan tidak tahu nasib para penggali, sampai kemudian semua selamat.

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      O ya, salah satu aspek kepemimpinan yang baik adalah kemampuan memilih orang yang dapat dipercaya dan mendelegasikan tangung jawab dalam suatu tugas / pekerjaan, mengontrol dan memberinya bantuan / dukungan baik moril maupun materill jika diperlukan, sedemikian sehingga tugas / pekerjaan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Presiden ke Andre Sougarett, dan Andre ke anak-anak buahnya yang profesional. Memang seorang pemimpin tidak bisa mengerjakannya sendirian.

      Untuk itulah seorang pemimpin yang baik dituntut untuk tidak ragu, teguh pada pendirian, tidak penakut karena sebenarnya dia tidak sendirian. Jadi jika seorang sudah dipilih dan mau jadi pemimpin, tetapi tidak berani atau tidak jadi mengerjakan sesuatu dengan alasan yang kesannya adalah takut, itu artinya dia sebenarnnya tidak memberi kepercayaan penuh kepada anak-buahnya. Jika dia punya kepercayaan penuh, dan yakin bahwa dia tidak sendirian, maka pastilah orang itu tidak punya rasa takut.

      Suka

  5. Lex dePraxis Avatar

    Tulisan yang menarik.

    Kebetulan saya baru saja menulis hal yang agak terkait, yaitu tentang Apakah Wanita Cantik Itu Bahagia? Mohon mampir dan ikut diresponi. 🙂 Pasti bisa memberikan pengetahuan yang berharga.

    Salam kenal juga ya.

    Lex dePraxis
    Unlocked

    Suka

  6. Azhar Avatar
    Azhar

    pemimpin yang ideal tidak dapat diperoleh secara instan, karena dia harus ditempa oleh berbagai pengalaman hidup sejak kecil, diera reformasi mana ada lagi

    Suka

  7. […] pemimpin yang ideal | The works of Wiryanto Dewobroto […]

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com