babak baru dalam kehidupan


Siang kemarin dan sekarang, saya sedang mencoba merenungkan arti kehidupan. Maklum, sebagai seorang ayah dari seorang anak yang saat itu sedang menunggu sesuatu yang penting dalam kehidupannya, yang berharap akan terjadi perubahan yang positip dikeseluruhan hidup masa depannya.

Perasaan yang aku rasakan saat itu adalah adanya harapan dan juga kekuatiran sekaligus, meskipun demikian bisa tetap merasa tenang karena yang dirasakan itu adalah tidak sendirian. Banyak ayah-ayah atau ibu-ibu yang lain, yang berharap-harap cemas merasakannya. Kenapa, karena yang ditunggu adalah pengumuman SNMPTN Jalur Ujian Tertulis 2012.

Kebetulan juga tanggal kemarin adalah hari ulang tahun perkawinan kami berdua, tidak terasa sudah 21 tahun telah berlalu dalam berumah tangga. Anak pertama lahir setelah 3 tahun perkawinan kami berjalan, jadi maklum jika tahun ini baru mau masuk ke tingkat perguruan tinggi.

Nah sekarang cukup paham bukan apa arti pengumuman itu bagi keluargaku.  Hal yang jelas dapat diketahui bahwa pada jalur SNMPTN Jalur Ujian Tertulis itulah maka jika berhasil akan dapat diperoleh biaya masuk perguruan tinggi yang paling ekonomis. Sebagai gambaran jika pakai Jalur Mandiri masuk Fakultas Kedokteran perlu biaya pertama kali tidak kurang di atas 100 juta (belum tambahan sukarelanya), juga biaya per semester tidak kurang dari 10 juta, tetapi jika masuk yang versi SNMPTN ini maka biayanya pertama kali tidak lebih dari 25 juta, dengan SPP hanya 0.75 juta per-semester. Itulah yang membuat jalur itu menjadi jalur istimewa bagi anak-anak lulusan SMA di seluruh Indonesia ini.

Pada kemarin siang itu, aku dapat merasakan bahwa yang namanya menunggu dalam ketidak-pastian adalah sesuatu yang mendebarkan. Maklum dalam hal ini aku tidak bisa apa-apa, hanya bisa berdoa memohon kekuatan atau tepatnya kemampuan dapat memahami apa itu kehendak Tuhan terhadap hasil pengumuman tersebut. Aku sudah tidak berani untuk memohon sesuai keinginanku, maklum  ujian tertulisnya sudah berlalu dan tinggal menunggu hasil. Aku tidak mau terlalu ngotot berharap dan akhirnya akan kecewa.

Siang itu, yang dapat aku ungkapkan kepada anakku adalah kepasrahan, meyakinkan bahwa apapun yang Tuhan berikan kepada keluargaku (anakku) adalah yang terbaik. Untuk mendukung hal itu, bahkan aku sebelumnya telah mendukung anakku untuk mendaftar semua jalur mandiri yang ada sebagai jaga-jaga menghadapi hasil pengumuman hari ini. Bahkan tiket pesawat ke Surabayapun untuk hari selasa besok telah disiapkan. Intinya, kondisi yang terburukpun telah siap.

Saat menjelang pengumuman seperti ini, aku jadi ingat kira-kira empat tahun yang lalu, yaitu saat anakku duduk di kelas 3 SMP. Komunikasi dalam keluarga cukup intens, sehingga pada usia tersebut anakku sudah tahu nanti kalau besar mau jadi apa. Oleh karena itu juga sudah tahu, kira-kira jurusan di perguruan tinggi mana yang akan dimasukinya. Bayangkan saja masih  kelas tiga SMP,  yang mana seumuran itu waktu aku dahulu bahkan tidak tahu apa-apa. Memang sih aku dulu sudah punya impian masuk SMA favorit di kotaku, tapi ya baru itu saja. Mau jadi apa, rasanya itu nanti saja jika sudah kelas 3 SMA. Tetapi dibandingkan saat ini, anakku sewaktu SMP-nya saja sudah punya bayangan, bahkan tahu harus SMA mana yang perlu dimasuki agar cita-citanya kemungkinan besar bisa terwujud. Hal itu jelas, di jaman usiaku dulu,aku bahkan belum memikirkan sama sekali. Aku dulu mungkin hanya mengandalkan keberuntungan-keberuntungan belaka.

Aneh memang.

Jurusan atau tepatnya profesi yang diminati anakku adalah yang paling favorit, baik dari segi biaya maupun tingkat kesulitan untuk masuk ke sananya. Anakku terinspirasi oleh kakeknya yang sukses sampai hari tuanya dengan profesi seperti itu. Bayangkan itu masih kelas tiga SMP, banyak orang masih menganggapnya anak kecil.

Adanya cita-cita seperti itu tentu membuat bangga orang-tuanya. Itu aku rasakan betul karena aku ayahnya. Waktu itu yang dapat aku lalukan adalah mendukungnya, menambah impian-impian positip jika hal itu dapat diraihnya. Langkah jangka pendek sewaktu di SMP waktu itu adalah mencari SMA yang terbukti banyak anak-anak lulusannya yang juga masuk di perguruan tinggi negeri, khususnya jurusan yang menjadi pilihannya itu.

Nah dari situlah aku baru belajar mengenal SMA-SMA di Jabotabek, khususnya yang mampu mengantar sebagian besar anak didiknya masuk PTN yang dimaksud.

Ternyata itu mengantarku kepada sekolah SMA yang ternyata adalah favorit. Jadi terus terang sebelumnya aku belum mengetahuinya, bahkan lewat depan sekolahnyapun aku belum pernah. Bayangkan itu. Jadi, aku baru tahu sekolah itu karena di drive keinginan anakku untuk mengambil jurusan favoritnya. Itu berarti melalui proses pindah rayon, dari daerah Bekasi masuk ke kota Jakarta. Sesuatu yang tidak biasa, bahkan ketika gurunya SMP tahu maksud anakku untuk ke sekolah di Jakarta, mereka merasa heran. Maklum itu dikarenakan kasusnya sangat sedikit, kalau mau dibilang tidak ada yang melanjutkan ke sekolah tersebut, maklum pindah rayon berarti kena kuota 5%. Waktu itu aku baru merasa, jadi mengapa aku menyekolahkan anakku di Bekasi, mengapa tidak ke Jakarta sekalian ya dahulu. Yah, tapi itu masa lalu, itu kira-kira 3-4 tahun yang lalu, yang jelas dengan segala lika-likunya rencana anakku untuk masuk SMA favorit (di Jakarta) berhasil sudah.

Nah berdasarkan hasil didikan SMA itulah aku mempunyai harapan, meskipun di sisi lain juga rada-rada cemas menunggu hasil SNMPTN siang kemarin.

Sore hari kemarin dead line pk 19.00 rencananya akan serentak diumumkan melalui internet.Benar saja. Saat itu website yang mengumumkannya sangat penuh, saya yang pakai broadband internet sempat ngandat beberapa kali. Aku bayangkan, saat itu ribuan orang tua seperti aku berharap-harap cemas membuka hasil pengumuman tersebut.

Ternyata :

Apa yang telah diimpikan dan diupayakan lama oleh anakku ternyata diperolehnya. Terima kasih ya Tuhan, ini tidak akan aku dan anakku sia-siakan. Terus terang aku menitikan air mata haru. Nggak tahu kenapa, rasanya lebih plong dibanding ketika aku lulus program S3-ku dulu, rasanya nggak sampai menitikan air mata haru seperti sekarang ini, waktu itu rasa-rasanya biasa saja. Maklum aku telah mengiringi dan mencoba untuk terus mempertahankan dan memperbarui terus mimpi anakku itu sejak dianya masih SMP, bayangkan. Aku bisa merasakan, mengapa ketika aku lulus dulu, orang tuaku juga menitikan air mata. O itulah rasanya jadi orang tua, kesuksesan anak ternyata juga membawa kebahagiaan orang tua.

<< up-dated  16 Juli 2012 >>

Jangan dikira bahwa artikel di atas adalah sekedar kebetulan saja, tetapi karena setiap ide atau pikiran selalu dituliskan maka dapat diketahui bahwa ini adalah buah dari keputusan-keputusan sebelumnya.

Untuk itu silahkan baca artikel di bawah ini, yaitu tentang momen-momen ketika lulus  sekolah smp dan keputusan menentukan sekolah sma dari anakku, tiga tahun yang lalu.

15 pemikiran pada “babak baru dalam kehidupan

  1. R-Son

    dear Sir…
    proficiat buat putrinya atas keberhasilan yg dicapai. semoga dpt menjadi dokter yg punya kehidupan yg luar biasa seperti Ayahnya.

    proficiat juga buat Pak Wir dan Ibu selaku orang tua.

    it’s always amazed me to see how God produced a masterwork through you and your life Sir. it’s sooooo inspiring ….

    Suka

  2. rini

    Pak Wir,

    Begitulah kira-kira yang saya rasakan juga ketika anakku lanang memasuki novisiat girisonta..mengikuti jejak Rm Is (om panjenengan?).
    Semoga masih ingat padaku yang pernah sekelas IC di sma favorit dulu haa…haa…. so…so….long years ago.

    Berkah Dalem,
    harini

    Suka

    1. wir

      Proficiat juga to mbak Harini, yang putranya akan bekerja di ladang Tuhan. Semoga nantinya dapat menjadi seperti Rm Is dan Monsinyur Pudja yang merupakan putra-putra budhe yang di Solo.
      Berkah Dalem Gusti.

      Suka

  3. muhamad

    artikelny bgus.
    Tapi sya tertarik dg artikel pak wir yang mengenai prospek tek. sipil di perushan oil. Saya minta tolong pak berikan tips agar lulusan tek sipil bisa kerja di oil company.

    Trima kasih pak.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s