prediksi 2014


Judulnya nggak usah panjang-panjang, tetapi saya yakin prediksi awal anda tentang apa maksudnya, pasti akan banyak benarnya. Betul, tulisan ini memang akan membahas tentang gonjang-ganjing politik yang berujung nanti pada pesta demokrasi 2014. Bagaimana lagi, tahun depan bukankah yang ditunggu-tunggu adalah itu khan. Maklum dengan kepemimpinan seperti sekarang ini, kelihatannya terkesan banyak jalan di tempat. Itu lho penyelesaian tentang kasus-kasus korupsi yang beritanya sudah kemana-mana tapi koq kesannya belum ada ujungnya. Kesannya menunggu sesuatu gitu lho.

Menunggu apa pak Wir. Bapak khan biasanya banyak memprediksi tentang perilaku struktur, yang memang merupakan keahlian profesional Bapak selama ini. Kenapa sekarang menulis tentang hal-hal politik ?

Kenapa tidak. Bidang politik kelihatannya mempunyai kondisi berbeda dibandingkan bidang rekayasa. Bidang kita ini (rekayasa) kelihatannya selain fokus juga memerlukan ketekunan menggeluti bidang tersebut untuk menjadi ahli atau agar sukses. Belum pernah saya jumpai, teman yang ahli bidang rekayasa tetapi berasal dari luar keilmuan yang dipelajari disekolahnya. Kalau ilmu politik atau mungkin tepatnya, pelaku politik, maka latar belakang keilmuan bisa macam-macam,  yang bergelar insinyur juga banyak bukan. Kalau masih belum yakin, kenali saja ketua Golkar, juga DKI-1 mereka latar belakang pendidikannya adalah insinyur juga bukan.

Intinya, untuk menjadi pelaku politik maka latar belakang bidang pendidikan yang ditekuninya tidak harus ilmu sosial. Jadi kalau seperti aku, yang punya pengalaman memprediksi perilaku struktur, kemudian mencoba peruntungan untuk membuat prediksi politik negeri ini, rasa-rasanya bukan sesuatu yang aneh bukan. Yang jelas, kita selaku warga negara pasti punya kecenderungan, kepada siapa sebaiknya pilihan kita. Kalau tidak setuju dengan pendapat ini, pasti anda golput. Betul nggak.

O ya, membaca prediksi politik dari orang awam seperti aku ini bahkan kadang penting juga. Maklum ini khan bisa menjadi gambaran, bagaimana citra politikus diterima oleh masyarakat banyak (awam) seperti aku ini. Jika aku, yang pada dasarnya tidak terlalu tertarik politik, tetapi bisa punya argumentasi kepada siapa hak-hak suaranya kira-kira dapat diberikan, maka itu jelas berita bagus bagi para politikus. Maklum, saat ini khan para politikus kelihatannya sangat percaya sekali dengan hasil survey bukan. Nah tulisan ini khan lebih dari sekedar survey, bisa ditelaah secara lebih rasional dan logis.

Baik kita mulai prediksinya.

Jika membaca berita-berita on-line (bisa juga televisi atau surat kabar cetak), dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 akan ada pesta demokrasi untuk memilih presiden dan wakil presiden, juga wakil rakyat. Itu merupakan ajang penting yang dapat menjadi titik belok kehidupan para politikus. Setelah ajang tersebut maka bisa saja terjadi, yang saat ini dipuja-puja setelah itu bisa saja jadi terbalik. Apalagi yang tersangkut korupsi, bisa-bisa diobok-obok dengan mudah oleh KPK. Ketar-ketir dan bisa sakit jantungan lho. Jadi bagi yang ada di atas (sedang berkuasa), apakah anda sudah check-up kesehatan, mumpung punya fasilitas lho.

Salah satu yang lagi ramai saat ini, dimana beritanya ada di semua media komunikasi, baik itu televisi atau internet, adalah Konvensi Partai Demokrat untuk menentukan calon presiden. Ini jelas petunjuk penting bahwa 2014, khususnya adanya pemilihan presiden adalah juga hidup matinya partai. Bisa dibayangkan, jika besok yang pegang kekuasaan adalah orang-orang yang tidak punya hubungan kepentingan dengan orang-orang yang saat ini sedang berkuasa, maka kerja KPK tentunya akan lebih mudah. Maklum saat ini yang tersangka korupsi ternyata punya banyak koneksi atau hubungan dengan yang megang kekuasaan.

Lho bukankah adanya Konvensi itu dapat menjadi petunjuk bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik, ada keterbukaan atau transparansi.

Betul, argumentasi anda tidak salah. Tapi bagi saya, acara tersebut seakan mengamini pendapat bahwa partai yang melaksanakannya tersebut pada dasarnya tidak punya jago untuk jadi presiden. Jika punyapun, maka jelas partai yang dimaksud masih ragu, apakah jagonya tersebut menarik hati rakyat.

Hati rakyat, disitulah kata kuncinya. Kalau jago, jelas mereka punya kader dan tentu mereka dapat menentukan siapa yang punya potensi (bisa kerja) dan loyal. Dari dua hal itu jelas, jago dari kader dapat dipilih. Nah kalau faktor menarik hati rakyat. Itu kelihatannya yang menjadi faktor kunci mengapa Konvensi itu diselenggarakan. Itu sebenarnya masalahnya. Coba pelajari baik-baik, siapa orang di kader mereka yang dianggap dapat menarik hati rakyat. Tentang hal itu, tentu kita akan ingat, dulu ada kader mereka yang terlihat santun, baby face, eh, . . . . ternyata tersangkut dugaan korupsi juga. Itu tentu mengecewakan ,yang santun dan yang baby face saja begitu, apalagi lainnya.

Jadi konsep untuk menarik hati rakyat menurut saya adalah faktor penting, mengapa Konvensi itu ada. Kesannya sih, seakan-akan memberi kesempatan bagi putra-putri terbaik negeri ini, khususnya yang selama ini tidak berkecipung di dunia politik praktis. Mereka secara formal memang mempunyai legalitas, maklum selama ini yang boleh mencalonkan Presiden khan harus dari partai, belum bisa independen. Saya kira disitu kekuatan mereka. Tapi lalu apa untungnya hal itu mereka lakukan.

Ya jelas, adanya Konvensi tersebut tentunya akan dihasilkan jago, dalam hal ini person yang dapat “dijual”. Maklum, selama ini khan dari mereka, yang dijual hanya yang itu-itu saja. Memang sih, orangnya santun, gagah dan bisa bekerja sama dengan semua pihak (kompromi), tetapi tidak bisa memberikan keputusan yang bersifat tegas. Lihat saja, kesannya khan ngambang-ngambang saja tiap keputusan yang dibuat. Yang lebih menyakitkan hati adalah ngomongnya anti korupsi, tapi anak buahnya banyak yang diduga terlibat korupsi. Ini kelihatannya seperti puncak gunung bawah laut saja lho. Lihat saja setelah 2014, gunungnya pasti akan kelihatan.

Mereka tentu telah punya strateginya pak, bukan orang bodo begitu lho.

Strategi, betul tentunya begitu. Jangka pendek minimal memberi kesan, bahwa partai mereka terbuka, yang memberi fasilitas bagi anak-anak muda terbaik negeri ini yang tertarik untuk memimpin. Kesan itu jika ditangkap rakyat, tentu harapannya adalah memilihnya lagi di 2014. Tapi jika demikian, lalu apa jaminannya bahwa yang menang konvensi akan diajukan jadi presiden. Bagi mereka yang penting adalah partainya punya sesuatu yang menarik minat rakyat untuk memilihnya lagi bukan. Jadi yang penting menang dulu, presiden urusan belakang. Maklum, yang menang konvensi belum kelihatan. dan memang nggak perlu cepat-cepat dikeluarkan. Khan tujuannya hanya memberi kesan atau tepatnya lagi iming-iming saja. Ini diungkapkan karena kemungkinannya ada dua, yang menang kadernya atau bukan. Jika kader, maka nggak ada masalah. Selesai. Masalahnya saat ini khan dari kadernya tidak ada yang menarik bagi rakyat.

Jika yang menang adalah non-kader, maka masalah terkait loyalitas ke partai tidak bisa diharapkan. Jika itu tidak ada, lalu apa untungnya. Apalagi jika yang bersangkutan (yang menang konvensi) tidak mengenal istilah balas budi. Itu mah, kerja sia-sia mengadakan konvensi (eh nggak juga sih, minimal khan bisa tetap di Senayan . . . . 😀 ). Untuk itu, pastilah ada deal, minimal untuk memperhitungkan “balas budi” apa yang diharapkan. Adanya kewajiban nanti (baik yang tertulis maupun tidak tertulis) untuk “balas budi seperti itulah yang kiranya menyebabkan mengapa ada beberapa orang yang diundang konvensi tidak mau hadir. Jadi jangan terkecoh, jika ada yang datang memenuhi undangan dengan alasan menyamakannya seperti mengikuti undangan pertemuan RT. Jelas nggak sama. Kita-kita ini kadang mudah terjebak oleh retorika yang santun, dan terkaget-kaget kalau mendengar detail percakapan yang terkesan marah-marah (meskipun maksudnya baik). Itu lho DKI-2, tahu khan yang aku maksud.

Ok, rasanya keberadaan konvensi seperti di atas tidak terlalu banyak memberi harapan positip bagi rakyat. Kelihatannya, sudah bukan eranya lagi. Tahun 2014 ini jelas perlu penyegaran.

Siapa kira-kira alternatif yang diharapkan. Pak Jokowi termasuk nggak pak ?

Yang ambisius pengin jadi Presiden kelihatannya banyak lho, bahkan aku selalu melihat gembar-gembornya di media. Selalu ingin tampil. Tentang pak Pak Jokowi, menarik juga ini. Beliau juga selalu terlihat tampil di media. Tapi yang herannya, dari beliau tidak terlalu terlihat ambisinya untuk jadi Presiden. Aneh, yang terlihat begitu ambisi untuk menjadi Presiden khan dari luar diri beliau, dari kita-kita ini. Betul nggak.

Pak, beliau khan harus mengurusi Jakarta dulu, tahun 2019 begitu.

Terlalu lama ! Ini menurutku lho. Saya setuju dengan alasan pak Ahok, jika pak Jokowi bisa lebih ke atas (jadi presiden) maka jelas, perhatian untuk Jakarta pastilah tidak dilupakan. Maklum nanti presidennya khan di Jakarta juga khan. Bahkan dengan beliau jadi Presiden, dukungan untuk Jakarta akan lebih kuat lagi. Maka betul juga kata pak Ahok, jika demikian Jakarta akan lebih baik.

Pak Jokowi belum tentu diterima rakyat lho pak. Buktinya dia membantu kampanye banyak Gubernur, tetapi nggak semua menang lho pak. Gimana itu?

O itu sih nggak masalah. Coba perhatikan bagaimana beliau menjawab  mengapa jago partai yang beliau bantu promosi tidak menang. Beliau selalu menjawab, bahwa beliau melakukan promosi adalah karena permintaan partai. Bukan karena beliau mendukung jago partai itu secara pribadi. Jadi promosi beliau itu hanya menunjukkan bahwa beliau loyal kepada partai. Titik.

Lho apa hubungannya dengan jagonya tidak menang.

Masih belum nangkap ya maksudku. Begini, pernyataan beliau bahwa itu adalah perintah partai menunjukkan bahwa Jokowi hanya mengikuti partai. Jadi orang atau rakyat juga tahu bahwa jago partai dan Jokowi tidak ada hubungannya, hanya sama-sama satu partai saja. Kasarannya, rakyat pemilih tidak melihat “potensi Jokowi” juga dimiliki oleh jago partai tadi. Jadi ngapain untuk dipilih. Itu fakta.

Wah patuh sekali ya pak Jokowi terhadap partainya.

Benar. Khan sampai ada pameo bahwa pak Jokowi itu tahun 2014 maju atau tidak, tergantung dari bu Mega. Tapi menurutku, tidak hanya itu. Adanya permintaan partai untuk meminta mempromosikan jago partai, adalah menguntungkan bagi Jokowi itu sendiri. Terlepas dari jagonya menang atau kalah.

Koq bisa begitu pak.

Wah, kapan lagi bisa jalan-jalan ke lain kota untuk memperkenalkan diri secara formal seperti itu. Scope pak Jokowi khan jadi nasional, dikenal banyak orang, selain itu juga masih terkesan tetap loyal pada partai. Itu khan modal penting menuju 2014. Hebat itu pak Jokowi.

Sisi lain yang harus disadari oleh partai (partainya pak Jokowi tentunya) ketika kalah adalah harus sadar diri, bahwa meskipun kalah tetapi popularitas pak Jokowinya tidak berkurang. Itu menunjukkan bahwa pak Jokowi pamornya berada di atas partainya. Jika ini dapat disikapi dengan baik, maka 2014 itu adalah kesempatan emas, untuk partai tersebut bila ingin kembali memegang kekuasaan, yaitu tugaskan pak Jokowi untuk step yang lebih tinggi di 2014 ini.

Berita terkait 2014 yang menarik untuk dibaca :

2 pemikiran pada “prediksi 2014

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s