Minggu lalu baru saja selesai mengikuti acara seminar Konteks 7 di kampus UNS yang diselenggarakan oleh bapak Dr. Tech. Sholihin As’ad dan teman-teman. Dapat bertemu dengan teman-teman sesama dosen dari banyak kampus di Indonesia. Begitulah cara para “guru” perguruan tinggi bersosialisasi. Acara seminar tersebut ternyata mendapat sambutan hangat, informasi yang aku dapat bahwa ada sekitar 215 makalah yang dipresentasikan. Memang sih, materinya tidak sekedar struktur, tetapi bidang teknik sipil yang lain.
Jaman sekarang ini, pengikut seminar dan pembuatan makalah kelihatannya semakin meriah. Mungkin karena dampak sertifikasi DIKTI, yang mewajibkan setiap dosen untuk melaporkan kinerjanya tiap 6 bulan sekali. Kemungkinan itu aku sampaikan karena kelihatannya yang dipentingkan adalah bahwa makalahnya diterbitkan dalam prosiding dan diperoleh sertifikat. Kenapa begitu, karena ketika kemarin aku presentasi, peserta yang mendengarkan di kelas tersebut tidak lebih dari 10 orang. Bahkan kebanyakan mereka adalah para pemakalah juga yang sedang menunggu giliran presentasi, memprihatinkan ya . 😦
Kondisi itu sudah aku perhatikan sebelumnya pada beberapa seminar semacam itu, yaitu jika peserta dan pemakalah adalah sesama dosen. Kenapa ya, . . . ke depan, kelihatannya strategi yang dipilh harus diubah. Paper yang dipresentasikan harus dipilih, kalau tidak maka sia-sia. Memang sih, bagi golongan yang sekedar mengejar kum maka event seperti itu adalah yang paling diharapkan.Tetapi bagi golongan teman-teman yang ingin mendapat respon atau tanggapan bagi pengembangan karya ilmiah maka tentu akan kecewa, maklum pada cuek. 😀
Nah karena itulah maka event tanggal 10 November 2013 di kampus UNY, Yogyakarta, diharapkan akan berbeda.
Tentu, pastilah berbeda. Jika acara di Solo kemarin, makalah saya hanyalah 1 dari 215 paper yang ada. Jadi dapat dimaklumi jika waktu presentasi yang hanya diberi waktu 15 menit, itupun hanya didengar oleh tidak lebih dari 10 orang. Masih untung ada teman dosen Undip yang memberi pertanyaan, matur nuwun pak Sri Tudjono. Maklum bagi seorang guru itu, bisa menjawab pertanyaan itu seperti kalau sedang mengajar saja, menikmati. Jadi kalau nggak ada yang bertanya, maka pasti memikir dalam hati : apa materi yang dibawakan tidak menarik ya. 😀
Adapun acara di Jogja nanti kelihatannya cukup istimewa, menurut panitia, acaranya akan diikuti wajib oleh mahasiswa, yang satu angkatan saja ada lebih dari 100. Wah, bersemangat nih, bahkan telah dibuat poster khusus (dengan foto) agar teman-teman peserta dari luar bisa ikut. Bahkan selain saya, akan hadir juga pakar mewakili UGM (Prof Bambang) dan UI (Dr. Josia). Keduanya aku telah mengenal baik, yaitu memang ahli-ahli di bidang struktur.
Kecuali dari pemakalahnya saja, maka makalah yang aku siapkan juga berbeda. Jika di seminar di Solo, jumlah halaman makalah dibatasi hanya sekitar 10 lembar, maka makalah yang aku kirimkan untuk dibagikan di Jogja adalah sepuluh kali lipatnya. Tebal ya, maklum aku khan dikenal tidak hanya sebagai engineer tetapi juga writer. Jadi selain mempromosikan untuk jadi engineer yang sejati, juga memprovokasi agar dapat jadi writer, atau tepatnya penulis di dunia rekayasa. Maklum, insinyur yang mampu membuat gedung tinggi atau jembatan bentang besar di Indonesia sudah lumayan banyak, tetapi yang mau sekaligus jadi penulis. Koq kelihatannya belum banyak.
Untuk menambah riuh acara tersebut, pihak penerbit berencana untuk mengirim 50 buku untuk dapat dijual juga disana. Launching buku !
Jika banyak peminatnya maka ada salah satu panitia berkenan untuk bekerja sama untuk menjadi perwakilan penerbit untuk mengusahakan buku tersebut di sana. Jadi bagi teman-teman di Jogja dan sekitarnya, yang merasa kesulitan dengan membeli dengan cara on-line maka datang saja di acara tersebut. Kontak personnya nanti akan saya infokan jika sudah fixed .
Pada datang ya di seminar UNY, di Yogyakarta. Info lengkap ada di sini.







Tinggalkan komentar