Menulis buku di bidang rekayasa, memang tidak sekedar seperti pengarang lainnya, yaitu boleh berimajinasi sembarangan. Jadi jelas saja di dalam buku-buku karanganku maka anda tidak akan bisa menemukan tokoh Hobit bikin jembatan ke surga misalnya. Bisa luruh itu sebutan penulis di bidang rekayasa. Artinya tidak bisa menulis yang sembarangan.

Sisi lain, pembaca buku di bidang rekayasa pada dasarnya adalah orang-orang melek pengetahuan. Mereka sering membaca buku-buku dan karena kebanyakan buku-buku bidang rekayasa berbahasa Indonesia relatif sedikit, maka umumnya buku-buku yang mereka baca adalah buku-buku kelas dunia. Baik itu bajakan atau beli aslinya. Jadi intinya mereka terbiasa membaca buku-buku bermutu. Jelas nggak ada yang namanya buku bidang rekayasa kelas novel picisan. Yakin deh. Itu alasan yang menurutku mendasari mengapa seorang editor penerbit terkenal pernah berkata, kalau mencetak buku-buku teknik berbahasa Indonesia kalah populer dibanding buku-buku komputer. Ini tentu dengan catatan pengarangnya adalah lokal. Mengapa, karena untuk menulis buku-buku rekayasa khususnya teknik sipil punya karakter yang berbeda dengan buku-buku komputer. Variasi program komputer itu khan banyak sekali, selain itu juga latar belakang pembacanya bervariasi juga, mulai yang awam sampai yang memang ahli komputer. Itu mengapa, prospek jualan buku komputer lebih baik dari buku teknik. Adapun buku teknik yang baca hanya orang-orang teknik saja.

Itulah mengapa, bukuku hanya dikenal atau dibutuhkan oleh orang-orang tersebut, yang menurutku terdiri dari dua, mahasiswa dan praktisi. Nah untuk menjangkau keduanya tentu perlu detail, mudah dipelajari tetapi juga punya unsur praktis. Untuk menunjukkan bahwa buku Struktur Baja yang aku tulis tersebut juga ada unsur tersebut maka ada baiknya aku comot beberapa ya. Khususnya terkait contoh penyelesaian. Maklum itu khan yang banyak dicari mahasiswa kalau mau ujian. 😀

Ini contoh penyelesaian untuk bagian balok.

Jadi tulisan di bukuku tidak sekedar filosofi saja khan. Ada contoh hitungan, yang merupakan ciri-ciri khas buku rekayasa. Bahkan dari contoh yang aku sampaikan di atas,ada satu inovasi yang mungkin tidak terdapat pada buku-buku lain. Yaitu tabel bantu perencanaan. Pada buku tersebut ada 6 tabel bantu yang kira-kira menghabiskan antara 20 – 30 halaman sendiri. Isinya adalah daftar semua profil metrik yang ada di internet (yang aku bisa dapat). Itu aku buat dengan bantuan program (maklum aku khan menguasai VB 6) dan juga dari hasil tugas akhir mahasiswa-mahasiswaku. Nah dengan tabel bantu tersebut maka para praktisi yang tentunya malas untuk membuat hitungan balok sampai tiga lembar, dapat mengatasinya dengan hanya sekedar membuat hitungan dalam jumlah baris. Ini merupakan salah satu kekuatan buku, yang berguna bagi praktisi.

Jelas, kekuatan buku tidak hanya itu. Banyak hal yang berbeda yang aku tampilkan. Yang jelas, jika para pakar lain ingin membuat buku serupa maka tentunya perlu meluangkan waktu tidurnya dalam banyak puluhan hari atau bahkan bulan. Kalau nggak mau, yakin deh buku tersebut tidak akan ada yang bisa menyamainya. 😀

Jadi karena buku tersebut sangat tebal (untuk ukuran buku yang diterbitkan di Indonesia, khususnya bidang rekayasa) maka jumlah yang dicetak relatif terbatas. Maklum, penerbitnya bisa kewalahan untuk gudangnya bilamana tidak terjual. Jadi untuk mengatasinya, nanti akan ada pre-order sebelum dicetak, mengumpulkan potensi pembeli yang langsung mau membelinya. Jadi ketika selesai dicetak dapat langsung dikirim dan tidak menghabiskan tempat untuk penyimpanan. Sewa tempatnya khan mahal. Maklum bukunya berbobot (berat maksudkku).