Ada sedikit bahan yang dapat digunakan untuk kuliah Struktur Baja, yaitu pertanyaan dari sdr. Made Pande sbb:

Yth. Pak Wiryanto,

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak atas segala ilmu dan informasi yang sudah dishare di blog bapak ini.

Saya memiliki pertanyaan, pak. Ini terkait dengan syarat faktor kelangsingan yang dibatasi dalam peraturan untuk struktur kolom/elemen tekan seperti bracing, yang harus memenuhi nilai k.l/r </= 200. Pertanyaannya adalah, apakah syarat kelangsingan ini mutlak harus dipenuhi ? Karena dalam banyak kasus, untuk memenuhi syarat kelangsingan ini, dimensi profil yang dibutuhkan cukup boros, padahal stress ratio yang didapatkan cukup kecil. Dan bukankah dalam perhitungan tegangan ijin untuk elemen tekan ini sudah memperhitungkan efek kelangsingan tersebut untuk menghindari bahaya tekuk buckling ? Jika stress ratio yang didapatkan dari tegangan ijin ini masih di bawah 0.2 (warna batang masih biru royo2), apakah syarat kelangsingan dapat kita abaikan untuk memperoleh profil yang lebih ekonomis ?

Bagaimana menurut Pak Wir mengenai permasalahan soal k.l/r ini ? Apakah menurut bapak, kita mutlak harus mengikuti persyaratan k/l/r < 200 dengan konsekuensi material menjadi boros ? Atau faktor kelangsingan ini dapat kita abaikan selama stress ratio-nya masih masuk ? Di dalam program SAP2000 pun jika syarat kelangsingan ini tidak terpenuhi, SAP2000 akan memberikan warning. Apa dampaknya dalam kondisi aktual jika kita mengabaikan warning kelangsingan ini? Apakah berbahaya pak ?

Mohon pencerahannya, Pak Wir. Terima kasih.

Baik, mari kita membahas pertanyaan di atas.

Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kita perlu tahu sejauh apa pemahaman kita tentang “kelangsingan“, “tekuk buckling“, atau “bracing“. Untuk itu mari kita ingat baik-baik, pada mata kuliah apa istilah-istilah tersebut mulai kita kenal. Apakah anda pernah membahas hal-hal tersebut selain di mata kuliah Struktur Baja.

Apakah ketika anda mempelajari berbagai metode analisis struktur maka hal-hal itu mempengaruhi hasilnya.

Atau mungkin pernahkan anda mendengar seorang dosen baja yang menyatakan bahwa pengaruh kelangsingan sebenarnya tidak dapat diketahui berdasarkan semua metode analisis struktur yang berbasis elastis linier. Tentang hal ini, saya telah melihat hampir semua analisis struktur klasik yang diajarkan di level S1 adalah berbasis elastis linier. Hanya satu yang termasuk metode inelastis nonlinier, yaitu metode plastis. Itupun biasanya diajarkan di mata kuliah Struktur Baja. Bahkan metode plastis inipun tidak bisa memperhitungkan pengaruh kelangsingan terhadap gaya-gaya yang dicari.

He, he, . . . kalau pertanyaan di atas disampaikan ke mahasiswa-mahasiswa di JTS UPH, khususnya yang menyimak kuliah yang aku berikan, maka tentu akan mudah menjawabnya. Saya mungkin sedikit dari dosen baja yang selalu berulang-ulang menyatakan hal tersebut. Apakah dosen-dosen anda juga seperti itu. Nggak usah malu, dosen struktur baja saya dulu di Jogja, rasanya juga tidak pernah berbicara hal tersebut. Aku menyebut dosen struktur baja yang di jogja (S1 di UGM dulu), maklum waktu kuliah S2 (UI) dan S3 (Unpar) aku tidak mengambil mata kuliah Struktur Baja secara formal. He, he jadi jangan heran jika style mengajarku tentang struktur baja agak berbeda dari dosen-dosen yang ada.

Mengapa aku berkata demikian, karena masalah kelangsingan, yang mengakibatkan terjadinya tekuk, adalah masalah non-linier geometri. Hanya analisis struktur yang mampu memperhitungkan perubahan geometri ketika dibebani, maka pengaruh kelangsingan dapat diperhitungkan. Jadi jelas, semua metode analisis struktur klasik yang diberikan dengan cara manual di level perguruan tinggi (S1), yang umumnya adalah analisis elastis linier, tidak dapat memperhitungkan hal tersebut.

Jadi untuk menjawab pertanyaan sdr Made Pande maka tentu menanyakan terlebih dahulu jenis analisis apa yang digunakan. Jika tidak ada opsi khusus yang diaktifkan di SAP2000 maka umumnya analisisnya adalah elastis linier. Itu berarti pengaruh kelangsingan batang tidak bisa secara otomatis diperhitungkan dalam mendapatkan gaya-gaya batang yang terjadi.  Jadi misalnya, gaya-gaya yang bekerja adalah gaya gravitisi, maka jika diberikan bracing yang mengikat arah tegak lurus gaya, maka  akibat gaya-gaya tersebut  maka pada bracing tidak dihasilkan gaya-gaya reaksi. Gaya-gaya pada bracing akan keluar jika pada sistem struktur ditinjau beban tegak lurus struktur utama, misalnya beban angin dan sebagainya. Baru di situ akan keluar gaya-gaya batangnya.

Jadi pada analisis yang dilakukan, adanya gaya-gaya yang kecil, apakah itu sudah berarti memperhitungkan berbagai kombinasi gaya yang ada. Kalau memang relatif kecil dari berbagai kombinasi gaya tersebut, lalu pertanyaannya mengapa perlu bracing yang dimaksud. Jika itu adalah persyaratan desain (AISC) misalnya, dan benar-benar untuk persyaratan stabilitas maka tentu besarnya gaya tidak diambil dari hasil analisis (nggak akan keluar) tetapi harus mengikuti persyaratan desain juga. AISC atau tepatnya code Australia memberikan syarat bahwa bracing harus didesain minimum 2 – 5 % dari gaya tekan batang yang dibracing. Ini di buku Struktur Baja yang aku tulis, aku jelaskan panjang lebar.

Selanjutnya terkait batasan kl/r << 200. Itu sih persyaratan lama, yang didasarkan pada pengalaman. Pada AISC (2010) persyaratan yang dimaksud tidak ada. Engineer diberi kebebasan. Hanya saja disebutkan berdasarkan pengalaman empiris maka untuk elemen dengan kl/r > 200 sangat berisiko mengalami rusak, sejak awal. Karena terlalu langsing.

Tentang gaya yang kecil  untuk batang langsing. Hati-hati, tekuk yang diakibatkan oleh kelangsingan adalah jenis keruntuhan stabilitas, yaitu keruntuhan yang dapat terjadi dibawah tegangan leleh, masih elastis. Jadi meskipun gaya yang terjadi kecil, maka batang dengan kl/r > 200 adalah sangat berisiko mengalami keruntuhan yang dimaksud.

Karena masalah stabilitas adalah masalah non-linier geometri, maka konfigurasi struktur dan bracing-bracing yang dipasang sangat berpengaruh. Itulah mengapa untuk evaluasinya perlu dilihat secara fisik. Tentang hal itu, SAP tidak dapat secara otomatis mengevaluasinya.

 

 

21 tanggapan untuk “Apakah syarat kelangsingan mutlak harus dipenuhi ?”

  1. Made Pande Avatar
    Made Pande

    Terima kasih sudah dijawab dengan membuat postingan khusus, Pak Wir. Maksud saya pada pertanyaan yang lalu berkaitan dengan nilai kelangsingan penampang batang tekan yang sudah diperhitungkan di dalam perhitungan rumus tegangan kritis elemen tekannya, Pak Wir, bukan efek kelangsingan yang mempengaruhi gaya dalam batang sistem struktur.

    Dalam perhitungan kuat tekan penampang elemen tekan, saya lihat efek “slenderness ratio” sudah dimasukkan ke dalam rumus sehingga nilai fcr yang didapat akan tergantung dari nilai kelangsingan penampangnya sehingga menghasilkan nilai fcr yang akan lebih kecil dari nilai fy. Semakin langsing batang tekan, didapat nilai fcr-nya juga akan semakin kecil. Jika melihat dari poin ini, seakan-akan faktor kelangsingan penampang sudah diperhitungkan dalam memperhitungkan kuat ijin tekan dari elemen tekan tersebut. Sehingga kuat ijin ini selanjutnya dibandingkan dengan gaya tekan yang terjadi dan diperolehlah nilai stress ratio yang (masih dalam kategori) kecil.

    Pada kasus yang saya tanyakan sebelumnya, pada bracing terbebani gaya tekan yang berasal dari beban lateral seperti gempa (misal bracing berbentuk x atau v). Atau sering juga saya dapatkan kolom baja misal penampang IWF masih memiliki stress ratio yang masih kecil namun SAP2000 memberikan warning untuk kelangsingan penampang sehingga timbul keraguan apakah penampang akan saya besarkan untuk memenuhi syarat kelangsingan ini dengan resiko tambah tonase/biaya atau diabaikan karena stress ratio-nya masih masuk (gaya tekan yang terjadi masih jauh dari nilai kuat tekan penampang yang sudah memperhitungkan “slenderness ratio”).

    Apakah Pak Wir bisa menjelaskan lebih jauh mengenai “kerusakan yang terjadi sejak awal” karena elemen tekan terlalu langsing? Berdasarkan pengalaman juga saya pernah melihat profil yang mengabaikan efek kelangsingan ini tidak mengalami kerusakan sejak awal (pada saat terpasang). Menjadi dilematis lagi jika saya perhatikan, profil penampang yang didapat SAP2000 untuk memenuhi syarat k.l/r ini cukup besar (terlihat boros). Mungkin ada pencerahan lagi, Pak Wir. Mohon koreksinya jika ada pernyataan saya yang salah. Terimakasih.

    Suka

  2. dhanis Avatar
    dhanis

    Pak, bagaimana dg mode shape buckling yang di SAP 2000 apakah akurat ? SAP 2000 versi 11

    Suka

  3. wir Avatar
    wir

    @Made Pande dan Dhanis :

    Cerita tentang kelangsingan dan efeknya memang tidak bisa hanya satu halaman. Buku saya yang baru “Struktur Baja – Perilaku, Analisis & Desain – AISC 2010” banyak bercerita tentang itu. Apa yang saya sampaikan hanya sebagian kecil. Saya berharap anda sudah pra-order untuk mendapatkannya. Saat ini sedang naik cetak.

    Kembali ke pertanyaaan Made. Apa yang saya uraikan pertama di atas untuk menyatakan bahwa gaya-gaya batang untuk perencanaan elemen-elemen bracing tidak serta merta diperoleh berdasarkan analisis elastis linier yang biasa digunakan. Seperti misalnya pada jembatan, ada bracing atau disebut ikatan angin, ketika dibebani terhadap gravitasi maka bisa saja gaya-gaya yang terjadi pada ikatan angin adalah sangat kecil. Jadi ini bisa menyesatkan jika kemudian timbul pertanyaan yang disampaikan sdr Made, karena terkesan elemennya boros sekali.

    Solusi terhadap itu, sebagaimana sampai disebut dengan ikatan angin, yaitu diberikan berbagai konfigurasi beban yang berbeda. Jadi bracing yang dimaksud ketika diberikan beban angin (lateral tegak lurus elemen utama) ternyata terjadi gaya-gaya yang bekerja. Oleh sebab itu menentukan konfigurasi beban yang tepat adalah faktor penting. Nah apakah ini sudah dilakukan dengan baik. Jika hal ini sudah, baru kita masuk pada istilah optimasi.

    Bagian analisis, mencari gaya-gaya yang bekerja. Untuk perencanaan LRFD itu berada pada sisi kiri, Pu < phi x Pn.

    Nah sisi kanan, phi x Pn itu bagian desain. Ini yang mungkin dinyatakan oleh sdr Made ada Fcr yang sudah masuk faktor kelansingan. Benar sekali pernyataan anda. Itu dalam AISC 2010 adalah di Chapter E, dimana Fcr merupakan fungsi KL/r. Hanya hati-hati panjang tekuk KL disini tidak mesti sama dengan panjang elemen yang digunakan dalam pemodelan. Nilai KL akan berbeda untuk struktur yang bergoyang (unbrace) dan struktur tidak bergoyang (brace). Untuk struktur rangka batang (truss) maka memang nilai K=1, tidak akan banyak perbedaan. Ini di buku saya banyak hal yang diceritakan.

    Kemudian kembali lagi pada cerita bracing. Khususnya kelangsingan. Tinjauan kelangsingan memang diperlukan jika itu adalah batang tekan, kalau tarik relatif tidak ada, meskipun untuk memastikan tidak terjadi kerusakan maka faktor kelangsingan untuk batang tarik dari profil perlu dilihat. Jika dari batang bulat dan ada sagrod (pengencang) maka kelangsingan tidak perlu ditinjau. Nah tentang hal itu, jika dirasa bracing yang dibuat terlalu boros, pastikan konfigurasi yang dipasang menyebabkan hanya terjadi gaya tarik pada elemen bracing tersebut, misalnya membuatnya jadi cross-bracing. Maka kelangsingan elemen anda boleh tinggi. Tapi kalau masih juga mengalami sebagai batang tekan, maka saya menyarankan kelangsingan kurang dari 200. Jika lebih tidak disarankan, meskipun AISC 2010 yang baru tidak ada pembatasan lagi soal kelangsingan yang dimaksud.

    Mengapa saya membatasi 200. Untuk memahami hal tersebut ada baiknya melihat kurva tegangan kritis vs panjang kelangsingan (dibuku saya ini ada, dan dibandingkan untuk berbagai mutu baja). Disitu terlihat bahwa untuk kurva tegangan kritis yang mendekati 200 maka mutu baja sudah tidak berpengaruh. Itu menunjukkan bahwa elemen baja tersebut tidak efisien lagi penggunaannya. Jadi jika kita sudah tahu itu dan tetap memaksanya, itu berarti kita bloon sendiri.

    Berbicara tentang masalah ini sebenarnya banyak faktor judgement, khususnya dalam menentukan nilai KL/r. Ini memang tidak gampang, karena kalau berbicara tentang analisis stabilitas maka faktor adanya "imperfection" dan "residual stress" akan berpengaruh. Padahal selama ini hal itu khan tidak pernah disinggung khan. Memang sih, rumus tekan AISC (Chapter E) ke dua hal itu sudah otomatis diperhitungkan, tetapi itu hanya valid untuk batang tunggal, jika stabiltas secara keseluruhan maka jelas belum bisa. Sebagai illustrasi untuk membayangkan hal itu, maka dapat ditinjau struktur scaffolding, yang dianggap sebagai brace-frame. Seperti diketahui bahwa struktur scaffolding hanya untuk menerima tekan. Untuk struktur scaffolding satu tingkat, maka pemakaian rumus AISC Chapter E dapat dengan tepat memprediksi kekuatan dari elemen batang scaffolding tersebut, yaitu dengan menetapkan KL = panjang kolom scaffolding satu tingkat tersebut. dimana K=1 karena ada bracing.

    Jika kasus dikembangkan, scafolding tersebut disusun menjadi beberapa scaffolding tingkat, dan karena mengikuti saran AISC (karena ada bracing) maka jika memakai KL = panjang kkolom scaffolding satu tingkat saja, maka tentu kekuatannya akan sama (berat sendiri diabaikan). Padahal kalau disusun secara real, pastilah kita tidak berani, atau tepatnya scaffolding satu tingkat jelas lebih aman, daripada yang disusun vertikal ke atas. Nah cara analisis yang biasa, ini belum bisa dilakukan. Perlu analisis stabilitas, yang di Chapter C (AISC 2010) telah ditetapkan secara khusus dan diperkenalkan apa yang namanya Direct Analysis Method , yang oleh SNI kita yang baru disebut cara Analisis Langsung Desain.

    Materi saya tentang stabilitas di buku saya, ceritanya banyak. Termasuk secara khusus menjelaskan mengapa AISC (2010) sampai ngotot memilih Direct Analysis Method (DAM) yang berbeda dari cara analisis yang lam. Bab 9 tentang DAM-teori dan Bab 10 tentang DAM-aplikasi. Tentang materi ini, saya belum melihat teman-teman di Indonesia membahasnya secara detail, sampai jadi buku. Itu berarti buku saya yang pertama membahasnya. Silahkan dibuktikan nanti.

    Moga-moga dapat menjawab sedikit pertanyaan sdr. Made.

    @Dhanis : mode shape buckling SAP2000 akurat terhadap teori buckling itu sendiri. tetapi belum tentu pada pada kondisi nyata. Karena mode shape buckling hanya didasarkan pada non-linier geometri. Ini sudah diillustrasikan di buku saya : "Komputer Rekayasa Struktur dengan SAP2000".

    Pada kondisi nyata, yang disebut keruntuhan stabilitas itu dapat dikategorikan tekuk-inelastis (kolom tidak langsing) dan tekuk-elastis (kolom langsing). Nah jika memakai mode shape buckling dengan SAP2000 itu hanya teliti untuk tekuk-elastis, kalau tekuk-inelastis akan menyimpang jauh. Ini dibahas secara lengkap dan diberikan juga kurva perbandingan hasil SAP2000 untuk setiap panjang kelangsingan kolom, di Bab 9 yaitu DAM & teorinya, di buku saya yg terbaru "Struktur Baja – Perilaku, Analisis & Desain -AISC 2010". Yang pertengahan April ini akan terbit. Sudah pra-order atau belum, mumpung ada discount lho.

    Jika tertarik, langsung saja di http://lumina-press.com

    Suka

  4. dhanis Avatar
    dhanis

    Sudah pre order kok, Pak. He he he he

    Suka

  5. ahmad amanu ss Avatar

    Pembahasan yg menarik
    2 blogger saling beradu argumen 🙂

    coba saya bikin rame lagi 😀
    jika kl/r > 200
    lamda c = 200/3,14 * (240/200000)^0.5 = 2,2 ( > 1,2 ) -> 1,25 * lamda c ^2
    Pn > 0,165 * A * fy , bisa di simpulkan Pn sangat kecil akibat kl/r > 200

    dengan 0,165*A*fy uda lebih besar dari Pu apa itu nga boros x pak ?

    kalo mis nya di gunakan profil gabungan yg inersia nya besar atau profil holow yg luas penampang nya kecil plus minus nya ap ya pak , klo iwf kan iy nya kecil bikin kl/r nya besar

    salam kenal buat suhu suhu skalian 🙂
    maaf kalo ada kata kata saya yg kurang pas 🙂

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      “dengan 0,165*A*fy uda lebih besar dari Pu apa itu nga boros x pak ?”

      Tentang phi Pn >> dari Pu, . . . . ini telah memenuhi ketentuan perencanaan. Memang harus begitu. Kalau Pu >> phi Pn . . . . nah ini disebut tidak memenuhi ketentuan perencanaan.

      Tentang kl/r yang menyebabkan Pn = 0,165*A*fy , ini menunjukkan bahwa permasalahan stabilitas lebih menentukan penampang tersebut. Seperti diketahui untuk batang tekan, ada dua kriteria kegagalan, yaitu [1] material (kekuatan ditentukan oleh nilai Fy); dan [2] stabilitas atau konfigurasi geometri, baik bentuk penampang atau penempatan bracing, kapasitas kolom dibatasi oleh terjadinya tekuk, yang bisa saja terjadi di bawah Fy.

      Dua kriteria itu yang membatasi kekuatan kolom (batang tekan). Baja terkenal karena mempunyai Fy yang tinggi, maka jika kolom sudah fail dalam kondisi fs << Fy maka sistem yang kira rencanakan adalah tidak efisien. Itulah tugas kita memproporsikan sistem struktur sehingga untuk setiap kondisi beban, maka keruntuhan material yang sebaiknya terjadi terlebih dahulu dibanding keruntuhan tekuk.

      Itu penting karena keruntuhan material, yaitu terjadi Fy atau leleh bersifat daktail, dibanding keruntuhan tekuk, yang terjadi pada kondisi tegangan rendah dan sifatnya mendadak. Ini harus dihindari.

      Jelas konsep di atas adalah lebih rumit dari perencanaan beton bertulang, yang umumnya karena ukuran penampang relatif besar maka permasalahan stabilitas jarang ditemui. Umumnya hanya masalah kekuatan penampang (material). Juga permasalahan daktail dari beton bertulangpun umumnya dikunci oleh detail penulangan yang telah ditentukan dalam peranturan. Juga tidak ada permasalahan sistem sambungan yang dapat dipilih, yang umumnya pada beton bertulang adalah kontinyu.

      Struktur baja tidak bisa seperti itu, material berpengaruh, konfigurasi penampang dan struktur juga berpengaruh pada stabilitas (lokal atau global), juga sambungan. Untuk menceritakan itu semua, saya melihat tidak banyak buku yang dapat dijadikan acuan. Itulah mengapa saya berinisiatif menjelaskannya secara panjang lebar, tentu dilengkapi dengan gambar-gambar, yang kadangkala perlu saya buat sendiri, berdasarkan pemahaman saya.

      Saya yakin sekali, jika adik-adik telah membaca buku tersebut, maka rasanya pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti di atas akan dapat terjawab sendiri. Moga-moga.

      Suka

      1. Afret Nobel, ST Avatar

        Saya sudah pesan bukunya dan tunggu dikirim. Nanti setelah baca baru saya komentar.

        Suka

      2. ahmad amanu ss Avatar

        ni barusan nyampe bukunya pak
        recommended banget buat akademis dan praktisi 🙂

        Suka

      3. wir Avatar
        wir

        yang penting, apa yang saya omongkan di blog ini dengan fakta di buku yang dibaca, sama khan ?!!

        Suka

  6. jangbandee Avatar
    jangbandee

    Saya udah preorder… gak sabar nunggu dikirim Pak Wir…

    Suka

  7. wir Avatar
    wir

    @dhanis, @Afret Nobel, @jangbandee

    Terima kasih telah pre-order. Bagi klotter pertama yang membeli buku tersebut nanti akan saya minta selipkan brosur tentang buku-buku saya. Jika berkenan, mohon disebar-luaskan ya, agar teman-teman lain yang tidak familier dengan blog dan facebook mendapatkan informasi keberadaan buku tersebut.

    Informasi yang terakhir, dijanjikan percetakan buku selesai setelah tanggal 15 April bahkan sampai 21 April. Moga-moga tidak mundur lagi.

    O ya, jangan lupa setelah buku diterima adalah masukan dan testimoninya. Thanks

    Suka

  8. Anonim Avatar
    Anonim

    Saya sebagai mahasiswa bapak kadang merasa ‘bodoh’ tidak mendengarkan bapak ketika bapak mengajar padahal ilmu yang bapak ajarkan sangat bermanfaat dan menjadi kekaguman banyak pihak. Maafkan saya pak. Hehehe

    Suka

  9. mahathir Avatar
    mahathir

    pak wiryanto. saya jg pernah mengalami kasus yg sperti ini juga. ketika saya cek nilai k yg dihasilkan pada program sap mencapai angka 8, yaitu struktur rangka bergoyang. saya pernah baca jurnal hasil penelitian bapak tntang analisis DAM. di mana membatasi nilai k = 1. jika nilaik k saya setting menjadi 1 maka struktur akan memenuhi syarat. nah yg menjadi pertanyaan apakah pada struktur bergoyang nilai k pada analisis DAM tetap juga 1 pak..? terima kasih.

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Nah, jawabannya lengkap dituliskan pada buku saya yang terbaru pak. Kapan kita pakai K=1 dan kapan tidak. Juga untuk menjawab, aman nggak sih pakai cara tersebut. Saya khusus menuliskan tentang Direct Analysis Method (DAM) dalam dua bab. Saya sendiri belum pernah membaca buku textbook penulis lain yang sebanyak itu. Dalam bab itu pula, saya mencoba membandingkan hasilnya dengan hasil empiris, percobaan di PUSKIM Bandung.

      Cara baru yang diusulkan oleh AISC (2010) hanya unggul pada hal-hal tertentu, atau dalam arti kata, cara lama masih saja bisa dipakai. Kapan itu, ada jawabannya di buku saya yang terbaru. Di sini jelas tidak akan cukup untuk menjawab, perlu beberapa gambar dan puluhan kalimat untuk menyatakannya.

      Sudah pesan belum pak. Jika belum langsung saja ke http://lumina-press.com

      Suka

  10. respons pembaca buku Struktur Baja | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Apakah syarat kelangsingan mutlak harus dipenuhi ? – 4 April 2015 […]

    Suka

  11. Hastomi Avatar

    Pak Wir,

    Memang di AISC2010 kL/r sudah tidak disyaratkan, hanya disarankan. Namun khusus untuk ketahanan gempa dalam pemilihan sistem daktilitas, di AISC341-10 ada beberapa batasan kelangsingan khusus untuk vertikal bracing (yang merupakan bagian dari sistem penahan beban lateral).

    Misalnya untuk tipe structur OCBF (Ordinary Concentrically Braced Frames) batasannya kL/r < 113 (material standar SS400/A36). Untuk SCBF (Special Concentrically Braced Frames) kL/r < 200.

    Salam,

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Betul pak. Code tahan gempa memang diperuntukkan khusus pada struktur yang dapat berperilaku daktail, pada kondisi beban tak terduga, yaitu akibat gempa. Untuk itulah maka perlu persyaratan khusus. Materi buku saya adalah untuk struktur biasa, dengan kondisi beban yang telah diduga sebelumnya, bukan untuk tahan gempa.

      Adapun yang tahan gempa, bahkan ada persyatan cara pembuatan sambungannya juga, karena ternyata dari akibat gempa Northridge dijumpai keruntuhan yang bersifat getas (non-ductile) akibat dari proses pengelasannya. Itulah mengapa, sekarang ini untuk perencanaan sturuktur baja ada tiga buku code yang terpisah. O ya, buku saya belum mencakup ketiga code tersebut sebagaimana dijelaskan pada kata pengantarnya.

      Intinya, struktur baja meskipun materialnya sendiri ductile, tetapi untuk membuat struktur baja yang ductile maka perlu aturan dan petunjuk khusus sebagai dalam code tersebut.

      Suka

  12. Amelinda Kusuma Avatar
    Amelinda Kusuma

    Selamat siang Pak Wiryanto, Saya mau bertanya mengenai K*L/r khususnya untuk struktur bracing (terkoneksi dibagian tengah X)….
    Misalkan panjang bracing = 5 meter
    Apakah variabel L pada bracing tekan untuk menghitung K*L/r dapat diasumsi L-sebagian (5/2 = 2.5meter)?
    – Apabila menggunakan L utuh, Apakah boleh menggunakan r minimum?
    – Apabila menggunakan L sebagian apakah bracing tarik dapat dianggap kuat untuk menjadi restraint?

    Suka

  13. aldo321 Avatar

    Halo Pak Wir, output di Sap2000 ada yg aneh.
    ada beberapa balok WF, setelah saya check design muncul hasil yg berbeda, padahal section dan panjangnya sama.
    Balok 1 “Warning KL/R > 200”
    Balok 2 “Warning L/R > 300”
    Balok 3 gak ada warning
    semua balok di atas rasionya masih di bawah 1, dan memiliki bentangan panjang yg sama.
    Mohon penjelasannya ya pak, saya bingung sekali dengan hasil tersebut karena dengan nilai L & r yg sama, hasilnya berbeda.
    L = 5meter, rx = 0.082, ry = 0.023
    Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih atas segala penjelasan bapak, baik yg di buku maupun secara online.. 😀

    Suka

    1. Ridwan DA Avatar
      Ridwan DA

      Balok 1, kena gaya tekan. maka muncul keterangan seperti itu apabila KxL / r minimum > 200.
      balok 2, kena gaya tarik, maka muncul keterangan seperti itu apabila KxL / r minimum > 300.
      balok 3, tidak kena gaya tekan ataupun tarik. mungkin lentur saja. maka tidak muncul keterangan seperti itu

      Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com