memahami Jokowi !

Kurang lebih dua minggu lagi, pemilu pemilihan Presiden akan berlangsung. Situasi yang dirasakan menjelang pemilu tahun ini terasa berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya, narasi-narasi terkait sentimen agama sangatlah santer, adapun saat ini hanya sayup-sayup terdengar, bahkan bagi yang tidak memperhatikan, tentunya tidak mendengarkan apa-apa. Nyaman, ini sesuatu yang menyejukkan tentunya.

Saya merasakan bahwa di era pemerintahan Presiden Jokowi ini, rasa nasionalisme yang berbingkai bhineka tunggal ika, dan kecintaan memakai produk budaya lokal, semakin menguat. Dampaknya luar biasa, lihat saja video dari content creator Dara Sarasvati di bawah ini, yang hit dilihat ribuan orang. Video ini bisa menimbulkan kebanggaan akan keindahan busana nasional, tidak kalah dari busana manca negara. Jika banyak video yang dibuat seperti itu, bisa-bisa menjadi trend-setter dunia nantinya.

Video seperti di atas, sebelum era Jokowi, tidaklah mudah ditemukan. Kalaupun ada, bisa-bisa membuat heboh dan menimbulkan hujatan. Maklum bisa dikonotasikan negatif. Saya berharap anda tidak melihat konotasi negatif tersebut. Jika ternyata iya, alangkah baiknya untuk quit dari blog ini, dan mencari bacaan yang lain. Maklum mindset kita pasti akan berbeda. Tulisan berikutnya saya akan membahas sisi positip Jokowi. Sebagai pendukungnya dari mulai era gubernur DKI, sampai menjadi Presiden NKRI dua periode ini, maka tidak ada yang berubah. Saya tetap apresiasi langkah-langkah beliau, dan mendukung penerusnya nantinya. Itu pula alasan mengapa avatar FB saya adalah pak Jokowi.

Membaca komentar teman-teman di whatsapp maupun facebook, saya jadi tahu bahwa banyak dari mereka yang kecewa kepada Jokowi. Kecewa itu sesuatu yang tidak enak. Semakin ngefans seseorang itu dahulunya, maka jika kecewa akan semakin sakit hatinya. Tidak hanya itu, saat ini banyak ditemukan video, dari orang-orang atau bahkan tokoh, yang dulunya nge-fans tetapi sekarang berbalik 180 derajat, bahkan tidak malu-malu lagi menghujat dengan penuh rasa kebencian.

Terkait dengan tokoh-tokoh yang menghujat tersebut, tentunya ada sesuatu yang mengherankan. Pada satu sisi mereka berbicara tentang etika, tetapi pada sisi lain mereka dengan enteng menghujat, bahkan memakai kata-kata yang menurut saya sangatlah kasar, yang tidak mencerminkan ketokohan mereka selama ini. Kriteria etika atau kesopanan yang berlaku sekarang, kelihatannya berbeda dari jaman saya dahulu kecil. Padahal orang-orang yang dimaksud, lahirnya juga sama dengan kota dimana saya tumbuh besar dahulu. Tentang hal itu, saya yakin sekali, betapapun hebatnya orang itu dahulu, tetapi ketika menghujat seperti itu, maka sebenarnya itu akan mendegradasi dirinya sendiri. Hujatan itu akan berbalik dengan sendirinya, bahkan Jokowi akan semakin besar nantinya. Adanya hujatan tersebut, menyebabkan orang lain menjadi tergerak untuk membelanya. Salah satunya adalah threat ini.

Hujatan-hujatan itu memang berpengaruh. Bagi yang sepemikiran, maka adanya hujatan tersebut menjadi pembenaran akan pikiran yang dimiliki. Tetapi bagiku, itu menjadi pemicu untuk memikirkan alasan kuat apa yang mendasari aku tetap percaya pada Jokowi. Itulah mengapa aku tertarik untuk menuliskannya. Minimal bisa mengemukakan alasan apa yang menyebabkan saya bisa memahami jalan pemikiran pak Jokowi seperti sekarang ini. Untuk itu ada baiknya saya mulai dengan memperlihatkan foto-foto dokumentasi dari pak Jokowi yang aku dapat di internet, sebagai berikut.

Fotonya tidak banyak, hanya sebagian saja. Jika diperlukan silahkan browsing sendiri di dunia maya. Dari foto-foto dokumentasi tersebut dapat diketahui bahwa pak Jokowi tidak hanya pemimpin atau presiden Indonesia, tetapi juga tokoh global, yang diakui oleh banyak pemimpin negara-negara lain di dunia. Bandingkan dengan para tokoh yang nyinyir membenci Jokowi. Apakah pengaruhnya bisa sebesar beliau.

Terkait dengan ketokohan, atau tepatnya orang yang mengaku tokoh budayawan, tetapi mencibir bahkan menghujat beliau. Itu semua menunjukkan bahwa orang tersebut tidaklah selevel pemikirannya dengan Jokowi. Karena level pemikiran yang tidak sama itulah, maka mereka memaknai dunia ini secara berbeda dibanding Jokowi. Perbedaan itulah yang menyebabkan konflik. Itu biasanya dimulai dari timbulnya rasa kecewa mengapa Jokowi bertindak secara berbeda dari yang diharapkan.

Adanya perbedaan mindset dalam menyikapi sesuatu, melahirkan tindakan-tindakan yang berbeda, berlawanan, bahkan bisa saling menghancurkan nantinya. Oleh sebab itu memahami sesuatu adalah sangat penting. Itu akan menentukan tindakan kita berikutnya. Termasuk juga kepada siapa kita memilih Presiden berikutnya sebagai penerus pak Jokowi.

Mindset yang tepat, adalah hal yang paling penting dalam kehidupan ini. Itulah alasannya mengapa pemeluk agama Kristen, menganggap bahwa iman kepercayaan kepada Tuhan, adalah hal yang sangat penting daripada tindakan atau perbuatan seseorang. Bahkan berani menyatakan hanya karena iman saja, maka seseorang itu akan diselamatkan. Meskipun faktanya, antara iman (pikiran) dan tindakan, pada dasarnya adalah satu kesatuan.

Mindset bisa terbentuk jika kita mempunyai wawasan yang luas, dan wawasan tersebut bisa terpengaruh bilamana kita mau terbuka menerima pendapat atau pemikiran orang lain. Nah itulah maksud dari tulisan ini.

Jika diperhatikan, mulainya terjadi konflik atau kekecewaan pada Jokowi terlihat ketika beliaunya tidak lagi mendukung 03, dan berubah arah dukungannya kepada 02. Dampak nyata, adalah partai pendukungnya, yaitu PDI. Jika diperhatikan, orang-orang yang banyak menghujat itu adalah para simpatisannya. Teman berubah menjadi lawan. Itu sangat terlihat pada debat capres dan cawapres kemarin, meskipun sebenarnya mereka itu adalah orang-orang yang termasuk tim Jokowi. Dari debat terkesan ada serangan pada kebijakan Jokowi. Untung saja calon yang didukung Jokowi punya mental lebih. Akibat keberaniannya tersebut maka kubu lawan menyebutnya sebagai tidak punya etika. Maklum itu tuduhan yang paling mudah, karena etika adalah sesuatu yang dinilai dari rasa atau perasaan seseorang, yang tentu saja bisa berbeda satu dengan lainnya.

Tahu mengapa bisa terjadi perubahan arah dukungan, dan terjadi cawe-cawe memilih presiden berikutnya, adalah kunci memahami permasalahan. Adapun pelanggaran etika dan yang lain-lain, itu hanya dampaknya saja, bukan penyebab utama. Hanya saja saya melihat bahwa teman-teman yang sekarang kecewa dengan Jokowi karena alasan adanya pelanggaran etika. Mereka ngotot, pelanggaran etika itu signifikan sekali pengaruhnya, adapun bagi saya itu relatif receh, ada hal lain yang lebih utama. Ini tentu banyak yang pro dan kontra, dan itu bisa dimaklumi.

Mengapa cawe-cawe.

Dari media online, banyak ahli berpendapat bahwa presiden itu harus mengayomi, harus berdiri di semua pihak. Tidak salah itu, tetapi jika kemudian alasannya adalah dibandingkan dengan presiden-presiden Indonesia sebelumnya, maka itu kelihatannya tidak seperti itu. Para komentator itu berpendapat mengapa presiden Jokowi, tidak seperti presiden-presiden sebelumnya. Karena itulah mereka memberi istilah cawe-cawe (merasa harus terlibat). Padahal jika disimak, cawe-cawe yang dimaksud sejatinya hanya hasil interprestasi dari tindakan yang terjadi, bukan dari kata-kata yang diucapkan oleh pak Jokowi. Interprestasi yang dimaksud tentunya sangat subyektif sifatnya.

Argumentasi untuk tidak cawe-cawe, seperti halnya presiden-presiden sebelumnya, rasanya bukan alasan yang tepat. Maklum Presiden Jokowi itu istimewa, tidak sama seperti Presiden-presiden Indonesia sebelumnya. Dia berbeda. Ini yang harus dipahami. Perbedaan yang nyata adalah bahwa Presiden Jokowi adalah satu-satunya Presiden Indonesia yang memutuskan untuk memulai pembangunan ibu kota negara atau IKN. IKN sebagai sesuatu yang baru, yang hanya bisa dibandingkan dengan Presiden pertama, Sukarno, ketika memulai negara Indonesia yang baru berdiri.

Apa perbedaan pembangunan IKN dengan pembangunan infrastruktur yang juga bisa dilakukan oleh Presiden-presiden sebelumnya. Pembangunan infrastruktur dapat dengan mudah dipahami manfaatnya oleh rakyat awam, dan waktu pembangunannya relatif pendek. Presiden yang berkuasa, bisa langsung melihat hasilnya di masa pemerintahannya. Adapun IKN manfaatnya tidak bisa secara langsung dinikmati oleh penggagasnya, perlu waktu lama untuk melihat manfaat langsung yang dapat dirasakan masyarakat. Pembangunan IKN adalah suatu keputusan visioner, memerlukan waktu dan dukungan banyak orang, agar sukses tercapai seperti yang dicita-citakan. Persis seperti Sukarno membangun pemerintahan NKRI, yang berisiko gagal jika tidak dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin penerusnya.

Suka tidak suka, proyek pembangunan IKN sekarang ini sudah menjadi keputusan publik, negara, dan proyek itu hanya akan sukses jika didukung oleh Presiden-presiden terpilih berikutnya. Meskipun didukung oleh undang-undang, tetapi jika Presiden berikutnya, tidak melihat hal itu sebagai utama, maka tentunya tidak menjadi prioritas yang harus dikerjakan, tidak menjadi fokusnya. Itu akan menyebabkan kesuksesan pembangunan IKN menjadi tertunda, atau bahkan tidak terjadi sekalipun (mangkrak). Maklum banyak alasan yang dapat disusun terkait hal itu, khususnya jika dianggap itu nggak penting.

Pembangunan IKN bagi seorang Jokowi adalah suatu perjuangan, persis seperti di jaman Sukarno dahulu dalam meraih kemerdekaan. IKN menjadi simbol kemakmuran NKRI, yang digambarkan nanti sebagai Indonesia Emas 2045.

Bagi Jokowi, keputusan membangun IKN adalah milestone penting bagi kemajuan bangsa Indonesia, oleh karena itu semua risiko harus diatasi. Permasalahannya adalah keputusan membangun IKN tidak bisa diselesaikan dalam dua periode kepemimpinannya. Oleh sebab itulah Jokowi harus memastikan bahwa pemimpin berikutnya adalah orang-orang yang berpihak padanya dan mempunyai pemikiran sama, dan berani mengatasi permasalahan yang terjadi. Itulah alasannya mengapa beliaunya harus cawe-cawe.

Bagi saya, cawe-cawe itu adalah bentuk pertanggung-jawaban Jokowi terhadap pilihan yang tidak enteng dalam membangun IKN. Jika Jokowi hanya berpikir untuk diri sendiri dan keluarganya, tentu lebih gampang hidup tenang dan tidak peduli apa yang terjadi berikutnya. Bahkan jika IKN tidak diteruskan sekalipun.

Sebagai seorang profesional di bidang konstruksi, maka impian Jokowi membangun IKN tentu saja sangat didukung. Meskipun demikian, yang tahu benar pentingnya IKN untuk dibangun adalah Jokowi, bahkan itu menjadi legacy-nya. Kesuksesan pembangunan IKN akan menempatkan Jokowi pada ranah tertinggi, dan sebaliknya jika terjadi kegagalan IKN. Oleh sebab itu, memastikan bahwa Presiden berikutnya bisa dan mau mendukung pembangunan IKN adalah hal yang utama. Jokowi untuk itu tidak bisa lepas tangan. Oleh sebab itu wajar saja jika pak Jokowi harus cawe-cawe.

Cawe-cawe itu menjadi penting artinya ketika menyadari adanya capres yang bisa dengan terang-terangan menyatakan perubahan dan berjanji jika menang nanti maka ibukota tidak jadi dipindah. Itu jelas suatu pernyataan perang terhadap ide pembangunan IKN. Kondisi ini yang dipahami Jokowi untuk dilawan pertama kali dalam menghadapi pemilu tahun ini.

Capres yang lain, pada saat Jokowi menyadari permasalahan di atas, dianggapnya masih satu kubu. Seperti diketahui bahwa capres 03 diusulkan atau di-endorsed pertama kali oleh Jokowi, dengan menyebutnya rambut putih. Adapun capres 02 adalah menterinya Jokowi, yang selama ini terkesan patuh. Adanya ancaman untuk tidak memindah ibukota tentunya mengancam legacy-nya Jokowi. Oleh sebab itu wajar jika ada ahli yang mengutarakan pendapat bahwa ada keinginan Jokowi untuk menyatukan 03 dan 02, agar dapat mengalahkan 01 yang tidak setuju dengan IKN tersebut.

Sayangnya partai yang membawahi 03 kelihatannya tidak mendukung, bahkan bisa saja tersinggung dengan adanya usulan bergabung tersebut. Kelihatannya perihal pentingnya IKN menjadi prioritas tidak ada di dalam pemikiran dari ketua partai tersebut. Baginya yang paling penting adalah bisa berkuasa atau menjadi nomer satu di negeri ini. Adanya pemikiran yang berbeda inilah maka konflik Jokowi dan partai menjadi dimulai.

Selanjutnya diyakini sekali, bahwa peran 03 untuk turut serta menggagalkan event U20 di Indonesia, menjadi peristiwa penting yang mengubah hubungan Jokowi dan 03. Jika 03 sebelumnya di endorsed oleh Jokowi, maka setelah peristiwa tersebut maka Jokowi akhirnya sadar, bahwa apa yang diharapkan dari 03 untuk mendukung program-programnya adalah salah. Partisipasi aktif 03 dalam menggagalkan U20 adalah petunjuk bahwa orang yang dimaksud patuhnya adalah kepada partai dan bukan pada Jokowi. Itu dipilih o3 karena tahu bahwa hanya partai saja yang bisa mengusulkannya jadi capres. Jokowi khan tidak punya partai. Strategi 03 memang manjur, karena sejak itu, maka ketua partai akhirnya memilihnya menjadi capres dan akhirnya mendapat nomor urut 03.

Mindset yang berbeda terjadi di benak Jokowi. Event U20 adalah agenda besar pemerintah. Karena sudah ada komitmen real, maka ada dana yang keluar untuk mempersiapkannya. Ini seperti halnya proyek IKN. Adanya komitmen untuk memulai maka ada konsekuensi logis yang menyertai. Jika tidak jadi, maka biaya yang dikeluarkan akan menjadi sia-sia. Jokowi tentu berpikir, koq bisa gampang sekali menggagalkan komitmen real yang telah dibuat sebelumnya, dengan keputusan politik belaka. Apalagi mengetahui bahwa partai bersikap pada 03 adalah tanpa melibatkan Jokowi lagi. Dari situ bisa diyakini, bahwa arah kerja 03 pastilah pada partai dan bukan Jokowi. Jika 03 yang dipilih, maka kelanjutan IKN tentu tidak bisa diharapkan lagi. Dugaan ini terbukti, bahwa dalam debat kemarin, tim 03 secara nyata-nyata meragukan keberadaan IKN. Jika dari awal saja meragukan, bagaimana IKN bisa terwujud nantinya.

Untung saja itu semua sudah diperhitungkan oleh Jokowi. Intinya 01 dan 03 tidak bisa diharapkan untuk menjadi penerus legacy Jokowi dalam mewujudkan IKN. Kesuksesan IKN dan terwujudnya Indonesia Emas 2045 adalah skala prioritas utama, yang lebih besar dari sekedar kemenangan partai untuk menjadi nomer 1 di Indonesia. Ini terjadinya menjelang pemilu segera dimulai, sehingga antisipasi yang bisa dilakukan menjadi terbatas. Untung saja yang menghadapi permasalahan ini adalah Jokowi, yang tindak dan perilakunya tidak dapat diduga sama sekali. Untung juga bahwa keluarganya mendukung sepenuhnya dan berani untuk membelanya.

Dari ketiga capres, yang dirasa paling memungkinkan untuk mendukung Jokowi adalah 02, meskipun sebelumnya adalah lawannya. Tetapi dari kedekatan kerja yang ada selama ini, dan belum ada bukti akan menelikung dari belakang, maka 02 menjadi pilihan yang terbaik bagi jokowi. Pada titik ini, saya sebenarnya ragu dengan pilihan Jokowi. Maklum sebelumnya 02 adalah sosok lawan dari Jokowi. Hanya saja berikutnya, anak pak Jokowi masuk gelanggang. Ini tentu mengejutkan semua pihak, dan dianggap sesuatu yang tidak terduga sama sekali. Jadi wajar untuk menyerang hal itu maka isu etika digunakan. Tetapi bagi saya, keberadaan tokoh yang mendukung 02 itu menjadi petunjuk jelas, bahwa dialah yang paling riil yang memungkinkan legacy Jokowi terlaksana.

Itu pula yang membuat saya yakin juga, jika pilihan Jokowi itu bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045. Hal-hal yang dinyinyirkan oleh para tokoh yang kecewa dengan Jokowi adalah hal-hal yang receh. Sebagaimana Indonesia merdeka dahulu, yang memerlukan perjuangan, maka terwujudnya Indonesia Emas juga perlu strategi, dan upaya nyata untuk mendapatkannya.

Semoga pak Jokowi selalu sehat dan tetap bisa mendampingi pemimpin-pemimpin Indonesia berikutnya dalam mencapai Indonesia Emas 2045. Semoga anak cucu kita menjadi semakin sejahtera. Amin

2 tanggapan untuk “memahami Jokowi !”

  1. Vero Avatar
    Vero

    Selamat malam Pak, izin bertanya. Apakah bapak da mengeluarkan buku program ETABS utk high rise building?trimksih

    Suka

    1. wir Avatar

      mbak Vero, belum ada rencana menulis buku tentang ETABS. Ini yang sudah masuk agenda untuk kewajiban GB adalah menulis tentang jembatan baja khususnya I girder dan box girder, mulai dari teori, contoh desain dan metode konstruksinya. Ini sudah ada kontak dengan praktisi.

      Suka

Tinggalkan Balasan ke Vero Batalkan balasan

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com