Jika akan diterbitkan buku baru setebal 590 halaman, yang dicetak sebanyak 2500 eksp dan akan diedarkan ke seluruh Indonesia. Sehingga ada kemungkinan buku tersebut dapat dimiliki oleh individu atau mungkin institusi di perpustakaan-perpustakaan yang megah dan terawat baik untuk waktu bertahun-tahun kemudian.
Jika buku tersebut akhirnya dapat dianggap sebagai referensi yang baik sehingga diharapkan dapat dibaca juga dengan baik oleh anak-cucu kita, sehingga daur hidup buku tersebut bisa lebih lama dari umur-umur kita yang sedang membaca tulisan ini.
Lalu bayangkan, jika ada satu halaman dari buku tersebut di bagian depan, didedikasikan khusus kepada anda sebagai halaman persembahan, sehingga nama lengkap anda dicantumkan, dan juga anda diminta memberikan suatu kalimat pendek, suatu kalimat yang cukup bermakna dalam hidup anda untuk digoreskan pada halaman tersebut.
Kalimat pendek atau ‘untaian kata’ yang dapat menunjukkan kepada orang lain, siapa ‘Anda’ . Jika itu menarik dan memberi kesan baik maka diharapkan orang yang membacanya juga memahami siapa Anda (dikenang dan diingat).
Jika demikian, kira-kira kalimat apa yang anda pilih ?
Pertanyaan serupa saya sampaikan kepada orang tuaku. Wah ternyata disambut dengan baik. Beliau sangat serius menanggapinya, bahkan menelpon teman-teman beliau untuk mendapat saran dan masukan ttg kalimatnya yang akan disampaikan tersebut.
Kira-kira apa kalimatnya ?
Ternyata tidak hanya kalimat, tetapi juga berharap dapat menyampaikan dalam bentuk gambar kenangan dan sedikit pengantar untuk menunjukkan jati diri beliau.
Jadi bentuk halaman persembahan tersebut adalah :
to my parent
RM. SRI HARDJONO and NEMIARNI
in YogyakartaBenedictio Domini sit super nos semper
Basilika San Francesco Assisi, Toskana, Italia 2004Poma dipoma, gayuhen gapuraning uripmu kanthi laku, bèn sira bisa awèh tetulung, pitutur, tuntunan, gedhéné panutan. Géné sisip sembiré ora, apesé lelakumu bakal tulung-tulung dadi tontonan, tansah dicatur, urip nunut, nglelingsemi ing samubarang gawé.
mungkin kalo aku blank mas, ra tau piye, lha wong nggak punya identitas diri yang patut diketahui orang,
blogwalking, salam kenal
SukaSuka
Ah apa iya mas.
Kebutuhan primer khan pangan-sandang-papan, jika itu sudah tercukupi maka tentu pengin lain, yaitu keberadaannya dianggap ada.
Ada sebagai apa, ya sebagai manusia utuh, yang diharapkan dapat membahagiakan/ membantu dan tidak membebani manusia lain disekitarnya dan juga untuk kemulian Tuhan-nya.
Gitu khan mas, simple koq hidup ini.
Jadi siapapun kita , jika inti hidup diatas bisa kita laksanakan rasanya nggak perlu malu koq mas untuk menampilkan diri. Bahkan kadang perlu agar orang lain tahu bahwa itu baik dan kemudian berkenan mempermuliakan Bapa-nya di surga.
Catatan : orang-orang lainnya yang mungkin terlihat wah dari luar dan dengan bangga (tidak malu) untuk menunjukkan siapa dia saja bahkan kadang-kadang bahkan membebani manusia lainnya (misal dengan korupsi) dan tidak memuliakan Tuhannya (misal dengan zinah).
SukaSuka
Ping-balik: wisata kuliner di Jogja « The works of Wiryanto Dewobroto
Halo pak Wir…:)
saya tidak perlu lagi kuatir ut sulit mendapatkan info tentang pengetahuan teknik sipil bila nanti saya harus pulang kampung. saya bersyukur, kalo ada pribadi seperti pak Wir yang mengamalkan,”banyak memberi maka akan banyak jg menerima berkat”…betul sekali pak. itu “sangat terbukti”.
kalo saya pak, isi kalimat hal persembahannya seperti ini:
…setia dalam perkara kecil maka akan setia juga dalam perkara besar. benar dalam perkara kecil akan benar juga dalam perkara besar…
semoga Tuhan selalu memberkati pak Wir, pengetahuan bertambah dan tetap ingat “ilmu padi”.
tks pak Wir. 🙂
“…
SukaSuka
Ping-balik: membuat tulisan ilmiah | The works of Wiryanto Dewobroto