ada apa dengan GURU kita ?


GURU = di GU gu lan di ti RU , artinya orang yang diikuti petunjuknya dan patut diteladani, suatu artian yang penuh falsafah moril, sedangkan istilah dosen hanya sekedar sebutan profesi pengajar di perguruan tinggi. Jadi GURU mestinya lebih membanggakan dibanding DOSEN. Kenyataan, karena DOSEN umumnya ‘materi’-nya lebih kelihatan maka dianggap lebih hebat. Apa benar demikian, ya saya kira tergantung situasi dan kondisi (tidak berlaku umum).

Itulah masyarakat kita, yang melihat kesuksesan seseorang selalu dilihat luarnya saja. Itu jugalah yang mendorong orang kalau ada kesempatan akan bertindak korupsi, atau untuk level tertentu mencontek juga tidak apa-apa asalkan nilai UN-nya di atas ambang lulus yang ditetapkan.  Itu khan yang terjadi saat ini.

Hari ini KOMPAS membahas kecurangan yang terjadi selama UN. Mendengar kata ‘curang’ maka sepengetahuan kita tentulah adalah inisiatip murid atau joki yang ketahuan guru. Yah, kalau ada kesempatan dan gurunya tidak tahu mau apa ?

Jadi gurunya yang harus waspada.

Kenyataan yang terjadi ternyata kecurangan tersebut berasal dari para gurunya, kalau begitu lalu bagaimana ? Guru yang seharusnya jadi panutan bahkan yang memberi contoh, ternyata tidak demikian adanya.

KOMPAS, Sabtu 28 April 2007 ttg kecurangan yang terjadi di sekolah-sekolah di kota MEDAN:

Luhot Simamora, perempuan 27 th , pengawas UN di SMK BS Medan : Pada hari ke-2 Luhot dikejutkan dengan masuknya guru sekolah. Tanpa menghiraukan pengawas, guru itu langsung membacakan kunci jawaban soal pada saat ujian berlangsung. “Saya tertekan, pengawas satunya menyetujui tindakan sekolah. Saya sendirian. Saya seperti orang bodoh saat itu”, katanya. Dan , kejadian itu terus terjadi sampai UN berakhir.

Daud Hutabarat, pria 27 th, pengawas UN di SMPN 19 : Di depan mata kepala sendiri, ia menyaksikan para guru SMPN 19 membantu peserta ujian dengan menyebarkan potongan kertas jawaban soal ujian. Potongan kertas jawaban itu dibawa langsung oleh wakil kepala sekolah setempat didampingi ketua rayon.

Rosita Lubis, perempuan 29 th. Tahun lalu Rosita menangkap basah seorang guru yang membagikan jawaban soal kepada murid-muridnya di SMA SBK, Medan. Karena protes, keesokan harinya dia tidak diperkenankan mengawas. Bahkan tahun inipun Rosita tetap tidak diperbolehkan menjadi pengawas.

Yah itulah yang terjadi . 😦

Kejadian di atas itu mungkin saja yang berhasil ditangkap KOMPAS dan dapat diberitakan. Yang enggak diberitakan mungkin bisa lebih banyak lagi.

Kenapa ya, GURU yang harusnya digugu dan ditiru berbuat seperti itu. Pasti ada yang nggak bener.
Kasihan pendidikan kita. **sedih**

Satu pemikiran pada “ada apa dengan GURU kita ?

  1. Ping-balik: reaksi GURU terhadap UN « The works of Wiryanto Dewobroto

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s