jalan KEHIDUPAN dan KEMATIAN


Menceritakan jalan kehidupan atau kematian adalah menarik sekali. Topik yang tidak bosan-bosannya diungkap, sejak manusia menyadari apa artinya sebuah kematian. Jika tidak ada kematian maka rasanya, agama juga tidak akan laku.

Adakah yang mampu memprediksi “jalan kehidupan” seseorang, atau “jalan kematian”-nya. Saya kira tidak. Oleh karena itulah maka ada istilah nasib, pulung atau faktor-x . Apa betul demikian ? Orang yang sedang merasa “sukses” tentu akan membantah dengan keras. Bisa. Bahkan dia dapat dengan arogan berkata : Aku bisa begini karena aku berusaha keras ! Siang dan malam membanting tulang. Jadi aku bisa seperti ini. Kalau dia, yang gagal itu, karena nggak mau berusaha sih ! Coba  kalau mau kayak aku !. Pasti bisa ! 

Selain itu, banyak buku-buku pengembangan diri yang menyatakan “apa yang kamu pikirkan itulah kamu“, atau “bermimpilah maka jadilah“, atau “raihlah cita-citamu setinggi langit“, atau “yakinlah apa yang kamu yakini, pasti akan terwujud“. Pada kenyataannya, apa semuanya bisa diwujudkan. Ok hanya “waktu“-lah yang akan menjawabnya. Kadang-kadang, dapat dilihat (dari luar) bahwa dari diri seseorang jalan kehidupannya begitu lancar, ideal, tidak ada aral melintang, tapi bisa saja tiba-tiba jalan kematian menentukan lain. Kelihatannya semuanya sia-sia saat kematian datang.

Adanya keinginan orang untuk melangkahi atau mengatasi “kematian” itulah yang mendasari orang untuk mendalami apa yang sekarang disebut sebagai agama. Jadi agama hanyalah sarana untuk memahami arti kematian itu sendiri, tidak sekedar memahami bahkan membantu untuk meng-imani, meyakini benar ada apa dengan kematian tersebut. Iman adalah sesuatu yang tidak perlu pembuktian, cukup keyakinan saja. Itulah yang membedakan dengan ilmu dunia, yang harus dapat dibuktikan hasilnya di dunia ini.

Dengan memahami agama maka diharapkan mengetahui arti kematian, yang mana dapat merubah jalan kehidupan seseorang.

Oleh karena itulah kalau berbicara ttg kematian rasanya semua ilmu dunia tidak berguna, kecuali ilmu sorga atau agama.

Bagaimana dengan ilmu teknik sipil. Apakah juga demikian ? Ya jelas !

He, he, he ilmu teknik sipil lain lho. Inilah satu-satunya (sorry tahunya hanya ilmu teknik sipil sih) adalah ilmu dunia yang dapat membuat jalan kehidupan sekaligus jalan kematian.

@murid : Lho !!!  Yang benar ?. Eh Pak Wir, bangun pak !!!  Jangan sembarangan pak. Ada yang tersinggung nanti.

O ini benar koq, “dengan ilmu teknik sipil yang baik” maka dapatlah dibuat “jalan” yang memberikan “kehidupan dari masyarakat yang dihubungkan oleh jalan tersebut“. Tidak bisa hanya sekedar niat dan usaha tapi memang diperlukan pengetahuan bahwa jalan yang dibuat dapat memberi kehidupan.

Tapi meskipun sudah ada jalan tersebut dan dapat memberi kehidupan yang baik bagi banyak orang (tidak hanya seseorang saja lho) tetapi jika tidak hati-hati memakai jalan tersebut maka bukannya kehidupan yang didapat tetapi kematian adanya.

Yang benar pak ??!.

Lihat aja itu “jalan” di Bolivia Amerika Selatan, itulah “jalan” yang aku maksud.

Nih foto-fotonya !

Adanya “jalan” ini jelas akan meningkatkan “kehidupan” masyarakatnya tapi bisa juga mendatangkan “kematian“. 

Slide 1:

Slide 2:

Slide 3:

Slide 4

Slide 5:

Slide 6:

Slide 7:

Slide 8:

Slide 9: Jalan tikus ?

Slide 10: beneran lho, itu ada bisa dan truk

Slide 11: ujung dunia ?

Slide 12: berani ujian sim di sini ?

Lalu lalang membawa bahan pokok kebutuhan suatu kota, membuat kehidupan di kota yang dimaksud menjadi lebih baik. Bayangkan bagaimana kalau jalur tersebut putus.

Slide 13:

Slide 14:

Slide 15: katanya baru saja longsor !

Slide 16: Maju terus pantang mundur ! (kepaksa sih)

Slide 17:

Slide 18:

Slide 19: tidak hanya butuh doa, tetapi juga ketrampilan !

Selanjutnya ???
Ngeri. Udah deh sekian dulu.

29 pemikiran pada “jalan KEHIDUPAN dan KEMATIAN

  1. Richard

    Pak wir..

    Saya liat fotonya ngeri sendiri… tu sopirnya bener2 jago yak… sopir mikrolet mangga dua – glodok kalah jago tuh.. hehehe…

    Suka

  2. kata orang jawa, urip sadermo nglakoni, Agama itu rem, nafsu itu gas, dan kita adalah sang sopir, sedang Dia lah pemilik kendaraan kehidupan.
    kemana arah mobil melaju Dia lah yang menentukan, kita hanya mengemudikannya dengan gas dan rem agar tidak masuk jurang.
    bener nggak siiiih?

    Suka

  3. Kutipan dari artikel ini: “Adanya keinginan orang untuk melangkahi atau mengatasi “kematian” itulah yang mendasari orang untuk mendalami apa yang sekarang disebut sebagai agama. Jadi agama hanyalah sarana untuk memahami arti kematian itu sendiri, tidak sekedar memahami bahkan membantu untuk meng-imani, meyakini benar ada apa dengan kematian tersebut. ”

    Saya fikir kesimpulan ini terlalu sepihak, dari pihak bapak. Agama tak hanya untuk memahami kematian. Agama adalah untuk kehidupan di dunia juga untuk kehidupan di akhirat. Dengan mentaati aturan agama di dunia ini, sama artinya kita persiapkan untuk bekal di akhirat nanti. Jadi agama mencakup kesemuanya. Bila agama disimpulkan hanya untuk memahami kematian, kesimpulan ini terlalu sempit, dan gegabah.

    Contohnya, bila dalam aturan agama tertentu dikatakan bahwa: untuk mengetes ketaatan seseorang apakah ia seorang pemeluk agama yang taat atau tidak yaitu dengan cara meminum racun, maka turutilah ketentuan ini untuk mengetes keimanan. Bila beriman, dikatakan bahwa pasti tak akan mati karena meminum racun itu. Bila tidak beriman, maka matilah ia bila meinum racun. Jadi, bila tidak menurutinya, artinya tidak taat, membangkang, tak beriman 🙂

    Suka

  4. wir

    Saya fikir kesimpulan ini terlalu sepihak, dari pihak bapak.

    Lho lha iya, memang benar sekali, itu bukan “pihak” tapi memang saya yang menyimpulkan. Boleh dong. Kenapa tidak.

    Untuk memahami apa yang saya ungkapkan diatas, saya mencoba memberi illustrasi ttg anak sekolah.

    Si anak sekolah bertanya : Untuk apa sih saya sekolah disini ?

    Orang tuanya menjawab : Jika kamu sekolah disini dan lulus maka nanti kamu bisa jadi dokter ! Mau nggak.

    Si anak sekolah menjawab : mau.

    Karena tahu dan mau akan tujuan bersekolah itu, maka si anak mau bersekolah, dan selama sekolah mau belajar agar naik kelas dan lulus.

    Ya analogi seperti itu. Dengan mengetahui ujungnya maka dia dapat mengatur prosesnya (belajar giat) agar ujungnya diperoleh (lulus dan bisa jadi dokter).

    Itu motivasinya.

    Menurut saya, demikian juga agama dapat menunjukkan bahwa kematian adalah bukan akhir, masih ada sesuatu dibaliknya yaitu neraka (kesengsaraan abadi) dan surga (kebahagiaan abadi).

    Dengan mengetahui hal tersebut maka dia dapat memilih yaitu misalnya mengikuti petunjuk-petunjuk pada agamanya itu. Dimana memilihnya ? Ya sewaktu dia masih hidup itu khan.

    Jadi jelas dong, pasti ada kaitannya dengan hidup di dunia ini. 😀

    Suka

  5. Selamat pagi Pak Wir,
    kulonuwun nunut baca Pak Wir, saya mahasiswa jur.arsitek UTP Solo tingkat awal dan saya juga tertarik dengan foto digital 🙂 walaupun kameranya pinjaman, dan makasih juga atas “pencerahannya” he3x, baik yang ada dalam tulisan ataupun gambar bapak, sangat netral dan mendidik sekaligus disertai banyak humor,

    Pak Wir mengenai gambar foto tentang pekerja proyek halaman paling atas, itu buatnya pakai apa Pak?software atau lensa panorama?

    terimakasih

    GBU Pak Wir n keluarga

    Suka

  6. wir

    Ignat di Solo, trims ya mau berkunjung dan membaca blog ini.

    Tentang fotografi digital, wah menarik sekali itu. Aku memang hobby. Tapi kalau yang di atas itu bukan snap shoot-ku sendiri, itu hasil foto anak-anak mhs UPH yang kerja praktek (Hendrik dan Iwan) aku manipulasi aja dengan photoshop.

    Memang sih lebih bagus dari aslinya.

    Tentang lensa panoram, wah bagus lho untuk keperluan arsitektural, yang bagus itu punya canon 10-20 mm. Aku memang sedang naksir, hanya masih terlalu mahal. Bagus lho.

    Suka

  7. kalau fotografi saya jg hobi, saya juga punya contoh foto2 panorama “ziarah Gua Maria Solo dan sekitarnya ” lumayan bagus tp hanya sedikit dgn panorama maker tp cuma trial (belum dapat yang full versinya),

    kalau bapak mau examplenya, kirim aja alamat mail bapak ke mail saya (sekalian mau pamer dikit tp kalau ada kekurangannya tolong kritikan dan saran yg membangun ya Pak )

    Tentang gambar halaman di atas itu gambarnya cara manipulasi dengan photoshopnya gmana koq hasilnya bisa bagus n potongan gambarnya tidak kelihatan?terimakasih

    GBU Pak Wir n keluarga

    Suka

  8. wir

    photoshopnya gmana koq hasilnya bisa bagus

    Itulah mengapa ketika mengenalkan blog ini saya mengaku juga sebagai “digital photographer and manipulation”.

    Itu belum seberapa lho, ada yang terkecoh melihat fotoku ini . Di mana itu hayo ?

    Suka

  9. Mulyata

    Tujuan hidup tertinggi adalah kembali(kepada sang Pencipta), selain dari itu adalah tujuan yang semu. Kembalinya ruh kepada pencipta adalah diambilnya wahyu dari ybs, karena memang itulah kehendaknya.

    Karena hidup itu sendiri adalah sebuah karomah / karunia yang seharusnya diisi dengan ilmu dari yang maha berilmu yaitu Tuhan sekalian alam.

    Ilmu apapun yang dimiliki oleh manusia pada hakekatnya ilmu DIA, karena tidak mungkin akan ada ilmu didalam diri seseorang , jika tidak ada hidup. Oleh sebab itu sangatlah hina jika seorang berilmu bangga dengan ilmunya, karena sesungguhnya hidup itu adalah ilmu.

    Wir’s responds : http://wiryanto.wordpress.com/2007/12/01/hidup-dan-ilmu/

    Suka

  10. Sendy

    ***He, he, he, …. pernah ke sana juga ya ?
    ***

    Pernah Pak Wir. Akhir February 2007 saya baru dari sana dengan teman-teman dari Graz. Sekedar jalan-jalan doang, menghilangkan stress dan rutinitas bicara dengan komputer he..he…

    Suka

  11. Bintoro Halim

    Sejak pertama kali saya melihat jalan tersebut, saya merenungi bahwa waktu manusia itupun sangat tergantung kepada sang Pencipta.

    Jalan kehidupan dan kematian semakin lama semakin cepat menaungi kehidupan manusia, apalagi kalau kita tidak waspada. Maka dari itu, saya bisa berkesimpulan bahwa jalan tersebut memberikan gambaran kepada kita kapan pada saatnya kita dipanggil oleh Pencipta..

    Sekian dulu, Trims

    Suka

  12. Sayap KU

    Pak, Ade boleh minta photonya satu untuk dimasukan ke blog Ade… Ade sedang menulis ttg ujung waktu. Please…

    Salam kenal
    -Ade-

    Wir’s comments : silahkan Ade, kalau memang ada di blog, langsung aja di link. Foto-foto itu juga aku dapat dari teman-teman koq. Terima kasih berkunjung.

    Suka

  13. wir

    Saudara Jasmine, mengapa anda bertanya demikian. Adakah dalam hati anda perasaan bahwa kematian telah datang atau segera tiba. Padahal bagi orang yang tidak tahu (merasa badannya sehat sekalipun) bisa saja keesokan harinya menemuinya. Jadi jangan takut. Setiap orang akan menerima gilirannya.

    Selanjutnya jawabannya akan saya ungkap dalam artikel khusus di sini.

    Suka

  14. Ping-balik: hidup dan ilmu « The works of Wiryanto Dewobroto

  15. Rheza Rhamansyah.P.

    uich… mantap,,, keren abizzz dechh potretanya

    aku sangat salut sekali ..
    bagi-bagi dong pengalamanya…!

    sucses selalu.

    Suka

  16. crowszero

    aku begitu suka dengan artikel bapak ini yang menginginkan aku berkomentar

    iman itu bukan hanya sekedar percaya…

    tetapi bagaimana kita untuk mengambil jalan itubaru dikatakan iman
    (Al Quran)

    Suka

    1. wir

      @crowzero
      he, he, untuk mengetahui apakah orang tersebut beriman seperti yang dikatakan atau tidak maka lihatlah perbuatannya. Jadi iman dan perbuatan merupakan satu kesatuan, itu mungkin mirip denganmu yaitu “bagaimana kita mengambil jalan itu”.

      Ingat pepatah, dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu.

      Suka

  17. wong jowo

    asallamualikum…..

    saya terkesan dengan artikel yang di muat di blog ini, saya adalah jiwa yang sedang dalam kegundahan.

    jika mati itu akhir dari kehidupan… kenapa harus ada kehidupan pak?

    maturnuwun….

    Suka

  18. fooler

    Iman adalah sesuatu yang tidak perlu pembuktian, cukup keyakinan saja.

    Kadang benar…tapi jika pengetahuan sudah membuktikan bahwa yang diimani itu keliru tapi tetap di imani….ya….itu sesat namanya…kepala batu…contohnya banyak

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s