Kemarin kita secara khusus telah menyisihkan hari untuk mengenang pahlawan nasional. Jadi ingat kata-kata mutiara yang sering diperdengarkan : “Suatu bangsa besar adalah yang dapat menghargai pahlawannya”. Jadi kita ini bangsa yang besar ya ?
Wah hebat dong.
Tapi omong-omong, besar apanya ya ? Saya sedang merenungkan hal tersebut. Serius. 😐
Besar dalam jumlah pak, segala-galanya. Pulaunya saja ribuan. Kekayaannya ! Apalagi penduduknya, ratusan juta ! Coba bandingkan dengan negara lain.
Bangsa ? Negara ? Lho yang benar apa sih. Kita ini menyebut bangsa atau negara sih. Kalau negara, jelas : 17 Agustus adalah hari kemerdekaannya. Kalau bangsa ? Wah, mungkin lebih bangga nyebutin suku-bangsa dari bangsa-nya ya. Eh, tapi itu di dalam negeri sendiri, tapi kalau di luar negeri baru mereka bilang “Aku orang Indonesia”, coba di Jakarta, pastilah bilang “Aku orang Jawa”. Dengan konteks tersebut pernyataan bangsa kurang menggigit dibanding pernyataan negara. Orang lebih familiar (di dalam negeri) menyatakan negara Indonesia.
Jadi tepatnya dalam konteks di atas maka hari pahlawan kemarin lebih kepada ‘pahlawan negara’, yaitu untuk mempertahankan kedaulatan negara ini. Hayo benar nggak, belum sampai pada tahap ‘pahlawan bangsa’.
Kenapa pak.
Negara adalah nyata bentuknya, ada lambang, ada lagu, ada wilayah dan tetek bengeknya, jadi lebih ke arah materi di luar manusia penghuninya. Sedangkan bangsa, lebih relatif abstrak, keberadaannya ada di hati, ada perasaan tertentu yang lebih luas karena kadang-kadang tidak dibatasi wilayah, lebih ke manusianya begitu.
Mengacu pada pemikiran di atas, maka ada baiknya kita melihat “siapa sih yang disebut pahlawan oleh kita”.
Kita ? Yah, mungkin tepatnya negara, aparat negara, begitu. Yang resmi aja, yang selalu disuruh hapalkan oleh anak-anak di SD. Mungkin bagi yang sudah tua, beberapa sudah pada lupa lho. o saya masih ingat, misal Diponegoro, Imam Bonjol, Martadinata R.E, I Gusti Ngurah Rai dll.
Jadi kalau melihat pahlawan-pahlawan tersebut maka lebih dititik beratkan pada mencapai dan mempertahankan kemerdekaan negara kita (bukan bangsa) dan lebih dihargai pada usaha fisik mereka bahkan kalau dalam usaha tersebut sampai titik darah penghabisan maka lebih mantaplah penyebutan gelar pahlawan tersebut.
Selanjutnya selama mengisi negara ini lalu bagaimana ? Adakah pahlawannya ?
Kalau pahlawan bangsa gimana ? Karena kalau bangsa lebih ke arah manusianya, maka kepahlawanannya tentu lebih diarahkan manfaat bagi manusianya begitu, mestinya itu berupa hasil kondisi : aman, damai dan sejahtera. Sehingga pahlawan tersebut dapat menjadi simbol atau contoh sehingga kita mendapatkan kondisi itu.
Gimana ?
Omong-omong, bapak Suharto, bekas presiden negara Indonesia ke-2, apakah dapat dikategorikan ‘pahlawan bangsa’ ? <<mikir serius>>







Tinggalkan komentar