wihhhh narsisnya rek !


wihhhh narsis-nya rek… )

Komentar pendek pada salah satu artikelku  oleh seseorang yang identitasnya jelas !  Dosen juga.

Oleh karena itu, aku merenunginya secara mendalam. Secara umum kita ketahui bahwa “pendapat dosen” mestinya tidak sembarangan. Sebelum menuliskan sesuatu, mestinya beliau punya argument yang kuat gitu ! Minimal karena ilmunya profesional, jadi dia “tahu apa yang dia tahu dan tahu apa yang dia tidak tahu”. Mumpuni gitu lho.

Narsis ! Apa itu ? 

Menurut pemahamanku, istilah narsis cenderung berkonotasi negatif dibanding positipnya. Salah satu definisi yang aku peroleh tentang narsis adalah :

Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian.

“Narsis itu selalu bilang. Apa-apa gue. Egosentris sekali,” tambah psikolog Dra Dharmayati Utoyo Lubis, MA, PhD.

(Sumber Kompas, o1 April 2005)

Jadi berdasarkan artikel yang diberi komentar tersebut , aku dinyatakan “menyombongkan diri”. Ingin dipuji. DLL.

Aku mencoba merenungi hal tersebut. Aku akan bertanya pada hati nuraniku, bagaimanakah yang sebenarnya.

Tentang pujian ! Aku tidak bisa membohongi, kalau ada yang memuji artikelku, hatiku senang. Semangatku menulis bertambah. Aku merasa bahwa orang lain mulai merasakan keberadaanku. Tapi itu khan wajar. Tidak ada yang salah, seperti halnya fungsi menulis selain komunikasi juga aktualisasi diri karena dapat menjadi sarana menyatakan pendapat pribadi.

Tentang menyombongkan diri ! Lha ini, terus terang dalam hati kecilku, tidak ada maksud seperti itu. Kalau menyombongkan diri tentu dari sisi ‘aku gini kamu khan nggak’. Dari satu sisi saja. Sedangkan yang aku tuliskan terhadap sesuatu yang menurutku baik atau aku rasakan berhasil, maka aku cenderung untuk berbagi pengalaman ‘kenapa aku bisa berhasil’. Misalnya yang sering aku tulis adalah kebiasaan menulis yang ternyata mengubah hidupku secara drastis, yang membuatku menjadi lebih PD. Juga kalau aku mempunyai file-file yang berguna, aku tidak bilang “lho aku khan punya, kamu ?”, tapi kalau bisa maka aku bagikan. Agar orang lain juga mampu menjadi seperti aku, bahkan lebih baik. Namanya saja guru, ingin muridnya lebih pinter dari gurunya.

Tentang apa-apa gue. Egosentris sekali. Jadi ada kesan berpusat pada diri sendiri. Yah untuk menanggapi hal ini memang sangat relatif. Tiap orang bisa berpendapat berbeda. Tetapi kalau dalam setiap artikel yang aku tulis, ada kesan berbangga terhadap apa-apa yang dikerjakannya. Memang betul. Terlepas dari talenta yang aku punyai, aku mencoba mengembangkan dengan baik,  aku berharap tiap hari ada suatu pertumbuhan, dan pertumbuhan yang terjadi aku syukuri. Pertumbuhan itu tidak hanya bagi kepentingan orang lain saja, tapi juga bagi kepentingan diriku sendiri, itu harus ada, yaitu ditandai dengan syukur.

Itu pak, yang mungkin disebut narsis. Pak dosen yang berkomentar karena menganggap bahwa bapak selalu bercerita tentang diri bapak sendiri. Menonjolkan diri, maksudnya pak !

Diri sendiri ! Menonjolkan diri ! Apa itu salah ?

Saya memaklumi, khususnya di masyarakat timur bahwa menonjolkan diri, masih dianggap tidak pantas. Ada kesan “tak tahu malu“. Itu yang membuat orang jadi sungkan melakukannya,  dan jika ada yang berani, mereka cenderung mencibir. Itu pula yang mungkin menjadi sebab adanya komentar ‘narsis’ itu kali.

Sebelum membahas lebih lanjut, kita di dunia ini apa sih yang paling penting ! Wah ini jadi filosofi, jawaban ini penting untuk mendefinisikan makna hidup kita, sekaligus apa yang kita perbuat. Sudah betul belum sih.

Tiap orang bisa berbeda-beda menjawabnya ! Bisa saja : yang paling penting sekarang ini adalah menjadi kaya, seperti Bill Gates, atau punya istri cantik dan setia, bahkan kalau bisa lebih dari satu (poligami, toh untuk agama tertentu boleh-boleh aja), atau yang sekarang digembar-gemborkan oleh motivator-motivator kepribadian di Indonesia adalah kebebasan finansial, tidak perlu susah payah cari uang tetapi berkecukupan. Buku-buku yang berkaitan dengan hal tersebut laku keras lho.

Kalau pak Wir sendiri bagaimana ?

Menurut saya, itu sah-sah saja, tapi belum yang paling penting. Untuk bisa menjawabnya maka saya perlu melihatnya dari kaca mata rohani atau sprituil. Boleh khan.

Saya yakin setiap orang mempunyai visi dan misi yang ditargetkan pada pikiran kita. Kalau nggak punya, saya juga yakin, anda dapat terpimpong kesana kemari, kalau kebetulan baik, maka syukurlah, tapi kalau tidak baik, akan tergerus lingkungan, anda bisa jadi korban.

Intinya kalau anda tidak punya visi dan misi yang jelas maka anda tidak bisa menentukan hidup anda secara aktif, bisanya pasif. Tergantung lingkungan luar.

Bagaimana pak untuk mencari visi dan misi yang sebaiknya saya lakukan ?

Pertama-tama ya itu, tadi mencari yang paling penting dalam hidup ini. Kalau ini sudah dapat dijawab maka langkah selanjutnya lebih mudah. Tinggal kita selaraskan cara hidup kita apakah mengarah ke hal yang paling penting itu.

Untuk memandang yang paling penting, kita terpaksa memandang dari sisi rohani, sprituil. Kenapa, karena kalau hanya memakai kaca mata ilmu pengetahuan maka hanya terbatas pada kehidupan ini saja. Sedangkan dari sisi sprituil kita meyakini bahwa kita ada sebelum dan sesudah kehidupan ini. Anda yakin itu. Jika ya, silahkan melanjutkan membaca, jika tidak maka berhentilah nggak usah diteruskan. Pasti kecewa.

Karena era sebelum kehidupan telah kita lewati, maka yang penting dan perlu kita pikirkan adalah era setelah kehidupan. Bagaimanapun era kehidupan itu terbatas, nggak lebih dari 100 tahun. Jadi kalau kita hanya berpusat pada kehidupan maka itu nggak lebih dari waktu tersebut. Kita harus punya visi dan misi yang lebih jauh dan tidak dibatasi waktu (kekal).

Berkaitan dengan hal tersebut maka AGAMA perlu kita kaitkan.

Kita baca dialog berikut

“Bapak Guru”, katanya, “perintah manakah yang paling utama di dalam hukum agama ?”

Yesus menjawab, “Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan seluruh akalmu. Itulah perintah yang terutama dan terpenting ! Perintah kedua sama dengan yang pertama itu: “Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri. Seluruh hukum agama yang diberikan oleh Musa dan ajaran para nabi berdasar pada kedua perintah itu.”
(Matius 22:36-40)

Setuju nggak dengan pernyataan di atas. Atau menurut anda, ada yang lain ?

Jadi visi dan misi yang baik jika dilandasi oleh pemikiran di atas. Punyaku, silahkan lihat dipojok kanan atas blog ini. Selaras nggak ?

Jadi mencintai diri sendiri juga merupakan bagian perintah ilahi yang perlu kita usahakan. Jadi tulisan-tulisan saya yang berkesan mencintai diri sendiri, bangga, percaya diri, tapi bagi orang lain mungkin berkesan NARSIS. Tidak demikian sebenarnya. Kalau anda mau meresapi lebih dalam maka sebenarnya intinya adalah rasa syukur atas segala berkat yang telah Tuhan percayakan kepada saya dan diharapkan itu juga menjadi berkat bagi orang lain dengan melakukan sharing pada blog ini.

Rasa syukur tersebut kita jadikan motivasi untuk mengembangkan diri, terlepas dari modal (talenta) masing-masing, dimana setiap orang memang berbeda. Tapi itu bukan berarti menjadi alasan kita untuk tidak mengembangkan diri. Bagaimanapun Tuhan akan menilai bukan dari modal yang sudah ada tapi dari apa yang dapat kita tumbuhkan. Kebetulan talenta saya adalah menjadi dosen, yang bisa nge-blog. Jadi tidak salahnya ini dijadikan sarana syukur saya.

Setelah mengembangkan diri sendiri, lalu apa. Ya harus berguna bagi sesama. Agar bisa berguna, ya harus punya kelebihan, menonjol begitu, jadilah istimewa dan jangan biasa-biasa saja. Jadi kalau begitu menonjolkan diri itu suatu kesalahan ? Khan nggak khan. Ribuan tahun lalu itu sudah diungkapkan oleh Yesus dengan perumpamaan terang dan garam sbb:

Kalian adalah garam dunia. Kalau garam menjadi tawar, mungkinkah diasinkan kembali ? Tiada ada gunanya lagi, melainkan dibuang dan diinjak-injak orang.

Kalian adalah terang dunia.  . . . Tidak ada orang yang menyalakan lampu, lalu menutup lampu, supaya menjadi terang kepada setiap orang di dalam rumah. Begitu juga terangmu harus bersinar di hadapan orang, supaya mereka melihat perbuatan-perbuatanmu yang baik, lalu memuji Bapamu di sorga.
(Matius 5:13-16)

Tanpa ada sesuatu yang menonjol, kita susah menjadi garam dan terang di dunia ini.

Menonjol, saya nggak bakat tuh pak. Itu kalau ada kebaktian, saya hanya diam ditempat, untuk maju ke panggung memuliakan Tuhan dengan bernyanyi, saya malu !

Menonjol itu banyak cara dik, tidak hanya yang kelihatan. Dengan anda mengerjakan kewajiban anda saja dan bisa menjadi contoh bagi yang lain, itu sudah menonjol. Coba lihat si anu, bagus lho. Itu saja sudah sesuatu yang menonjol. Jadi jangan bayangkan bahwa menonjol itu pasti dikenal oleh semua. Contohnya, saya sendiri, di UPH, saya itu bukan orang yang suka tampil  ke depan. Relatif pasif. Nggak setiap orang kenal saya secara fisik, umumnya lebih banyak kenal karya tulis saya daripada tampilan fisik (maklum juga bukan tampang bintang film atau fisik seperti binaragawan). Nggak masalah itu, itu salah satu kelebihan yang harus aku syukuri. Nggak setiap orang bisa. Benar nggak . 😀

Dengan dapat menyukuri setiap inch kehidupan kita, menunjukkan bahwa hidup kita berharga. Kalau kita tidak menghargai hidup kita ini bahwa hidup ini baik, lalu siapa lagi. Karena bagaimanapun yang dapat kita berikan terbaik bagi Tuhan ya hidup kita itu.

Saudara-saudara ! Allah sangat baik kepada kita. Itu sebabnya saya minta dengan sangat supaya kalian mempersembahkan dirimu sebagai suatu kurban hidup yang khusus untuk Allah dan menyenangkan hati-Nya. Ibadatmu kepada Allah seharusnya demikian.
(Roma 12: 1)

Jadi bagi yang merasa bahwa hidupnya yang berharga lah maka jika itu dijadikan kurban persembahan bagi Allah adalah yang terbaik. Jadi jangan hanya karena menyesal dengan hidup anda, mungkin karena korban narkoba dll, baru setelah itu kita serahkan ke Dia. Saya yakin nggak selaras dengan himbauan Paulus di atas.

Pak Wir, kita ini khan hidup di dunia ini. Kita khan harus makan dan minum, kewajiban kita juga khan mencari nafkah untuk anak istri. Gimana gitu pak. Koq kesannya nasehat-nasehat bapak cocoknya hanya untuk yang dekat dengan liang kubur. Terlalu sprituil, nggak membumi, nggak cocok bagi anak-anak muda yang sedang mencari arah tersebut. Apalagi engineer, EKSAK gitu lho. 🙂 

Ah kamu anak-anak muda ! Pintar sih pintar, tapi pengalamanlah yang kadang-kadang membuat kita bijak. Ingatlah nash berikut :

Kalian tidak dapat bekerja untuk Allah dan untuk harta benda juga.

Sebab itu ingatlah; janganlah khawatir tentang hidupmu, yaitu apa yang akan kalian makan dan minum, atau apa yang akan kalian pakai. Bukankah hidup lebih dari makanan, dan badan lebih dari pakaian ? Lihatlah burung di udara.

Janganlah khawatir dan berkata, ‘Apa yang akan kita makan‘, atau ‘apa yang akan kita minum‘, atau ‘apa yang akan kita pakai‘ ? Hal-hal itu selalu dikejar oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah. Padahal Bapamu yang di surga tahu bahwa kalian memerlukan semuanya itu. Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah sekehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan Allah kepadamu.
(Matius 6:24-33)

Yah semoga menjadi bahan renunganmu dalam mensikapi hidup ini, sekaligus menjawab tuduhan NARSIS di artikel-artikel saya. Semoga. 😀

17 pemikiran pada “wihhhh narsisnya rek !

  1. maksudnya pak alief pengen dikunjungi weblognya oleh pengunjung setia blog pak wir…
    terbukti saya ikut2an mengunjungi blognya pak alief 🙂

    Wir’s respond : mas Adhi, sebenarnya saya yang harus mengucapkan terima kasih untuk mas Alief, dengan sentilannya, saya jadi punya alasan untuk bercerita di luar bidang engineering. Ganti suasana gitu.

    Saya khawatir kalau tiba-tiba cerita tentang non engineering, nanti ada yang protes, khan katanya ini sudah jadi Blog Civil Engineering, gitu. He, he, he ….

    Suka

  2. Richard

    wahhh..

    salam pak wir, salute!

    pertama, dari komentar 3 kata jadi satu blog sendiri.. beneran… klo saya dapet komentar kayak gitu, yang ada saya diemin.. salute!

    kedua, isi blog ini bener2 ngebuktiin klo pak wir tau apa yang pak wir mau, apa yang pak wir buat sekarang (dengan blog ini), bukan asal tulis doang, bener2 terorientasi dengan visi misi.. salute!

    hehehe.. sekali lagi pak, salute!

    Suka

  3. pieter

    pak wir tetap semangat ya. . . menurut aq bapak bukan orang sombong, toh ternyata bapak tetap suka bagi ilmu di bid keTeknikan, aq salut sama bapak. coba kalau semua dosen pengajar di teknik seperti bapak peduli kebutuhan mahasiswa, nggak cuma fokus cari proyek aja. . . tetap semangat pak!!!

    Suka

  4. yusen

    saya belum sempat baca semuanya tapi menurut saya pak Wir nggak narsis kok..malahan kami yg mahasiswa teknik sipil berterima kasih dengan hadirnya blog ini,

    tetep semangat pak Wir..

    seluruh mahasiswa Teknik Sipil sangat membutuhkan blog seperti ini.

    Suka

  5. Pak Wir,
    Jangan-jangan yang bersangkutan tak bermaksud melecehkan, karena merasa kenal dekat dengan bapak, makanya berani komentar seperti itu. Istilah narsis sering banget dipakai anak-anak muda (kebetulan saya punya dua anak dewasa muda)…dan sering banget terlontar ucapan2…ihh ibu narsis, tanpa ada niat negatif.

    Mudah2an seperti ini, apalagi kalau beliau dosen muda.

    Wir’s respond : Moga-moga begitu bu. Semoga sekarang persepsinya sama ya.

    Suka

  6. yus-1

    benar tidaknya anggapan orang terhadap pribadi kita, hanya kita yang paling tahu (seharusnya).

    terlepas dari maksud mas/pa alief berkomentar spt itu, satu hal yang patut dicontoh dari pribadi pa wir adalah “tanggapan” pa wir yang begitu bijak…

    sepertinya saya harus lebih sering buka blog ini, supaya lebih banyak belajar…

    salam pa wir.

    Suka

  7. Subhanallah…

    Pak Wir, terima kasih ngge atas tulisan bapak yang bagus ini. Sebuah jawaban yang lebih dari cukup untuk sebuah komentar pendek 🙂

    Dalam komentar pendek itu, saya memang dengan jelas bermaksud mengkritik, tapi sama sekali tidak bermaksud untuk mengejek njenengan…

    Bukannya hanya dengan kritikan saja kita bisa tahu apa yang kurang, sehingga bisa evaluasi dan ke depan bisa berubah serta selalu menjadi yang terbaik???

    Sungguh sebagai yunior, saya banyak belajar dari apa yang bapak tulis di blog ini 🙂

    Wir’s responds : sama-sama dik.

    Suka

  8. Ping-balik: Komentar Narsis Itu… « Blog cak alief

  9. tsn

    ya, seringkali tanggapan orang lain terhadap pendapat kita emang macem-macem. kalau menurutku, itu tinggal pendirian kita aja menanggapi hal-hal seperti itu.

    Suka

  10. judul artikelnya membuat saya berkunjung kesini 😀

    kritik.. paling pedas sekalipun.. kalo diterima oleh orang yang berjiwa besar.. maka akan menjadi penyemangat dan kritik membangun 🙂
    great job

    Suka

  11. kayaknya bapak salah tanggap deh…
    harusnya tanda smile bukan tanda seru (!)
    maknanya akan beda buangeds……..
    apalagi bapak menyangka itu sebagai *mungkin* ejekan tapi tenyata hanyalah kritikan halus
    maaf :mrgreen:

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s