ibukota = banjir, macet, busway


Bagi warga ibukota maupun warga pinggiran, tiga istilah di atas merupakan hal yang umum diketahui, yaitu : banjir, macet dan sekarang ada istilah baru yang semakin terkenal : busway.

Jika tidak mau stress di Jakarta, maka anda mau tidak mau, harus memperhatikan hal-hal tersebut. Jika tidak, saya yakin banyak enerji anda akan terbuang sia-sia, bahkan jika fisik anda tidak kuat maka anda sendiri yang akan go-away. Ini serius lho. 😐

Pak, apa hubungannya antara busway dengan banjir-macet. Koq kelihatannya nggak nyambung.

Yah memang sih. Dua yang pertama : banjir dan macet, memang telah menjadi ciri khas ibukota kita. Merupakan issue paling top yang dapat membawa ke arah tampuk kekuasaan. Kalau anda perhatikan, tidak ada gubernur yang tidak menyinggung ke dua hal tersebut. Kalau disinggung, banyak orang ibukota yang mengerti bahwa itu masalah banyak orang. Jadi jika ada pemimpin yang peduli maka banyak orang yang akan terhibur. Yah terhibur !

Adalah era pak Yos yang mencoba memberi solusi tentang kemacetan. Memang progresif gubernur kita yang satu itu, yaitu dengan mengadopsi konsep busway. Kalau tidak salah, itu dipilih setelah studi banding ke Colombia (benar nggak sih ?), yang katanya sukses mengantisipasi kemacetan di sana.

Koridor pertama busway katanya sukses dilaksanakan. Ini kata orang-orang yang pernah memakainya lho. Terus terang saya sendiri belum pernah naik. Baiklah anggap sukses gitu, sehingga gubernur kita yang baru, yang menggantikan pak Yos tetap terus mengadopsinya. Bahkan kelihatannya lebih agresif, buktinya banyak koridor yang dibangun paralel, dimana-mana, dari arah Cawang-Grogol yang merupakan jalur utama timur-ke-barat melintasi tengah kota (semanggi), juga jalur-jalur pinggir seperti daerah jalan Panjang dan lainnya (mana lagi ya ?).

Tapi apa yang terjadi ?

Membuka koran pagi, siang atau sore , isinya semakin banyak yang memberitakan bahwa kemacetan bertambah luas. Jelas ini merupakan fakta yang tidak dipungkiri. Pihak pemerintah beralasan : wajar wong koridor-koridor sedang dibangun. Sabar ya ! Nanti kalau udah selesai, beres deh. 😀

Apa benar demikian ?

Sebagai seorang transporter sejati, pelintas ibukota (terpaksa sih) dari arah bekasi ke lippo-karawaci (tangerang) kira-kira 2 x 60 km setiap harinya, maka saya dapat mengamati bagian koridor Cawang-Grogol, bagaimana jalur busway dibangun.

Jalur busway berupa jalur khusus dari pelat beton, lebar satu jalur, dengan ketinggian 20 – 30 cm, pokoknya nggak ada kendaraan yang bisa naik atau turun jika tidak melalui bagian jalur yang disediakan. Ketinggian tersebut yang secara natural memisahkan jalur busway dengan jalan lainnya. Intinya jalan anda akan diambil paksa satu jalur begitu. Jadi kapasitas jalan sekarang tinggal 2/3 (jika dulunya ada 3 jalur) dari kapasitas semula. Jadi jika volume kendaraan dianggap sama maka jelas kepadatan pada jalur lama (sisa) akan bertambah. Bayangkan saja, jika ada kendaraan mogok atau bis berhenti mengambil penumpang maka jelas pada daerah tersebut semakin padat. Ujung-ujungnya tersendat (kalau tidak mau dikatakan macet).

Masalahnya ?

Ternyata konsultan perencana atau pelaksana jalan tidak konsisten dengan konsep pengurangan 2/3 tersebut. Karena saya melihat pada koridor Cawang-Grogol, ada bagian-bagian jalur busway yang menyerong ke tengah (mungkin untuk tempat halte busway) sehingga bisa saja di beberapa tempat, kapasitas jalan jadi 1/2-saja (ekstrim). Jadi bayangkan saja, tanpa ada yang berhenti aja kapasitas berkurang, semakin padat aja.

Juga, karena halte busway pada jalur yang menyerong tersebut (sebelah kanan ) ditempatkan di dekat jembatan-jembatan penyebrangan, dimana sebelumnya di tempat tersebut umumnya sudah ada halte bus yang lama (sebelah kiri ) maka jelaslah pada lokasi tersebut kalau pagi hari, atau siang hari, atau sore hari menjadi tempat yang paling padat.  Halte lama akan banyak bus kota yang berhenti (kiri) menaik turunkan penumpang, sedangkan di sebelah kanan jalur busway yang menyerong. Memang sih tidak langsung berhadap-hadapan, tetapi karena volume kendaraan sudah padat maka efeknya hampir sama aja. Ujung-ujungnya macet. Apalagi sekarang pada masa konstruksi.

Keberadaan pelat beton setinggi 20 atau 30 cm sepanjang koridor busway dapat diibaratkan sebagai bendung paling panjang di jakarta, yang akan berfungsi sebagai tanggul air yang besar, dengan demikian jika saluran drainasinya tidak baik (sudah dari dulu) maka jika ada hujan besar maka bagian jalan yang tidak ada lubang drainasi akan menjadi got besar. Banjir !

Dengan demikian jika busway tidak dapat menyerap penumpang lebih dari 1/3 jalur yang diambil maka jelaslah antara gabungan pengurangan kapasitas jalur dan keberadaan tanggul baru (pelat beton di jalur busway) akan menyebabkan faktor utama dalam meningkatkan kemacetan dan banjir di Jakarta ini.

Kasihan, gubernur mungkin maksudnya baik, membebaskan Jakarta dari kemacetan dan banjir. Tapi karena tidak didetail dengan baik. Maka seperti itu hasilnya.

Omong-omong untuk detail yang mengerjakan itu pasti engineer lho, pasti lulusan sipil. Bahkan mungkin punya gelar akademik tertinggi. Tapi gimana lagi, transportasi bukan masalah eksak seperti halnya struktur. Untung itu bukan bidang keahlian yang aku ambil, kalau iya, dengan kondisi yang ada seperti sekarang ini, terus terang malu ! 😦

Siapa sih engineer yang dimaksud ? Aku nggak tahu lho.

Kalau ini nggak komen, ini artikel lain berkaitan dengan macet-busway-banjir. Kalau orang berpikir positip, ini namanya feedback, bukan ‘kritik’ .

  1. Titik Macet di Busway Bertambah Tiga Kali Lipat
    tempointeraktif: Kamis, 08 November 2007 
  2. Macet Sekarang atau Nanti
  3. Yahoo Answers : Pertanyaan Terselesaikan
    Kenapa bus way malah bikin macet ya?
  4. Detikcom: Kendaraan Boleh Masuk Busway, Tapi Tetap Saja Macet
  5. Detikcom: Hindari Gedong Panjang, Macet 2 km
  6. Busway Terjebak Macet
    tempointeraktif : Senin, 23 Oktober 2006
  7. Busway Bikin Macet : Terjadi Penyempitan Jalan di Banyak Ruas Jalan
    Kompas : Jumat, 11 Agustus 2006 

<<up-dated 18 Nov 07>>

Setelah membaca-baca komentar-komentar yang mendukung, ternyata benar juga bahwa busway menjadi pilihan yang terbaik, buktinya.

busway menjadi pilihan paling baik
Kompas, Minggu 18 Nov. 2007

12 pemikiran pada “ibukota = banjir, macet, busway

  1. andregiant

    Semua perlu adanya PROSES.. pak..,

    Kalo dari langkah pertama saja sudah banyak yang yang dikomentari.., maka kapan akan MENCAPAI sesuatu.
    Kalau saja semua orang yang ‘menjadi korban’ dari proses tersebut.., mungkin saatnya kita berpikir bahwa “ada alternatif/pilihan lain” yang dapat membawa kita pada kebersamaan.

    ** The best to predict the future is to create it**

    Wir’s comments : pada pelaksanaan konstruksi secara umum, pengawasan merupakan bagian yang penting, agar kualitas dan waktu pelaksanaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Dalam proses pengawasan, adanya keraguan dari konsultan pengawas adalah hal yang biasa, namanya saja keraguan. Bisa terbukti atau bisa tidak, tergantung respons positip dari pelaksana.

    Busway juga merupakan salah satu proyek konstruksi juga, jadi butuh pengawasan. Karena ini menyangkut ranah publik, saya kira masukan dari publik boleh juga. Jadi saya tidak sekedar komentar, saya membawa keraguan dari sisi engineer meskipun bidang keahliannya bukan transportasi. Keraguan tersebut berdasarkan data (fakta) bahwa berdasarkan hal tersebut ada hipotesanya yang bernilai negatif.

    Jadi masalahnya, kalau memang proyek tersebut ‘matang’, keraguan yang saya sampaikan tersebut tinggal di jawab, dijelaskan. Misal : wah jangan kuatir pak, nanti bagian tersebut akan diatur ulang lagi, atau jangan kuatir pak nanti akan ditambah drainasi tambahan.

    Saya kira penjelasan teknis tadi akan menjawab keraguan. CLEAR. Selesai.

    Kalau hanya sekedar penghibur seperti yang anda katakan tadi, itu untuk orang awam aja mas.

    Saya yakin proyek BUSWAY yang menggunakan dana rakyat yang tidak kecil pasti telah dipikirkan dan direncanakan dengan baik. Tapi namanya manusia, bisa-bisa ada detail yang mungkin kelewatan. Karena sama-sama engineer kalau memberi masukan khan boleh aja khan mas. Wong juga nanti untuk kita juga. 😀

    Suka

  2. Apakah membatalkan proyek Busway (seperti keinginan beberapa kawan yang kukenal) adalah solusi yang baik, Pak? Ataukah ada jalan lain?

    Jujur saja, saya yang pernah menikmati koridor 1 beberapa kali tetap menyukai koridor 1. Sebelumnya dari Blok M ke Kota (yang cuma sepanjang garis lurus) saya harus naik bis 2 kali (alias ganti bis 2 kali). Apalagi dari rumah saya, saya harus naik bis 3 kali. Ditambah macetnya pula.

    Membatalkan busway Jakarta juga akan tetap macet. Pengamatan saya, kemacetan sering terjadi karena ulah pengemudi kendaraan (baik motor maupun mobil), bukan karena lebarnya jalan. Terbukti dengan jalan-jalan tikus yang tidak diketahui khalayak umum (kecuali warga setempat), walaupun kecil, tidak pernah macet.

    Suka

  3. Pembahasan yang bagus Pak Wir,

    Saya juga engineer, tapi software engineer 🙂 . Saya pikir walaupun kita berbeda domain seharusnya prinsipnya sama.

    Masalah di proyek-proyek kita umumnya lemah di tahap analisis, perancangan dan maintenance. Maunya fokus ke aspek development-nya saja. Mudah-mudahan jadi pelajaran bagi kita sebagai engineer untuk proyek-proyek lain.

    Suka

  4. Waduh klo mau memperbincangkan masalah yang terjadi di Jakarta gak bakalan kelar sampai 7 hari kan. Problemnya yang paling mendasar yang terjadi di Ibukota adalah Kepadatan Penduduk.

    Ya, memang klasik punya, tapi setidaknya perlu di ingat kepadatan penduduk Jakarta sudah melebihi kuota, jadi boleh dibilang kalau Jakarta itu diibaratkan propinsi yang menjadi pulau sendiri problemnya bukan lagi banjir sodara-sodara sekalian melainkan kelelep damam bahasa jawanya, atau ambels kayak lapindo. Itu karena kebanyakan beban.

    Jakarta yang dulunya batavia sudah terlalu tua, solusinya pindah aja Ibukotanya, bagaimana sodara-sodara sepakat ngak? Dan saya yakin banyak yang ngak setuju karena, boleh ditanyakan kepada diri sendiri, khususnya para-para yang punya tumpuan hidup di Jakarta.

    Suka

  5. Saya lahir di Jakarta, walaupun bukan orang Betawi.. Dan jujur saja, saya setuju banget kalau ibukota dipindah. Saya rindu Jakarta masa kecil saya, yang masih banyak pohon pisang dan lapangan becek.

    Suka

  6. Andri

    Wah Busway, yang merupakan alat transportasi yang paling baru di Jakarta. Menurut saya busway ini cukup sukses pada waktu koridor I mulai beroperasi. semua orang yang naik pasti bilang bagus enak n cepat. Tetapi semenjak dimulainya Koridor2x berikutnya penurunan terhadap tanggapan konsumen mulai berkurang, mulai terjadi desakan di terminal-terminal. dan sekarang coba dilihat terminal Harmoni, itu setiap sore pasti padat bukan main (mungkin penyebabnya kurang armada kali yah) “tapi kalo kurang armada kok dibuat pengembangannya terus yah” kenapa gak dituntasin yang sudah ada dulu.

    Saya jujur sangat mendukung transportasi ini, tapi yang saya sesali “kok perencanaannya kurang matang” seakan memaksakan dan asal-asalan. mungkin karena kesusksesan pada koridor awal, sekarang dibuat massal tanpa adanya “Studi Kelayakan”.

    Dan 1 lagi,
    saya merasa kasihan pada pemerintahan kita, karena sepertinya mereka berpikir hanya sendiri (sedangkan rakyatnya hanya komentar terus tanpa mau ada pengorbanan).

    Sesuai yang saya pelajari di kuliah, jalanan perlu adanya penataan ulang (salah satunya pelebaran jalan). Lebar perencanaan pelebaran jalan pun telah di ikut sertakan dalam pembangunan rumah, misalnya kita bangunan rumah pasti kita tidak dapat membangun sampai menempel pada jalanan (karena ada jarak yang harus disiapkan untuk pelebaran jalan). Tetapi apa kita siap dan rela seandainya pemerintah meminta tanah kita untuk pelebaran jalan tersebut (disanalah yang saya katakan kurangnya pengorbanan dari rakyat). Bila pelebaran jalan dapat dilakukan, maka jalur busway tidak akan se-semrautan seperti sekarang.

    Mungkin itu yang ada dipikiran kita. Kadang kita sebagai Rakyat juga harus peduli pada lingkungan kita.
    Karena yang saya tau, kekuasaan tertinggi pada negara ini dipegang oleh Rakyat.

    Suka

  7. Sadma L

    Kadang2 kalo sedang naik MRT (subway) di S’pore, saya suka membayangkan andai Jakarta punya moda transportasi seperti itu untuk ngatasi kemacetan….

    Tapi kalo liat perilaku (maaf) penumpang2 kita yg agak kurang disiplin…kok rasa2nya MRT jg akan cepat rusak & penuh pedagang..hehehe…

    Wir’s respond : mungkin kita memang nggak level ya dengan negara Singapore, tetangga kita.

    Padahal di sisi lain, kita ini gembar-gembor sebagai bangsa yang besar, pandai, sampai-sampai ketika ada yang keseleo dengan negera Malaysia ke kita, maka banyak masyarakat kita yang mencak-mencak mengatakan bahwa Malaysia nggak ingat dulu. Gitu.

    Apa ini gejala post-power-syndrome ya. Jadi negara kita ini ibarat sudah mulai pensiun. 😀

    Suka

  8. ary

    Dari temen yang desain busway..mohon maaf lahir batin…

    mestinya mah kalo buat jakarta kelasnya subway..bukan busway yang kelasnya masih dibawah tram..

    Wir’s respond : O pantes, orang struktur sih yang desain. Kalau ditinjau dari ketebalan jalan beton untuk jalur busway-nya sih memang top, sangat tebal dan mantap. Pokoknya yang jualan semen bisa untung banyak, padahal di pinggiran jakarta, sangat-sangat banyak jalan yang berlubang yang mestinya lebih butuh jalan beton tersebut. 😦

    Suka

  9. Iar

    Syallom Pak Wir…

    Boleh ikut nimbrung neh soal busway…

    Maaf sebelumnya saya adalah orang Jogja yang sering ke Jakarta dan sering naik busway

    Klo saya sedikit setuju dengan mas Andregiant (pengomentar pertama)… semua itu butuh proses pak walau itu tetap harus diawasi…

    saya berpendapat busway itu salah satu solusi yang bagus juga seh karena di banding dengan subway yang membutuhkan dana lebih besar lagi… wow… bisa bangkrut Indonesia… menurut saya, pendapat bang Yos akan memaksa pengendara mobil pribadi untuk beralih ke angkutan massal sangat ok… klo memang harus macet diawal itulah mungkin yang diharapkan untuk memaksa para pengendara itu agar beralih ke angkutan massal itu tadi… banyak koq kota-kota besar di luar negeri yang mengalami hal yang sama (contohnya kota studi banding bang yos… Colombia)…

    Hal lainnya mengenai antrian penumpang busway yang panjang sekali seperti di harmoni… wah… disitu kita harus bersabarlah sedikit… klo saya tidak salah (mohon ralat jika salah) katanya akan ada busway gandeng neh… itu bakal menarik juga koq… apalagi akan ada monorail segala… jadi yah akhirnya kita harus bersabar… kita tunggu aja.. mungkin 2 atau 3 tahun lagi barulah hal ini bisa komentari setelah output semua perencanaan terlihat… macetkah atau malah ok…

    Thanks

    Iar (Wong Jogja)

    Wir’s respond:
    Untung anda tinggal di Yogya mas, dan hanya sekali-sekali ke Jakarta. Bawa mobil sendiri nggak ? Kalau begitu memang busway alternatif terbaik, apalagi kalau rutenya cocok.

    Saya sangat yakin, yang mendukung adalah pemakai busway. Tapi kalau nyetir sendiri dan pakai kopling manual. Mana tahan. 😦

    Mungkin banyak yang beralasan, toh nanti khan banyak yang beralih dari mobil ke busway. Jadi jalan nggak macet lagi. Boleh-boleh aja, berpikiran begitu, masalahnya keamanannya gimana. Copet dll. Apalagi kalau harus bawa laptop. Kayaknya perlu waktu lama lho.

    Tentang : “wow… bisa bangkrut Indonesia”.

    Malaysia aja bisa bikin angkutan massal yang lebih baik dari Indonesia, meskipun negaranya lebih kecil dan tidak bangkrut lagi.

    Jadi dengan komentar tsb, saya kira bisa menjadi gambaran, bagaimana belum PD-nya pemerintah masyarakat Indonesia dibanding Malaysia. Nggak berani mengambil resiko untuk sesuatu yang lebih baik. Negara kita yang katanya kaya raya ini pada kemana ya. Ke pejabat ya dan bukan masyarakat luas.

    Suka

  10. ary

    Ditunggu saja prosesnya pak..termasuk penyempurnaan dari koridor koridor yang ada, fasilitas, punctuality, dan lain lain.

    Nantinya jalan eksisting juga akan ditinggikan jadi perbedaan tinggi antara jalan busway dan biasa tidak tinggi, spt latuharhary.

    Memang busway diutamakan untuk transportasi di jakarta, dan koridor akses busway dari suburban belon ada, yang ada baru feeder dari dari beberapa kompleks perumahan suburban.

    Wir’s responds : syukurlah kalau begitu. Moga-moga memang menjadi baik adanya.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s