Era demokrasi ? Ya, era sekarang ini khan.
Membaca harian pagi Kompas, beritanya selalu itu-itu saja. Memelas ! Mulai dari nasi aking di Cirebon yang menjadi menu sehari-hari, pemogokan guru, demo, dana proyek yang macet, pungli, palak, banjir, lapindo, mantan pimpinan yang nunggu hari H untuk berpindah dunia, tawuran di liga indonesia, kampak merah, gas yang menjadi Rp 120 rb per tabung, warga antri jatah raskin juga minyak tanah, gaji 2400 buruh belum dibayar, abrasi pantai di Cilacap sampai Bali, pembebasan tersangka korupsi, pembalakan liar, penggusuran, pemerasan, nenek nekat mencuri susu, dll.
Ada juga sih beberapa berita yang optimis, tapi itu tentang orang lain, tentang Barak Obama dan Hillary Clinton, tentang pangeran Akishino dan putri Kiko. Yah lumayan lah.
Ada yang lucu (menurutku), mungkin inginnya memberi semangat, kepada masyarakat yang mengalami fenomena banjir Bengawan Solo, dikatakan hebat karena Kenyal dan Adaptif. Menurutku itu bukan masalah hebat atau tidak, itu karena terpaksa kondisi dan nggak ada pilihan lain. Jadi yang nggak kenyal dan adaptif kemungkinan sudah tidak ditemui lagi, lha wong sudah dimakamkan. 😐
Jadi kalau mau dikelompokkan, masalah terbesar penduduk di negeri ini adalah adanya himpitan ekonomi, seperti misalnya kenaikan harga-harga kebutuhan hidup masyarakat karena masih tergantung luar negeri. Sedang di sisi lain ada himpitan bencana alam.
Tentang bencana alam atau pengendalian alam mestinya tugas engineer khan yang menyelesaikannya. Engineer dalam hal ini tentulah dari kelompok lingkungan dan bidang teknik sipil yang mendominasinya. Engineer dengan latar belakang bidang TI, Elektro, Mesin, Industri khan nggak terlihat langsung perannya.
Sebenarnya peran insinyur sipil dalam menyelesaikan kasus-kasus negeri ini adalah cukup strategis. Tapi itu semua tergantung visi dan misi pemimpin negeri ini, punya nggak komitmen untuk kemakmuran masyarakat banyak. Atau sekedar memanfaatkan ‘aji mumpung’. Toh lima tahun ke depan belum tentu kepilih lagi. Cari selamet aja. Yang penting demokrasi dan hukum tidak dilanggar. Kemakmuran masyarakat luas peduli amat. Itu semua saya kira yang mendasari mengapa dana Rp 200 trilyun dikucurkan. Demokrasi jayalah ! (saya juga jaya, ha, ha, ha). Kelompok menengah kita khan sudah seneng jika ‘kita’ bekerja atas nama demokrasi dan hukum. Itu khan tujuan negara kita, Indonesia.
Tentang banjir, tentang irigasi yang berkomitmen untuk petani. Adakah komitmen pemerintah kita. Kelihatannya fokus pembangunan saat ini adalah infrastruktur jalan, atau energi. Ha, ha, ha lumayan lah yang menekuni bidang structural engineer, masih ada pekerjaan. Tapi orang hidro, pengairan, kayaknya perlu ganti haluan ke bidang energi. Ya, untuk mendukung konglomerat. O ya, juga yang penting telekomunikasi, ya biar nulis blog lebih gampang karena internetnya lebih baik. Tapi tentang irigasi untuk pertanian orang kecil. Peduli amat. 😦
Yah, begitulah adanya. Jadi jangan harap semuanya itu akan cepat berlalu. Bagi yang memelas usahakan untuk menjadi KENYAL dan ADAPTIF. 😐
Atau . . .
Tinggalkan komentar