PROTES, kenapa nggak lolos pak !


Memang hari ini penuh warna, satu sisi tadi berbicara tentang Valentine dan kasihnya, lalu ada pelantikan profesor baru UPH. Ternyata selain dua hal tadi, ada satu hal lain yang nggak enak, itu lho tentang complaint.

Jadi begini ceritanya, mahasiswaku khan punya acara yaitu kegiatan lomba jembatan model. Eh ternyata peminatnya membludak, lebih besar dari yang diharapkan. Satu sisi, tentu senang sekali, tapi sisi yang lain khan ada konsekuensinya. Untunglah mahasiswa saya ternyata telah memikirkan hal itu juga, akhirnya dengan banyak pertimbangan dipilihlah keputusan bahwa tidak mungkin menerima semua peserta yang mendaftarkan, kalau dipaksa, bisa-bisa kacau semuanya.

Bagaimanapun acara seperti ini baru pertama kali dilaksanakan oleh para mahasiswa kami, maksudnya acara untuk tingkat perguruan tinggi. Kalau untuk tingkat SMU, wah udah sering, kalau tidak salah bahkan sampai lebih dari dua kali penyelenggaraan, dengan peserta tiap-tiap acaranya bisa lebih dari 50 peserta. Banyak lho itu. Tapi sekarang ini khan untuk level mahasiswa, juga strategi pembebanannya atau lombanya berbeda, dan belum pernah dilombakan di Indonesia. Pioner nih yee.

Jadi intinya menyadari bahwa kegiatan ini tidak bisa main-main, harus mengukur kekuatan diri sendiri dan strategi agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar oleh karena itu pesertanya perlu diseleksi. Titik. 😐

Bagaimana seleksinya.

Disinilah masalahnya. Nggak gampang lho. Jika ternyata ada 32 team yang mendaftar dengan mantap dan hanya dapat dipertandingkan sebanyak 13 team. Gimana hayo caranya memilih. Padahal yang dikirim hanya berkas peserta yaitu CV mereka, belum ada proposal teknis lagi.

Di undi aja pak, beres !

Iya sih memang, tapi kayaknya mahasiswaku ingin serius, tidak main-main, profesional katanya. Strategi yang dipilih adalah

  • berusaha menghormati peserta yang mendaftar, khususnya institusinya. Jadi diusahakan bahwa setiap institusi dapat terwakili dalam perlombaan ini.
  • jika dari satu institusi mengirim lebih dari satu maka para mahasiswa akan memilih yang dianggap berpotensi beruntung berdasarkan CV yang mereka kirimkan. Jadi ya akhirnya mereka bekerja seperti layaknya manager HRD ketika memilih dari berpuluh-puluh berkas lamaran, siapa yang sebaiknya dipanggil untuk wawancara. Yah ini masih lebih baik dari sekedar lempar mata uang atau dengerin suara tokek. Iya khan.

Dengan kriteria seperti itu maka ada 19 team yang tidak lolos untuk maju ke perlombaan tersebut. Beritanya di sini.

  Kecewa ?

Ya jelas tho, wong namanya aja punya harapan, jika nggak terlaksana khan jelas nggak enak. Dan itu terbukti ketika tadi pagi ruang jurusan kami kedatangan seorang dosen pembimbing team jauh-jauh dari luar kota hanya khusus datang ke UPH untuk complaint: “team saya sudah memenuhi kriteria lengkap, bagaimana bisa tidak lolos“, demikian dengan sedikit menahan emosi. Saya pikir apa gitu, mau ketemu Kajur atau dosen sipil uph, eh ternyata mau ketemu panitia lomba jembatan. Saya pikir ada yang mau daftar atau tanya persyaratan teknis atau apa gitu, eh ternyata sudah siap dengan semprotannya. Yang ditemui panitianya yaitu  mahasiswaku, ketua HMJ-nya langsung.

Karena merasa itu kegiatan mahasiswa sepenuhnya, yaitu mulai dari ide, cari sponsor dan lain-lain, maka saya tahu diri, mencoba menjaga jarak dan membiarkan mereka dapat secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Jadi terjadilah dialog, atau tempatnya adu argumentasi antara dosen pembimbing team (PT lain) dengan mahasiswaku. Kebetulan karena mahasiswaku ada di ruang jurusan, dan tamu tadi juga di ruang tersebut, maka pertemuan ada disitu juga, dekat dengan mejaku. Yah, biarlah. Jadi aku tinggal aja keluar ketika ada kepentingan gitu.

Seperempat jam kembali lagi, ternyata dialog masih terjadi, iseng-iseng kudengar, koq tambah ramai aja. Satu sisi dari pihak team yang dibatalkan ternyata ngotot tidak terima, sedang satu sisi juga ngotot, karena kalau memaksa bisa berantakan semua. “Pokoknya panitia kalau masih juga seperti itu, maka akan saya tulis di surat kabar gitu, akan saya publikasikan besar-besaran“, begitu katanya.

Wah ini, koq kontra produktif banget, yang tua perlu turun tangan nih. Kasihan acara belum mulai, koq udah nambah musuh, nggak bener gitu. Lha gimana, tujuan lomba khan untuk saling bertukar pikiran ilmiah dengan sesama mahasiswa teknik, terjadi komunikasi, bisa saling benchmarking, ya intinya memperluas wawasan, syukur-syukur nambah temen. Ini koq belum-belum, udah mau nambah musuh.

Akhirnya aku ikut nimbrung.

Pertama-tama, aku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing tersebut karena memberi respond kepada kegiatan yang diselenggarakan mahasiswa-mahasiswaku. Itu merupakan suatu kehormatan besar, bahwa teman-teman di institusi pendidikan lain sangat antusias.

Kedua, saya ingin memohonkan maaf yang sebesar-besarnya khususnya bagi calon-calon peserta yang dinyatakan tidak lolos. Kami tidak ingin itu terjadi, tetapi apa daya karena konsekuensi logislah maka kami harus menerima kenyataan agar penyelenggaraan sukses maka peserta harus dibatasi.

Wah, gimana pak, kalau nggak mampu, bilang aja pak, bahwa UPH tidak mampu !“, Bapak tadi masih belum bisa menerima penjelasanku tersebut.

Ya, ya pak. Sabar. Begini pak, perlu saya sampaikan bahwa kegiatan tadi adalah sepenuhnya kegiatan mahasiswa. Mulai dari ide, sampai cari sponsor. Karena ini juga merupakan bagian pembelajaran untuk menjadi sarjana paripurna, maka UPH juga membantu, secukupnya. Tapi jelas kalau hanya mengandalkan dana dari UPH maka pasti tidak akan jalan. Dengan konsep mandiri tersebut mereka mencoba membikin kegiatan yang ada kaitannya dengan bidang ilmunya, juga usaha memperluas jaringan profesinya nanti maka dipilihlah kegiatan lomba jembatan model tersebut. Itu khan hebat khan, bener-bener mahasiswa lho. Dosennya nggak perlu pusing-pusing mengerjakan. Paling-paling hanya kasih komentar, bisa diterima, bisa juga tidak. Oleh karena itu, dari skala besarnya aja, jangan dibandingkan dengan lomba KJI yang diselenggarakan oleh dosen-dosen juga didukung oleh dana besar dari DIKTI. Jadi yang UPH ini benar-benar swadaya dan dikerjakan oleh mahasiswa gitu lho.

Atas dasar itulah maka saya mohon pengertian dari Bapak tersebut :”Pak, kita khan sama-sama dosen, senang dong kalau anak didik kita punya inisiatip dan kreatif. Ini bukan masalah saya membela mahasiswa atau tidak, tetapi karena tempatnya memang terbatas. Saya berharap, acara tersebut dapat menjadi ajang kreatifitas dan pertemanan“. Selanjutnya aku jelaskan strategi pemilihan lolos tidaknya team tersebut. “Nanti kalau katakanlah team Bapak diloloskan karena complaint seperti ini, maka team-team lain yang mengirim lebih dari satu khan juga seperti itu juga. Akhirnya chaos gitu. Bisa-bisa nggak jadi itu acara“.

Akhirnya setelah dialog hati ke hati, saya melihat Bapak tersebut luluh. Omong punya omong, eh ternyata dengannya saya pernah bertemu. Terus terang saya pangling sih. Mungkin Bapak tersebut juga pangling, gimana lagi rambutku juga udah mulai habis, nggak kayak dulu. 😀

Ya begitulah, untuk memuaskan semua pihak adalah tidak mudah. Jadi untuk teman-teman yang belum lolos dan belum bisa ikut lomba tersebut, sekali lagi saya mengucapkan maaf. Itu bukan karena team anda tidak berkompeten, juga bukan karena yang memilih terlalu subyektif, tetapi karena keadaan. Belum beruntung gitu lho. 😀

Moga-moga penyelenggaraan kali ini dapat sukses, dan dapat ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya. Mohon jangan kapok untuk berpartisipasi dalam acara-acara kami selanjutnya.

Salam sejahtera dan sukses semua untuk anda. Merdeka !

CATATAN: O ya, usul ke panitia. Agar yang tidak lolos jangan di eksposed. Ini khan masalah keberuntungan, jadi yang nggak beruntung ya sudah, khan kasihan. Kita sendiripun kalau lagi sial juga nggak mau terlalu di eksposed. Bahkan mungkin diundang khusus gitu, bisa ikut seminar atau workshop. Itu kalau mau lho. Usahakanlah WIN-WIN. Gitu, ok. 

3 pemikiran pada “PROTES, kenapa nggak lolos pak !

  1. Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Wir yang telah mendukung dan memberi masukan-masukan kepada kami.

    Kami dari panitia ERBC sekali lagi minta maaf kepada teman-teman yang dinyatakan tidak lolos seleksi, bukan kami tidak mau menerima namun karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk menerima semua peserta.

    Segala bentuk seleksi telah kami pikirkan sebelumnya dengan masak-masak.

    O ya, usul ke panitia. Agar yang tidak lolos jangan di eksposed. Ini khan masalah keberuntungan, jadi yang nggak beruntung ya sudah, khan kasihan. Kita sendiripun kalau lagi sial juga nggak mau terlalu di eksposed. Bahkan mungkin diundang khusus gitu, bisa ikut seminar atau workshop. Itu kalau mau lho. Usahakanlah WIN-WIN. Gitu, ok.

    Menurut kami, nama tim yang dinyatakan tidak lolos kami exposed sebagai bentuk apresiasi / terima kasih dari kami kepada mereka karena telah ikut berpartisipasi dalam acara ini.

    Dan untuk seminar dan workshop pun kami telah mengundang mereka untuk ikut tentunya dengan paket harga khusus sebagai bentuk ungkapan terima kasih kami.

    Regards,
    Panitia ERBC

    Suka

  2. agus

    Wah, gimana niih…kegiatan ilmiah kok berdasarkan BERUNTUNG atau TIDAK BERUNTUNG sih!! Kayak undian aja…Kalo kayak gini, saya sebut sebagai ARBITRARY WORK (kerja asal-asalan) rather than SCIENTIFIC WORK! Kalo memang penilaian lolos tidaknya hanya berdasarkan CV, yaa itu memang salah panitia nya, kenapa di persyaratan tidak diminta menyertakan proposal jembatannya….Kalo bilang PANITIA sepenuhnya karena MASIH MAHASISWA, itu sih ngeless aja (lempar tanggung jawab niih yeee)…karena kegiatan yang panitianya masih mahasiswa pun banyak kok yang sukses….Anyway, mengakui kesalahan memang beraaat….

    Suka

  3. Ping-balik: aktivitas mahasiswaku « The works of Wiryanto Dewobroto

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s