Jadi dosen itu saya kira merupakan suatu profesi yang menarik, suatu profesi yang dapat dijalani tanpa beban, apalagi jika dirasakan dengan rasa syukur. Kurang apa lagi. ![]()
Maksudnya tanpa beban adalah dalam arti begini, jika memberi kata-kata pujian (dengan tulus tentunya) tidak serta merta dicurigai bahwa ada udang dibalik batu. Coba bayangkan aja, jika seorang marketer sedang memuji client, itu khan lebih banyak merupakan strateginya agar dagangannya sukses, yakin deh. Selain itu, nggak mungkin dia berani memuji marketer lainnya dihadapan client. Pasti banyak ruginya. Juga kalau dikritik “kurang”, pasti deh itu juga mempengaruhi harapannya. Iya khan. Jadi gampang-gampang susah menerapkan konsep win-win.
Beda dengan dosen, memberi sanjungan maka hati sendiri bertambah senang dan tidak merasa menjadi lebih rendah dari yang disanjungnya. Iya khan. Itulah dosen dan tentu para guru pula. Semakin hebat itu murid atau yang mengaku murid, semakin bangga yang jadi guru atau dosennya.
Ingat, pak SBY aja masih ingat dan memberi apresiasi ke gurunya di kota masa kecilnya. Saya bisa membayangkan bagaimana bangganya seorang guru yang masih diakui oleh muridnya yang telah jadi.
Saya kira itu merupakan salah satu bentuk kepuasan yang tidak haram dan tidak memerlukan duit banyak. Kadang-kadang seorang konglomerat perlu mengeluarkan duit berjuta-juta hanya untuk mendapatkan pengakuan seperti itu. Ini benar lho, coba renungkan sendiri. ![]()
Jadi wajarlah, jika anda sering melihat guru, meskipun secara materi tidak bisa dibandingkan dengan pejabat publik lainnya, tetapi ketika dilihat tahun-tahun mendatang masih banyak yang terlihat berbahagia di hari tuanya, panjang umur, masih bisa melihat cucu-cucunya berbahagia. Bandingkan dengan pejabat publik, yang punya duit banyak, tetapi dari hasil korupsi, jika jabatannya mundur, pensiun, maka banyak diantara mereka meninggal tidak lama setelah itu.
Tuhan memang begitu adil dengan setiap profesi jika dapat dijalani dengan rasa syukur. ![]()
Begitulah, terus terang dengan suksesnya penyelenggaraan civil engineering week yang terdiri dari berbagai kegiatan, benar-benar luar biasa. Kenapa ? Karena yang mengkoordinir semua adalah mahasiswa-mahasiswa teknik sipil UPH sendiri, dosen benar-benar hanya sebagai tamu, atau paling-paling disebutnya sebagai Supervisor of Committe. Hebat juga ya namanya, benar juga, apalagi kalau melihat namecard yang mereka buat, benar-benar kelihatan profesional.

Workshop photoshop atau autocad katanya kelasnya penuh, itu sih aku percaya, wong workshop yang aku pegang, dari rencana 1 seminar dan 1 kelas workshop, pada kenyataannya menjadi 1 seminar dan 3 kelas workshop, dimana 2 kelas peminatnya adalah dari luar (industri, praktisi maupun akademisi). Itu khan luar biasa, padahal anda tahu sendiri lha, bahwa kampus UPH Lippo Karawaci jauhnya minta ampun, di ujung barat Jakarta. Nggak mungkin kalau hanya sekedar sambi lalu, karena jauhnya itu maka memang harus fokus ke situ, nggak bisa hanya sekedar mampir aja.
Jadi workshop yang diselenggarakan oleh mahasiswa tadi, sukses besar, memang sih, badanku sekarang terasa pegal-pegal semua. Karena senengnya nggak terasa kalau sampai memforsir diri. Jadi untuk acara uji jembatan model yang diselenggarakan hari ini (Jumat) yang diikuti oleh 13 perguruan tinggi di seluruh Indonesia maka aku tidak bisa hadir. Pamit ya.
O ya, itu workshop yang diselenggarakan dua hari yang lalu. Kemarin penyelenggaraan seminar nasional tentang kemajuan beton di Indonesia untuk masa depan juga berlangsung sangat sukses. Sanggup menampilkan pakar-pakar pada bidangnya dan mampu membawakan materi yang penting atau signifikan yang tidak sekedar ombyokan, yang benar-benar mencerminkan kemajuan beton Indonesia. Materi yang dimaksud adalah
-
Prof. Harianto (UPH) dengan road map penelitian tentang beton hijau dalam ikut serta merespons fenomena global warming, yaitu penelitian tentang beton daur ulang. Rasanya ini masih jarang menjadi topik penelitian di Indonesia. Banyak yang meragukan gunanya, tetapi prof Harianto dapat memberi penjelasan bahwa daur ulang merupakan suatu yang penting di masa-masa depan, dimana dicontohkan bahwa di Jerman tahun 1996 telah menjadi undang-undang untuk mewajibkan bagaimana mengelola timbungan bangunan lama jika ada proses renovasi konstruksi.
-
Dr.Ir. Iswandi Imran (ITB) dengan road map penelitian beliau dalam mengantisipasi batasan pemakaian baja mutu tinggi yang ditetapkan peraturan. Penelitian yang dilakukan masih jarang dikerjakan di dunia, dan beliau telah memulainya, yaitu bagaiamana memakai beton mutu tinggi dan tulangan spiral mutu tinggi, mencari tahu efek confinement. Jika berhasil, maka masalah kongesti tulangan pada bangunan gedung tinggi tahan gempa akan dapat diatasi dengan baik.
-
Dr.Ir. Hari N. Nurjaman (sekretaris Asosiasi Precast Indonesia) mencoba menjelaskan perkembangan awal pemakaian precast di Indonesia yang telah mendapat restu dari Presiden untuk dikembangkan sebagai teknologi utama pembuatan rusun berupa tower. Beliau menjelaskan semua aspek teknologi yang akan disiapkan untuk medukung kebijakan pemerintah dalam membangun 1000 tower rusun di Indonesia. Ini kalau dapat diketahui oleh para pembisnis di bidang konstruksi khan merupakan peluang besar.
Tiga dari enam topik yang dipublikasikan di acara seminar nasional tersebut di atas, saya rasa mempunyai dampak yag signifikan dalam melihat peta kemajuan beton di Indonesia. Ternyata UPH juga bisa masuk dalam lingkaran elit pemikir dalam membangun negeri ini. Demikian kesimpulan yang dapat saya ambil, saya bisa menganggap bahwa acara tersebut benar-benar berbobot untuk memberi wawasan baru bagi para peserta.

Dr.-Ing. Jack Wijayakusuma., Dr.Ir. Hari N.Nurjaman, Prof.Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra, dan saya berpose pada akhir acara seminar.
Menanggapi hasil kerja para mahasiswa itu semua, saya sempat berbicara ke ketua Jurusan, pak Jack : “wah pak, kalau mahasiswa-mahasiswa kita aja mampu bikin acara seperti ini, ada baiknya besok mereka lagi, sehingga kita sempat bikin materi sebagai pembicara begitu, jadi jangan sebagai administrasinya aja. Iya khan pak.”
Ha, ha, ha, moga-moga para mahasiswa UPH pada seneng-seneng, dan semoga ada generasi penerusnya. Tidak berhenti pada satu angkatan saja.
Bayangkan saja, jika satu angkatan mahasiswa di UPH hanya 20-25 aja, dan juga kata para akreditor bahwa jurusan kita hanya ber akreditasi B, maka tentunya yang punya mahasiswa lebih dari itu, dan yang berakreditasi A tentu akan dapat menyelenggarakan acara yang lebih baik dari para mahasiswa-mahasiswa kami tersebut.
Hal-hal seperti itulah, mengapa seorang dosen, pemilik blog ini masih tetap dapat berbangga dan yakin bahwa tempatnya mengabdi adalah yang masih terbaik bagi dirinya. Semoga itu dapat menjadi terang, agar yang lain dapat melihat jelas dan menentukan sikap agar berhasil baik juga. Jika semuanya berlomba-lomba seperti itu, saya yakin negeri ini akan berbeda, akan menjadi lebih baik.
Semoga.

Civil Engineering Week dibuka dengan acara dimana dalam satu acara tersebut, sdr Christo (berdiri pegang mic), alumni Jurusan Teknik Sipil UPH yang sekarang ini adalah juga asisten dosen di jurusan tersebut sedang menyanyikan sebuah lagu. Luar biasa bukan.
Sebelumnya, acara CEW juga telah dibuka secara resmi oleh bapak Jonathan L. Parapak, rektor UPH, dalam sambutannya pada prinsipnya beliau juga mengungkapkan kebanggaannya, bahwa mahasiswa di jurusan teknik sipil uph mampu menyelenggarakan rencana kegiatan tersebut, mendoakan agar sukses sebagaimana yang diharapkan.

O ya, ini sebagian kecil anak muda yang kumaksud, anak-anak muda yang berani mempertarohkan masa depannya bersama-sama dengan UPH. Ayo buktikan, bahwa memang anda semua adalah luar biasa. Tentunya itu semua adalah dengan perkenan Tuhan. Semoga Tuhan memberkati kalian semua.








Tinggalkan Balasan ke Mikhael Batalkan balasan