Jangan kaget, judul tersebut saya ambil dari salah satu komentar di blog ini.
Bagi orang yang memberi komentar tersebut, tentunya beranggapan bahwa blog yang ‘baik‘ adalah jika selalu menerbitkan komentar yang masuk, tidak hanya yang bersifat pujian saja bahkan yang bersifat kritik, atau bahkan ejekan sekalipun. Itulah yang dinamakan demokrasi sejati yang memegang teguh pendapat “The freedom to speak“.
Saya kira, yang mempunyai pendapat seperti itu cukup banyak, mungkin bisa-bisa itu mayoritas. Benarkah ?
Pa’ Budi Rahardjo, dengan blog-nya yang terkenal itu, rasanya juga sependapat dengan penjelasan di atas. Kesimpulan tersebut saya peroleh setelah membaca salah satu artikelnya yang beberapa hari ini selalu menduduki rangking paling atas dunia wordpress berbahasa indonesia. Lucu juga, pak BR pada artikel tersebut menyatakan bahwa ada blogger yang tidak disukainya, tapi membiarkan saja blogger yang dimaksud untuk tetap memberi komentar pada blog-nya.
Coba renungkan, itu khan menunjukkan bahwa pak BR jadi korban (tidak gembira) dari keinginan untuk tetap memegang teguh konsep “The feedom to speak” tersebut. Saya bilang korban, karena sebenarnya beliau mempunyai kuasa untuk menghilangkan hal yang tidak disukainya tersebut, yaitu komentar blogger yang dibencinya tersebut. Kuasa yang dimaksud adalah fasilitas MODERASI yang disediakan oleh wordpress.com ini.
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, . . .
[Amsal 17:22]
Lho, emangnya pak Wir, berbeda dengan pak BR ya, soal itu ?
Terus terang, saya memegang kuasa penuh materi pada blog ini. Sejelek-jelek apapun, blog ini saya usahakan agar mendukung visi dan misi yang aku punyai, jadi ini bukan tempat yang dapat seenaknya dipakai sebagai ajang kebebasan berpendapat. Karena saya yakin bahwa tidak setiap pendapat adalah baik untuk didengar atau diperhatikan. Jadi kalau ada pendapat yang menurut saya tidak baik, bisa mengarah ke hal-hal yang akan mengakibatkan pertentangan dengan visi dan misi yang saya coba terapkan, maka fasilitas MODERASI akan saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Materi seperti itu akan saya DELETE aja dengan santai.
Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan, …
[2 Timotius 6:20]
Terus terang, saya tidak mau terlibat komunikasi yang bersifat negatif, yang tidak berguna bagi saya, maupun bagi pembaca. Mungkin bisa saja ada yang menganggap bahwa tulisan yang saya bikin bersifat negatif bagi orang lain, tetapi selama saya menganggap baik dan benar adanya, ya akan tetap saya pertahankan.
Berjuanglah mati-matian untuk kebenaran,
maka Tuhan Allah akan berperang untukmu.
[Sirakh 4:28]
Mungkin memang ada, tulisan saya yang membuat orang lain nggak senang, karena bersifat memihak dan tidak mendukung tulisan orang lain tersebut. Tapi itu saya buat, dengan asumsi bahwa perlu adanya informasi lain yang seimbang, sehingga pembaca lain dapat berpikir dari sudut pandang yang lain, sehingga mendapat pemahaman baru, apakah topik yang menjadi pemikiran tersebut benar atau salah.
Salah satu hal yang saya coba pegang teguh selama ini adalah pendapat bahwa emosi negatif jangan dijadikan tulisan, atau jangan marah-marah dituliskan. Kenapa nggak boleh, karena sifat tulisan itu sendiri, yang abadi. Padahal emosi khan sesaat, sebentar aja bisa reda. Jadi jika itu dituliskan maka perasaan tersebut akan bersifat abadi, padahal kondisi yang sebenarnya nggak seperti itu.
Jangan engkau sampai disebut pengumpat, . . .
[Sirakh 5:14]
Jadi daripada menghasilkan kondisi-kondisi seperti itu, maka fasilitas MODERASI saya manfaatkan dengan baik. Jadi jangan seenaknya anda berkomentar di blog ini, apalagi ANONIM. Hal-hal seperti itu akan saya hindari dengan perintah yang efektif yaitu DELETE.
Usirlah si pencemooh, maka lenyaplah pertengkaran, dan akan berhentilah perbantahan dan cemooh.
[Amsal 22:10]
Ya.. beda-beda visi dalam ngeblog kan sah-sah saja, Pak. Yang penting pesannya tersampaikan. Moderasi juga kan cuma tools. Yang punya tools lah yang memutuskan mau dipake buat yang aneh-aneh atau tidak.
Kedewasaan bukan cuma tuntutan buat blogger juga sih, pak. Tapi buat yang sumbang komentar juga. 😉
SukaSuka
blog ku adalah rumahku..
jadi bebas deh mau diapain aja sama si empunya rumah..termasuk reaksi pak BR..
tapi saya sih setuju dengan pendapat /saran pak wir
SukaSuka
setuju dengan komentator no.1`
SukaSuka
saya menghargai pilihan untuk memoderasi maupun “membebaskan” kolom komentarnya…
SukaSuka
saya jg mencoba membuka moderasi 🙂
SukaSuka
sugeng sonten mas Wir
Kalau saya lebih sreg kalau kita punya kendali penuh di blog kita, seperti mas Wir lakukan. Sekalian kasih tahu yang bikin comment, kalau tdk muncul berarti commentnya tdk sesuai dengan yang divisi misikan si empunya blog.
Oh ya, walaupun saya lain kapalnya dng mas Wir ( saya di lapangan dan ketemunya tanah / mektan terus, sedangkan mas Wir di kelas dan mainannya struktur ) saya sudah lama suka mempromokan blognya mas Wir buat yang muda-muda, maksudnya biar nambah wawasan mereka.
“kapan reuni sipil’83 lagi ?”
salam
SukaSuka
setuju itu om
SukaSuka
Sebetulnya pemilik blog punya kuasa penuh, jadi kalau ada yang komentar kurang tepat dan di delete, seharusnya tak berhak marah.
SukaSuka
saya mempunyai tulisan yang sama dalam hal ini, namun focusnya pada blog pak Budi rahardjo. karena beliau juga sebenarnya dapat menggunakan hak penuh untuk tidak menerima komentar namun tetap transparan biar orang lain yang menilai:
silahkan klik pada : budi-rahardjo-dan-blognya
SukaSuka
bukunya sudah saya baca pak, bagus gus gus gus
hebat bat bat bat
hehe salut deh
salam
SukaSuka
Moderasi..
Tergantung tujuan dari blog..
Gak bisa nyalahin sih klo emank gak suka ada hal negatif di blog milik pribadi..
Dibuat untuk kepuasan pribadi..
Sama aj klo kita pake baju..
Klo gak suka pake renda, ya jangan dipake’ ..
Byar tambah cakep dan PeDe waktu dilihat orang make baju tersebut..
Hahaha..
Tapi jgn sampe blog jd kosmetik doank..
Brusaha ngilangin yg buruk karna malu ama kenyataan..
Klo sperti itu, dibuat offline aja blognya..
Beres kan..
Hehehe..
Regards,
Arthur Malonda
SukaSuka
yap.. setuju sekali pak.
SukaSuka
to Arthur Malonda
saya sudah mempelajari pikiran-pikiran anda dalam komentar di blog saya, yaitu ini, ini dan ini.
Karakter anda memang ‘selalu melihat dari sisi negatif’. Ya, itu sih sah-sah saja.
Tapi bagi saya, jika saya punya murid seperti anda, maka saya berusaha merubahnya. Saya akan berusaha agar murid yang bersangkutan mampu melihat dari sisi positip, tidak sekedar mengomel, tidak sekedar cari kambing hitam. Berusaha mengungkapkan hal yang menggembirakan, misal kasih solusi yang membangun dsb.
Itulah mengapa, kami di sini, melihat bahwa pendidikan tidak sekedar mengajar tentang kompetensi, tetapi juga mengarahkan karakter. Menurut pendiri UPH disebutnya sebagai tranformasi manusia seutuhnya yang menyeimbangkan antara knowledge, faith and character.
Contoh yang saya sendiri kurang jelas dengan pernyataan anda seperti
Saya tidak bisa mengikuti jalan pikiran saudara, kalau kita tahu bahwa kita punya sesuatu yang buruk, maka jelaslah kita akan berusaha menghilangkannya. Itu merupakan hal yang wajar, sepantasnya, jadi jika anda keberatan tentang ‘orang yang berusaha ngilangin yang buruk itu’. Khan aneh !?
Bahkan akan semakin bingung, jika kita tahu bahwa kita punya suatu keburukan lalu kita eksposed kemana-mana. Hanya orang gila saya pikir.
Bingung saya, padahal di komentar depan anda menyatakan diri sudah alumni, artinya sarjana gitu. Jadi kalau seorang sarjana, cara berpikirnya seperti itu. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala, atau agar orang tidak tersinggung maka hanya bisa terdiam, dan menyatakan dalam hati: Kasihan ! 😦
SukaSuka
Cocok sekali !
Kita punya kuasa mutlak atas blog kita.
Kita adalah ‘TUHAN’ blog kita. 😉
Meskipun kita harus bijaksana, sama kata dengan perbuatan.
Salam 😛
SukaSuka
Hahaha..
Sepertinya bapak emosi ya dengan pernyataan” saya..
Yah, saya mohon maaf kalo begitu adanya.. Maaf sudah mengotori blog anda..
Sebenarnya maksud saya dengan “kosmetik” itu berusaha menghilangkan yang emank uda dari sononya seperti itu..
Bapak berlebihan sekali menyikapi komentar saya tentang tulisan bapak ini..
Ini mengenai moderasi blog kan pak?
Bapak ingin saya memberi solusi membangun seperti apa?
Bukankah ini blog bapak?
Dan terserah bapak bagaimana ingin mengaturnya..
Mengenai topik lain yang saya ikut berkomentar..
Saya sudah menulis bahwa saya tidak paham bagaimana cara membuat peringkat universitas..
Yang saya bagi adalah pengalaman saya menerima kawan” UPH dan cerita dari yang pernah berkunjung ke UPH..
Selanjutnya adalah terserah pembaca tulisan tersebut..
Saya sudah memberikan solusi bukan?
Solusi saya tentang masalah peringkat adalah biarkan pembaca yang menilai..
Tugas kita sebagai pembuat tulisan adalah memberikan informasi yang benar!
That’s it!
Apakah saya mengarahkan pembaca untuk melihat sisi negatif?
Semoga bapak membaca tulisan saya dari awal..
Apakah mungkin bapak yang menilai negatif tulisan saya?
Mengenai karakter saya yang bapak komentari dengan begitu indah.. Hehehe..
Terima kasih.. Menjadi masukan bagi saya..
Anda pun semoga menjadi lebih baik..
Memang enak dan mudah menilai orang lain ya pak..
Sukses deh..
SukaSuka
@Mumu
Emosi ?
O tidak sdr Mumu (Arthur Malodan). Apakah tulisan saya menyiratkan suatu emosi ?
Kalau berusaha memberi didikan atau arahan atau mungkin kritikan, itu ada benarnya. Mungkin karena kebiasaan guru, kalau melihat ada anak muda yang tidak sesuai dengan pemikiran ‘saya’, maka saya mencoba dialog. Kenapa ?. Siapa tahu itu menjadi bahan pemikirannya, untuk perenungannya, juga saya. Siapa tahu itu bermanfaat. Kalaupun tidak, nggak ada masalah. Saya bukan siapa-siapanya anda, apa hak saya : meminta anda mengikutinya.
Salah satu prinsip guru adalah jangan pamrih, apalagi terhadap murid-muridnya. Jika pamrih maka suatu saat pasti akan kecewa. Juga guru, jika melihat ada yang menurut keyakinannya tidak tepat, maka adalah kewajibannya untuk menyuarakan. Juga guru harus berusaha menjadi teladan, ini gak mudah juga, karena merekapun manusia dengan segala keterbatasannya. Apa saya sudah seperti itu, saya sendiri juga tidak tahu, tapi yang jelas saya berusaha untuk itu. Semoga Tuhan berkenan.
Tentang menilai orang, ya memang itu salah satu tugas seorang guru. Kalau nggak mau atau takut menilai, ya jangan jadi guru. Karena kalau asal menilai, maka complaint tidak hanya dari murid, bahkan bisa dari atas. Ada konsekuensi logis dunia-akhirat.
Tapi tidak apa-apa, keunggulan manusia dibanding barang mati adalah kemampuan untuk berubah. Saya melihat tulisan anda sudah ke arah situ. Teruskan kritis, tetapi setiap kritis yang ada mohon dibaca ulang. Anda lihat, yang saya ulas hanya tulisan anda. Iya khan, bahwa ternyata bisa dijawab dari sisi lain yang mungkin berkesan kritis, bukannya pujian.
Semoga anda dapat menjadi lebih baik.
God Bless You.
SukaSuka
Setuju banget pak
SukaSuka
Amin..
GBU 2
SukaSuka
he he he kalo nggak setuju ama pemilik blogger
jadi bikin blog sendiri ajeh..
jadi entar perang blog…tapi nggak di satu website..
SukaSuka