jawaban UAS Baja 1 UPH 2008


Dibuat KHUSUS untuk mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang, INDONESIA 

Inilah masalahnya kalau penulis jadi dosen, ngakunya lagi juga engineer, maka jawaban soal ujian yang baru akan diperiksanya maka perlu dituliskan dulu. Adapun tulisan yang dimaksud adalah:

jawaban UAS BAJA 1 UPH 2008 (PDF 213 kb)

adalah untuk kalangan sendiri, tidak disebar luaskan.

Maksudnya bukan tidak boleh diintip atau di down-load, boleh-boleh aja jika berguna. Tapi masalahnya kualitasnya belum seperti kualitas publikasi saya yang lain. Maksudnya, dibuat dengan tergesa-gesa (ngejar dead-line ngumpulin nilai) dan belum diperiksa ulang 10X. Kalau publikasi saya yang resmi seperti buku-buku yang ada di sebelah kanan itu biasanya udah saya baca ulang minimum 20x. Jadi mantep. 😛

Kalau tulisanku yang di atas, ya baru dua jam lalu ngerjainnya. Eh, tapi nanti dulu, meskipun ngerjainnya tergesa-tergesa tapi format penulisannya bo, selalu standar Wiryanto Dewobroto.

Nggak percaya ? Down-load aja sendiri.

3 pemikiran pada “jawaban UAS Baja 1 UPH 2008

  1. samudaya

    Salam kenal p.Wir, sebelumnya perkenankan saya memperkenalkan diri dahulu. Saya Civil Engineer lulusan Univ Kr. Petra, Surabaya angkatan masuk ’99.

    terima kasih sudah sudi membagikan jawaban UAS Baja untuk pembahasan bersama. Ada beberapa hal yang mau saya tanyakan:
    1. Dulu waktu perkuliahan, saya diajari untuk menggunakan tegangan dasar sebagai acuan perencanaan (fy=160MPa), sedangkan bapak menggunakan tegangan leleh sebagai acuan perencanaan bapak. (fy=240MPa). Dasar teori/peraturan terbarunya diambil dari mana karena terus terang, struktur yang kita desain jadi jauh lebih irit 🙂
    2. Untuk perhitungan lambda, dari hasil perhitungan bapak untuk balok I beam 200.200.8.12 didapat = 1.317, sedangkan waktu saya coba hitung ulang hasilnya 1.708. Ada perbedaan sekitar 30% dari perhitungan bapak dengan PPBBI, penjelasannya bagaimana.

    Atas perhatiannya saya ucapkan banyak-banyak terima kasih

    Suka

  2. wir

    sdr Samudaya,
    Wah salut nih, sudah lulus masih mau ngulik soal ujian juga. Kadang-kadang saya kesel juga lho, itu ada juga mahasiswa baru ngulik kayak gini menjelang besok ujiannya. Wah kalau mode kayak mas Samudaya nih, saya yakin ujiannya pasti lulus. 😛

    Sekarang sudah 9 tahun setelah lulus, masih di bidang teknik sipil ya ?. Wah koq kuper kayak saya ? Tahunya hanya bidang teknik sipil, eh tapi sekarang mencoba hal-hal lain, seperti misalnya mbahas politik dll. Biar dibilang nggak kuper.

    Tapi omong-omong, membahas bidang teknik sipil kelihatannya yang tertarik sedikit ya. Itu buktinya dibanding ngomongin politik, yang komentar seabreg. Apakah itu bisa menjadi kesimpulan bahwa di Indonesia ahli politiknya banyak banget, ya gimana lagi, ada dana khusus sih dari pemerintah. Jadi kalau terjun secara praktis ke situ bisa dijamin lho mobilnya Alphard. Betul nggak. Kalau engineer mau Vios aja harus nabung dulu, sedangkan kalau dosen paling-paling Avanza ya. 🙂

    Intermezo ya. Ok, kembali ke pertanyaan inti.

    Tegangan dasar yang anda maksud bukan fy=160 MPa, itu adalah f ijin = fy / 1.5 = 240 /1.5 = 160 MPa.

    Jadi sangat berbeda sekali mas. Konsep yang anda pakai adalah cara lama yang kalau di Amerika adalah ASD (Allowable Stress Design). Sedangkan cara yang saya pakai adalah yang di Amerika dikenal dengan sebutan LRFD (Load Resistant Factor Design). Bedanya secara pokok dengan ASD atau di Indonesia dulu (jadul = jaman dulu) disebut PPBBI adalah pemakaian load faktor dan tidak. Yah, harap maklum, mas Samudaya belajarnya 9 tahun dulu sih. O ya, saya pakai acuan utama adalah AISC 1999 atau AISC 2005 (itu di soal khan ditulis) kalau yang indonesia SNI 2000 atau 2002 (wah lihat lagi, koq nggak apal).

    Jadi jelaslah kalau anda hitung ulang ada perbedaan 30% wah ya prosedurnya beda.

    Begitu mas, yah beginilah resikonya kerja di perguruan tinggi, swasta lagi. Jadi materinaya harus selalu di up-dated terus menerus. Juga dosennya harus belajar terus menerus. Padahal kalau belajar gitu harus kemana. Satu-satunya jalan hanya dari buku dan siap di uji kayak gini. 😛

    He, he, trims ya atas masukannya. Lama-lama kalau di evaluasi terus khan materinya jadi mantep. Siapa tahu nanti ada buku baja yang bisa jadi rujukan nasional, yah kayak buku SAP-nya itu lho. Doain ya.

    Suka

  3. wayan sutama

    salam kenal pak wir, saya dari bali salah satu pecinta tulisan pak wir, sudah puluhan tulisan pak wir saya baca dan ini sangat bermanfaat bagi saya mengingat saya tinggal di denpasar yang mana literatur teknik sipil adalah merupakan barang mewah. saya berharap pak wir terus berkarya untuk menjaga martabat bangsa ini karena tentu kita tidak mau disebut tukang copy.

    terimakasih,
    w. sutama

    Wir’s responds: terima kasih bapak Wayan, karena ada bapak-bapak seperti inilah yang menjadikan rasa lelah dan ngantuk dalam menulis jadi hilang. Semoga bapak juga diberkati kesehatan dan kesejahteraan agar masih dapat menikmati tulisan-tulisan saya.

    Salam sejahtera.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s