Suatu pertanyaan yang berkesan lugu, tetapi sebenarnya mendasar.
Salam kenal pak Wiryanto,
Saya Katarina mahasiswa jurusan Bahasa Jerman , Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Kalau boleh saya mengatakan : “Saya baru bener – bener merasa jadi Mahasiswa setelah bergelut dengan skripsi !”Saya mau menanyakan satu hal saja. Di kemudian hari, apakah ada pengaruh skripsi terhadap dunia kerja ?
Tidak begitu penting, tapi cukup membingungkan bagi saya “_”
Sebagai lektor kepala di Jurusan Teknik Sipil UPH, yang diberi kepercayaan membimbing skripsi secara mandiri, maka saya merasa bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan saudara Katarina di Medan.
Jawaban saya adalah jelas, “ada pengaruh antara pengalaman dalam pembuatan skripsi dengan pekerjaan nanti”. Saya adalah salah satu yang meyakininya, oleh karena itu untuk pendidikan di level mahasiswa maka saya tidak rela jika skripsi dihapus.
Tapi pak, apakah kasus yang saya bahas ini juga akan ketemu di pekerjaan nanti ?
Anda jangan melihat itu secara fisik dari luarnya, maksudnya bahwa “apa yang anda bahas dalam skripsi” itu akan anda temui di pekerjaan nanti. Kalau seperti cara berpikirnya maka jelas bahwa pernyataan di atas dapat dengan mudah untuk didebat. Kenapa, karena anda sudah membatasi topik atau bahasannya.
Untuk menjawab hal tersebut, maka kita perlu menyamakan definisi skripsi yang dibahas dan mempertanyakan mengapa skripsi itu diadakan. ok!
Skripsi yang dimaksud adalah suatu bentuk materi perkuliahan yang mewajibkan seorang mahasiswa untuk mengambil suatu topik permasalahan untuk dibahas dan diselesaikan dengan kaidah-kaidah ilmiah dibawah bimbingan seorang dosen (dengan kualifikasi tertentu) dan selanjutnya hasilnya dituliskan dalam bentuk karya tulis ilmiah sesuai dengan format yang disetujui jurusan. Evaluasinya berdasarkan presentasi dihadapan panitia sidang yang terdiri dari beberapa dosen, minimal tiga di UPH.
Setuju, itulah skripsi yang aku maksud di sini. Apakah ada yang berbentuk lain.
Tujuan skripsi disini menurut saya adalah bukan pada topik permasalahan yang dibahas, lalu dikaitkan dengan pekerjaannya nanti. Karena kalau begitu, maka jelaslah bahwa tidak semua topik yang dibahas akan dijumpai nanti di pekerjaan aktualnya. Tetapi yang sebenarnya penting di sini, adalah adanya interaksi antara mahasiswa dan dosen (dengan kualifikasi tertentu) dalam membahas topik yang dipilih. Di sini akan dilatih bagaimana mahasiswa belajar berargumentasi memilih, dan mempertahankan topiknya untuk meyakinkan dosen bahwa apa yang akan dia bahas adalah menarik dan memang patut dijadikan skripsi.
Strategi atau pengalaman seperti itu jelas diperlukan nanti di pekerjaan sebagai sarjana. Ingat kita bekerja pada level yang bukan tukang. Jika tukang atau pesuruh, maka komunikasinya bisa searah saja, yaitu mengikuti apa yang diperintah pimpinan. Kalau salah, maka yang salah adalah yang nyuruh. Seorang sarjana khan tidak seperti itu, karena minimal harus bisa mempertanggung-jawabkan apa yang dikerjakan, sehingga kalaupun ada perintah dari atasan harus diterjemahkan terlebih dahulu sesuai dengan pemikirannya juga. Jika ada yang tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan maka perlu berargumentasi dengan pimpinan, siapa tahu bahwa pikiran anda yang benar. Jika ide anda nanti bisa diterima pimpinan dan berhasil membantu mewujudkan rencana pimpinan, tentu akan senang sekali beliau. Bisa-bisa dipromosikan nanti.
Skripsi dijadikan materi di akhir perkuliahan dengan harapan, yang bersangkutan telah menyerap banyak ilmu dan pengetahuan sehingga ketika berinteraksi dengan dosen pada masa pembimbingan adalah seperti sarjana saja (hanya tentu saja belum bergelar).
Selanjutnya interaksi lesan tersebut diwujudkan dalam tulisan, dicheck lagi oleh dosen, sama nggak dengan ide lesan yang telah dibicarakan tersebut. Karena telah ada dialog sebelumnya, maka mestinya dosen udah tahu apa kira-kira yang ada dipikiran mahasiswa tersebut, sehingga ketika membaca tulisannya maka akan ketahuan apakah isi tulisan yang dibuat sudah sama dengan yang ada dipikiran. Ini khan merupakan strategi bagaimana seorang dosen menge-check kemampuan calon sarjana yang akan diluluskannya. Kalau dalam perkuliahan biasa, jelas nggak bisa ini dilakukan secara intensif seperti ini.
Strategi ini penting, kenapa ?
Ingat yang dikatakan Prof. Dr. Dedi Supriadi (alm.) :
- Sepandai-pandainya seseorang, sekaya-kayanya gagasan yang ada dalam pikirannya, tanpa ia mampu mengungkapkanya khususnya dalam bentuk karya tulis belumlah cukup dan belum terbukti kepandaiannya. Dari perkataannya saja, seseorang belum dapat dibuktikan reputasi keilmuannya, karena apa yang dikatakan seringkali berubah, tidak sistematis dan spontan
- Kemampuan seorang dalam menuangkan gagasan secara tertulis merupakan representasi dari kualitas inteletualitasnya, karena melalui tulisan atau karya tulis (dalam bentuk apapun) seseorang mewujudkan pikirannya.
- Dari tulisan memang akan kelihatan logika berpikir seorang. Apakah subyek, predikat dan objeknya jelas, atau kalimatnya kacau. Dengan menulis, seorang bisa berpikir eksak dan padat.
Jelas sekarang khan, bahwa dengan media mengerjakan tugas skripsi, maka mahasiswa dengan dibantu dosen pembimbing, mencoba mengeluarkan pikiran-pikirannya (dalam hal ini untuk membatasi masalah adalah membahas topik yang dipilih) dan dievaluasi oleh dosen-dosen penguji.
Karena tadi kata kuncinya interaksi, maka dosen-dosen yang terlibat dalam pembimbingan dan pengujian menjadi hal yang utama yang menentukan kualitas pengerjaan skripsi. Jika tidak, maka mereka tidak akan tahu jika skripsi yang dibuat sekedar dipesan dari orang lain (joki).
Jadi jika dalam pembuatan skripsi si mahasiswa dapat menyakinkan dosen-dosen yang berkualifikasi tersebut, maka tentunya dipekerjaan nantinya juga dapat dengan mudah meyakinkan atasannya bahwa dia mempunyai kemampuan sehingga perlu diperhitungkan. Artinya si mahasiswa mempunyai kepercayaan diri bahwa dia mempu berargumentasi secara ilmiah, untuk menyakinkan pendapatnya.
Jadi penting khan skripsi tersebut untuk pekerjaan nantinya.
He, he, he, itu tadi baru penjelasan secara umum dari fungsi skripsi, dan tidak secara khusus membahas topik yang dipilih untuk di bahas. Apalagi jika topik yang dipilih merupakan keahlian si pembimbing skripsi dan kebetulan sesuai dengan minatnya, dan bidang minatnya sesuai dengan yang sedang banyak dibutuhkan dalam pekerjaan. Kalau bisa, itu namanya sambil menyelam minum air, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Misalnya di bidang teknik sipil, di tempat saya adalah topik tentang “prestress tentang jembatan beton dan strategi konstruksinya” di bawah bimbingan prof Har yang memang keahliannya gitu. Jadi nanti kalau sudah lulus nanti, dan kerja di kantor konsultan jembatan, tentu pengalamannya akan berguna. Yah, ini adalah nilai tambahnya, begitu.
O ya, ini ada beberapa tulisanku yang menyangkut tentang skripsi dan sejenisnya, ada baiknya lho dibaca sehingga dapat dibandingkan dengan pengalaman skripsimu:
- menulis Laporan KP (Oktober 6, 2007 · 5 Comments)
- skripsi, emangnya perlu ? (Agustus 26, 2007 · 16 Comments)
- tip-tip menulis SKRIPSI (Februari 24, 2007 · 173 Comments) **recommended**
- Mahasiswa UPH di Pentas Ilmiah Nasional (Agustus 26, 2006 · 3 Comments)
**Up-dated**

bersama prof Ir. M. Sahari Besari, MSc, Ph.D., saat menerima konsultasi disertasi di rumah beliau di Kanayakan, Dago, Bandung.
Beliau adalah salah satu profesor di bidang struktur paling senior, saat ini usia beliau adalah 76 tahun, masih aktif memberi seminar maupun mengajar untuk perkuliahan S3 di UNDIP Semarang. Bayangkan pada usia seperti itu masih bolak-balik Bandung-Jakarta-Semarang (pesawatnya dari Cengkareng sih).
Selain menjadi promotor saya saat ini, maka yang pernah tercatat sebagai bimbingan beliau antara lain adalah Prof Wiratman Wangsadinata, Prof Azis (ITB), rektor UNPAR Dr. Ir. Cecilia G.S, dekan FTSP Unika Soegiyapranata Dr.Ir. Retno, dan masih banyak tentunya.
Meskipun topik yang saya diskusikan dengan beliau di atas belum tentu dapat dengan mudah dimengerti orang lain, tetapi jelas bahwa interaksi yang terjadi selama ini telah menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih besar untuk bekal berkiprah lebih dalam di bidang rekayasa struktur.
Melihat trend kesuksesan bimbingan-bimbingan beliau, maka saya berharap sukses yang sama juga menyertaiku. Semoga Tuhan berkenan. Amin.







Tinggalkan Balasan ke dien Batalkan balasan