Bulan September ini adalah bulan Ramadhan, dimana pada bulan ini umat muslim diseluruh dunia melakukan puasa sebagai bentuk pertobatan agar dosa-dosanya dapat diampuni. Oleh karena itu bulan Ramadhan dianggap juga sebagai bulan suci, bulan dimana umat muslim berusaha dengan kuat untuk tidak jatuh dalam perbuatan dosa. Tentang hal tersebut, anakku yang nasranipun tahu, jadi ketika siang hari makan/minum di dalam mobil maka diusahakan untuk tidak menarik perhatian. Itu dilakukan sebagai bentuk pemahamannya untuk menghormati rekan-rekannya yang muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Dalam suasana seperti itu, maka sangatlah kaget jika kemarin ini di kota Islamabad, Pakistan, yang dikenal sebagai negara dengan mayoritas berpenduduk muslim, terjadi bom yang sangat dahyat . Terjadinya di hotel yang namanya sama, yang di bom tempo hari di Jakarta, yaitu hotel Marriot. Perhatikan foto berikut yang kuambil dari harian Kompas, Sabtu 20 September 2008.
Jika anak kecil saja bisa memahami arti bulan Ramadhan, meskipun dianya tidak merayakan, maka jelas terjadinya bom tersebut di atas adalah suatu bentuk penghinaan yang sangat keras bagi umat muslim di bulan Ramadhan ini. Sampai saat tulisan ini ditulis, memang belum ada pernyataan yang jelas tentang siapa yang berbuat keji seperti itu. Pasti itu manusia yang berjiwa binatang !
wah pak, itu menghina lho !
O benar juga ya, kasihan binatang ya. Saya kira, binatangpun nggak akan berbuat seperti itu. Jadi itu pasti IBLIS ! Benar ya ?
menurut pak Wir, bagaimana itu ?.
Menurut saya, itulah fakta, yang menunjukkan bahwa di abad sekarang ini telah diakui bahwa kemajuan ilmu pengetahuan sangat pesat, tetapi ternyata itu semua tidak ditujukan bagi kesejahteraan umat manusia. Adanya bom Itu menunjukkan bahwa rasa DENGKI manusia lebih besar dari rasa SYUKUR. Pasti yang melakukannya ada rasa tidak puas dengan apa yang dialaminya selama ini.
Lebih gawat lagi, jika ternyata nantinya dapat dibuktikan bahwa yang melakukannya adalah orang yang memakai kedok agama. Kenapa saya sebut gawat, karena apa yang nampak suci di luar ternyata di dalamnya telah bercokol iblis.
Lho koq bisa bergitu pak ?
Lho khan jelas, iblis itu khan terkenal akan kecerdasannya, kehebatannya, pokoknya segalanya kecuali KASIH. Benar nggak. Bayangkan, menurut info di harian Kompas tersebut, hotel tersebut dianggap sebagai hotel dengan penjagaan yang paling ketat di Islamabad. Tetapi ternyata, bom berhasil meledak dan sangat hebat kerusakan yang ditimbulkannya. Itu khan berarti juga hebat perencana dan pelaku peledakan tersebut.
Wah pak Wir, itu khan engineer, koq membahas hal-hal di luar bidangnya sih ?
Apa kamu bilang, di luar bidang ? Maksudnya bagaimana. Apa itu di luar bidang saya. Jadi sebaiknya yang membahas siapa, ahli keamanan begitu !
Dalam kasus ini, saya berbicara sebagai guru, yang selama ini dikenal mengajar ilmu pengetahuan. Dalam hal ini ilmu pengetahuan ibarat pisau, semakin tajam maka semakin baik. Tetapi jika salah menggunakannya maka akibatnya semakin beresiko. Siapa yang menggunakannya ? Manusia itu sendiri. Jadi jika mau jadi guru maka tidak boleh hanya sekedar tersekat pada pengajaran ilmu saja, tetapi juga memberi didikan kepada manusianya, khususnya bagaimana mendapatkan hikmat, yaitu pengetahuan akan kebenaran.
Meskipun nampak dari luar, pemahaman masyarakat akan agama kelihatan semakin banyak , tetapi ternyata kehidupan yang ada tidak semakin sejahtera. Jelas, saat ini hampir tidak ada yang mengaku tidak beragama, tetapi ternyata kejahatan tidak semakin turun, ada-ada saja berita kejahatan. Bahkan terlihat adanya kelompok-kelompok yang ingin meluaskan pengaruhnya dengan kedok agama. Kalau kejahatan tentang korupsi maka jika ketangkap, dianggap itu sebagai nasib sial saja. Tidak ada perasaan bahwa itu sebenarnya juga dosa. Saya kuatir perencana dan pelaku bom di Islamabad tersebut juga tidak mempunyai perasaan bahwa apa yang dilakukannya itu juga dosa.
Fenomena bom di atas, memerlukan respons yang berbeda dari setiap keahlian, kalau guru maka diarahkan ke manusianya, menjadi manusia yang berakhlak, berbudi luhur, memahami yang baik dan buruk. Dari sisi hukum, menghukum pelaku dengan hukuman yang setimpal. Tentang hal ini, saya jadi ingat itu pelaku bom bali, kelihatanya sudah terbukti bahwa yang ditahan itu memang benar itu pelakunya. Jika itu benar, mengapa ya para pengacaranya masih ngotot menunda hukuman. Maksudnya apa ya. Terus terang saya bingung tentang hal itu. Selanjutnya dari sisi engineer, maka kelihatannya dikemudian hari teori bangunan tahan bom perlu dikembangan lebih lanjut lho. Jaman nanti, merencana bangunan tahan gempa saja tidak cukup. 🙂
Terus terang saya ikut prihatin dan turut berduka cita atas kejadian bom di Islamabad tersebut. Semoga yang menjadi korban meninggal diampuni dosa-dosanya, dan keluarga yang ditinggalkannya diberi ketabahan dan kekuatan.
Berita terkait :
- Pelaku Bom Pakistan Diduga Al-Qaeda
Rachmadin Ismail – detikNews (Senin, 22/09/2008) - Rangkaian Teror Bom di Hotel JW Marriot
Chairina Fatia – detikNews (Minggu, 21/09/2008)
Umat muslim percaya bahwa berbuat kebaikan di bulan ramadhan akan diganjar pahala berlipat ganda, dan juga sebaliknya berbuat kejahatan juga diganjar berlipat ganda. Maka jangan heran jika serangan bom marak di bulan ramadhan. Siapa sih yang tidak mau tiket ke sorga.
SukaSuka
Komentar daud agak membingungkan. Jadi serangan bom di bulan ramadhan adalah tiket ke surga? Kalau benar demikian maksudnya, sungguh aneh sekali yang mempunyai kepecayaan demikian.
SukaSuka
itulah islam. jadi bahan yang bagus buat berita oleh orang di luar islam.
oia, tentang kalimat ini:
kalo belum baca quran dan memahaminya mending ndak usah ngomong ngawur. lakum dinukum waliyadin. agamaku agamaku, agamamu agamamu!
tapi kalo njenengan ngotot membahas daleman rumah orang, ya saya sebagai yang punya rumah anggap ini godaan di bulan romadhon. saya maklum kok.. 😉
SukaSuka
selama antek-antek usa masih menduduki & merampok afgan (bukan penyanyi) & iraq, saya kira masih akan ada lagi bom-bom marriot berikutnya…
semoga presiden usa terpilih nanti mempunyai kebijakan luar negri yang lebih baik dibanding si tua bush, dengan menarik anak-anak muda amerika yang menjadi tumbal keserakahan gerombolan bush kembali ke tanah amerika, dan menghentikan perampokan atas minyak-minyak di daerah tersebut.
rip for the victims in islamabad
SukaSuka
Contoh lain aja,
itu ada cleric di Arab sono yang meng-halal-kan pembunuhan kepala station TV yg katanya menyiarkan gambar dan budaya tidak senonoh.
Lagi Ramadhan malah tambah demen kasih instruksi bunuh orang…… cem mana pula ini.
SukaSuka
Padahal di Pakistan ini, umat muslim sudah sangat berkuasa, dan umat non-muslim sangat teraniaya. Tapi tetap saja kebrutalan terjadi di sana.
Ini memang sesuai dengan karakteristik umat muslim yang cenderung suka menilai sesat orang-orang yang tidak sependapat dengan golongannya. Orang sunni menilai syiah sebagai sesat, dan sebaliknya. Yang FPI menilai JIL sesat, dan sebaliknya. Laskar Jihad menilai Wahabi sebagai kurang murni Islamnya. Abubakar Ba’asyir menilai MMI sebagai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
SukaSuka
Reaksi umat Islam yang merasa malu ada tiga:
1. Marah dan menyerang
2. Penyangkalan (denial), dengan cara pengkambinghitaman (scapegoating) dan teori konspirasi
3. Defensif, dengan menonjolkan ajaran “agamaku agamaku, agamamu agamamu!”
Reaksi nomor 3 kita lihat dalam komentar det (deteksi.info), dan reaksi nomor 2 kita lihat dalam komentar the hermawanov (titoreds).
SukaSuka
@daud – umat muslim sudah sangat berkuasa
.
Ralat, mustinya : umat yang mengaku muslim sudah sangat berkuasa
.
Di Pakistan, Bangladesh, dan India (juga Iran), banyak terjadi pencampuradukan antara budaya dengan agama. Yang budaya diakui sebagai agama. Lalu agamanya yang disalahkan.
.
Contoh: honor killing (wanita dipaksa menikah dengan calon suami pilihan orang tua, wanita tersebut menolak, maka akan dibunuh)
.
Lalu pemilihan suami berdasarkan besar mahar yang bisa dibayarkan.
.
Dst.
.
Itu semua kebudayaan mereka, dan bisa dicek bahwa tidak ada sama sekali yang demikian di dalam Islam.
Namun, Islam yang dituding oleh berbagai orang bodoh atau pemfitnah.
.
Apakah Daud mau mulai meramaikan lagi hate speech di blog ini ?
SukaSuka
@daud: sayang sekali anda berteriak dari balik kegelapan. menurut pemilik blog ini kita harus tahu dengan siapa sedang berbicara. rugi kalo sudah ngomong panjang lebar ternyata ndak selevel. silakan cek posting dulu-dulu. tapi anda tidak mencantumkan link sama sekali. hahahaha…
anda tahu tidak mas/mbak daud, saya mengatakan lakum dinukum waliyadin itu ke siapa? ke pemilik blog ini yang secara serampangan menulis apa tujuan muslim berpuasa. maka saya sarankan kalo tidak tahu ya jangan ngomong daripada ngawur. tapi dari komentar anda itu seolah saya defensif terhadap kejadian bom itu. masalah bom dibuat oleh siapa dan ditujukan untuk siapa, saya ndak tahu kok mas/mbak. wong saya di indonesia saja. ndak lihat sendiri.
tapi ada benarnya kok. saya memang merasa malu kenapa islam ini hanya jadi komoditi berita. apa yang dilakukan umat islam, meskipun kesalahan kecil, akan diblow-up dan semakin membuat citra islam terpuruk. tapi mereka yang hobinya nulis berita negatif itu ndak pernah membahas isi rumahnya sendiri atau menulis berita kebiadaban bangsa penjajah itu. tanpa saya sebut semoga anda sudah faham.
bukan berarti islam selalu benar. tapi proporsi pemberitaannya sangat tidak berimbang. berita seorang muslim mengebom bali akan sangat heboh. tapi berita penyerangan suatu negara ke negara lain atas tudingan memiliki senjata pemusnah masal dan tak terbukti, akan dianggap biasa-biasa saja padahal dilihat dari jumlah korban sudah jelas lebih banyak. geli-geli deh..
oia, sebenarnya sejak dulu saya sudah menarik diri dari blog ini karena isinya menurut saya buruk sekali. seringkali ngawur dan tak berdasar, terutama masalah islam. silakan dicek sendiri.
entah apa tendensinya. semoga tidak untuk provokasi. dan saya yakin tidak. pemiliknya kan guru. dosen. budi pekertinya sudah barang tentu mulia.
ya sudah lah. sabar aja. bulan romadhon memang banyak godaan. anak kecil aja tahu 😉
salam damai sejahtera, kasih tuhan bersama anda!
SukaSuka
@det:
Jadi menurut Anda serangan-serangan teroris Islam seharusnya tidak diberitakan? Kekerasan ormas-ormas Islam terhadap non muslim maupun simbol-simbol non-Islam seharusnya tidak diberitakan ?
Kalau begitu keinginan Anda, saya sampaikan kabar gembira untuk Anda bahwa tidak lama lagi itu akan terwujud di Indonesia. Bukankah TV milik Hezbollah Al-Manar sudah siaran di Indonesia melalui Indosat ?
Dan tidak lama lagi Indonesia akan menjadi negara syariat Islam pertama di Asia Tenggara, di mana orang-orang seperti Anda akan puas bermasturbasi dengan berita-berita tentang Islam yang jaya, yang penuh kedamaian, yang selalu teraniaya oleh Setan Israel dan Big Satan.
“ya sudah lah. sabar aja. bulan romadhon memang banyak godaan.” Jadi setelah bulan romadhon Anda tidak perlu bersabar? Karena bobot ganjaran perbuatan baiknya kembali biasa? Karena bulan lainnya sudah tidak suci lagi?
SukaSuka
@sufehmi:
Bukankah dalam Islam budaya Arab tercampur di dalamnya? RUU Pornografi – penamaan yang licik, yang lebih tepat adalah RUU Arabisasi – adalah contoh jelas usaha dari kelompok Islam radikal untuk memaksakan budaya Arab menghancurkan budaya-budaya lokal.
Contoh yang bagus mengenai penghancuran budaya lokal oleh Islam (yang mengusung budaya Arab), yaitu di negara Persia. Indonesia sebentar lagi menyusul. Kalau agamanya memang tidak ngawur, maka umatnya tahu memilah atau paling tidak sadar akan perlunya membedakan budaya dari ajaran agamanya dan mengusahakan ke arah sana.
SukaSuka
weleh-weleh, semua mau menang sendiri,
Tapi percayalah Alloh yang paling maha kuasa,
janganlah sedih dan takut terhadap apapun penindasan yang telah anda alami. Dan sudah pasti Alloh tidak akan ridho, itu ujian dan tantangan buat kamu maka tabah dan tawakallah , semoga Alloh memberikan kemenangan untukmu.
SukaSuka
untuk semua yang comment dan yang baca, juga yang punya blog…
tolong, ga usah berantem disini, kalo emang mau debat lebih baik jangan di forum, bertemu langsung lebih afdhol… yang membaca blog ini pun jumlahnya ribuan, persepsi pun bisa bermacam2 kalo anda-anda semua sembarangan bicara, dan apapun agamanya pastinya berdosa kalo cuma sembarangan ngomong.
@daud
tolong jaga cara bicara komentar anda. saya maklum sekali kalau komentar anda bikin panas disini.
@pak wir
ini bahasan mau dibawa kemana pak?
disini anda sebagai moderator, apa mau diteruskan jadi forum debat. kalau anda sekedar berbela sungkawa dan berkomentar, tolong semua yang nulis2 dibawah, anda dibatasin.
saya pun juga sangat berbela sungkawa.
saya paham kalo yang namanya blog ya suka2 yang punya.
tapi yang membaca blog ini pun tidak hanya dari kepercayaan anda saja. saya harap anda mengerti.
@untuk semua
pengebomam di islamabad pun sangat kami (islam) kecam. saya pun mengutuk perbuatan tersebut. dan dalam islam pun tidak dibenarkan hal demikian (jika anda ingin membantah, lebih baik pelajari dulu islam).
karena itu jangan disangkut paut kan dengan ajaran islam.
kalau pelakunya memang mungkin saja muslim, atau mengaku muslim, atau agama lain. semua pun punya kemungkinan.
jangan memandang dari sudut pandang anda sendiri.
SukaSuka
ya bedalah Pak, budaya sana ama di sini, ga usah dikaitkan ama agama atau ramadhan atau bukan, coz mereka di sana emang budayanya keras, klo orang Indonesia (umumnya)damai2 aja tuh, kecuali yang udah terkontaminasi dengan budaya luar
wong yang di Irlandia atau di Kolombia ga kalah sadis juga
damailah negeriku!!!
🙂
SukaSuka
Hi daud, saya kurang setuju dengan RUU Pornografi disebut sebagai RUU Arabisasi. Saya sendiri tinggal di Dubai yang notabene ada di negara arab.
Tentang pornografi, di Dubai sendiri saya berpendapat jauh lebih moderat dari pada jakarta yang notabene ada di Negara Demokrasi. Saya ambil dari kebebasan orang ber bikini di pantai, dan ber tanktop atau ber kemben di mall.
Pemerintah disini, sangat mendukung perbedaan, bahkan mereka MENYEDIAKAN tempat ibadah untuk orang yang beragama lain (Hindu, Budha, Katolik, Kristen, dkk). Tempat2 yang disediakan pemerintah ini, termasuk sangat besar dan bisa menampung sampai ribuan orang. sekali lagi, semua DISEDIAKAN PEMERINTAH, tanah dan bangunan. Believe it or not, Natalan di Dubai terasa lebih meriah daripada Idul Fitri, mall2 benar2 dihias dengan ornament natal, dan yang merayakan natal bukan hanya umat kristen, orang muslim pun ikut merayakan, karena kita semua memandang ini sebagai perayaan, its something that should be celebrated.
Di negara seperti KSA – Kingdom of Saudi Arabia, pemerintah mempersilahkan pembangunan compound2 sebagai tempat private para pendatang, dimana mereka BEBAS melakukan apa saja, bahkan polisi tidak mempunyai hak apapun di dalam compound2 ini.
Di negara2 arab, pluralisme sangat dimengerti dan didukung , tidak seperti beberapa orang di Indonesia yang sangat penakut sehingga harus melakukan tindakan anarkis untuk memaksakan kehendak.
Kembali lagi ke topik, tentang bom di Islambad. Menurut saya ini bisa terjadi karena budaya negara Pakistan yang keras dan dilatar belakangi oleh mayoritas orang yang tidak berpendidikan. sekali lagi, ini menurut saya. Dilihat dari banyaknya orang Pakistan di Dubai, yang mayoritas hanya menjadi buruh, supir taxi, dan uneducated worker lainnya. Bukan berarti tidak ada orang yang pintar, ada, tapi hanya segelintir orang, contohnya, saya kenal satu sebut saja S, aircraft engineer lulusan UK, kerja di ETIHAD airways, kebangsaan Pakistan. Ada juga F yang adalah seorang Computer engineer kebangsaan Pakistan, lahir dan besar di Dubai. Ia sangat terbuka dan menghormati sesama. Tapi saya melihat perbedaan yang mencolok antara S dan F, dan orang2 Pakistan kebanyakan. Mereka mempunyai pikiran yang jauh lebih terbuka, menurut saya karena level pendidikan nya.
Orang Pakistan di Dubai sendiri “sering” mengisi berita di koran. dan dengan interaksi langsung, saya berani mengambil kesimpulan bahwa kebudayaan Pakistan adalah budaya yang keras. Ini adalah generalisasi saya, dan anda sepenuhnya berhak tidak setuju.
Apakah ini ada hubungannya dengan agama? saya sendiri tidak tahu, tapi fakta bahwa Islam adalah agama negara Pakistan , dan negara Pakistan sendiri lahir dari perselisihan agama dengan India, tidak bisa dipungkiri.
Saya berpendapat bahwa agama apapun yang dianut seseorang tidak bisa membenarkan orang tersebut menyakiti orang lain, termasuk tindakan anarkis apalagi sampai membunuh karena agama adalah hal yang sifatnya personal dan sangat subjektif.
Menurut saya, semua yang terjadi sekarang lebih karena ego manusia tersebut yang tidak terima jika kepercayaannya di remehkan dan dianggap kurang baik. Tapi pertanyaannya, apa salahnya jika orang menganggap apa yang kita percaya kurang baik? toh itu hak mereka mau percaya atau tidak.
Sekian pendapat saya, semoga bisa memberi pencerahan.
SukaSuka
@Richard
Membaca komentar-komentar “tertentu” di atas dan membandingkan dengan komentar yang kamu tulis, saya merasa seperti “panas setahun di hapus oleh hujan sehari“. Sejuk !
Bayangkan, aku memulai menulis dengan maksud mengutuk keras kejadian bom di Islamabad. Selanjutnya mungkin karena kebetulan mayoritas agama penduduk negara Pakistan adalah Islam , dan terjadi pada bulan Ramadan yang bagi umat Islam dianggap sebagai bulan istimewa. Bisa juga karena yang mengutuk tadi adalah non-muslim, maka ada-ada saja orang mengganggapnya sebagai issue pelecehan terhadap agama. Sempit sekali wawasannya. 😦
Tentang komentar-komentar “tertentu” di atas yang mengandung nada kebencian, jelas itu tidak perlu ditanggapi. Saya yakin bagi orang yang benar-benar paham, tentu akan malu sendiri membaca komentar-komentar tadi.
Trims ya Richard atas pencerahannya.
SukaSuka
Salam kenal pak,
Saya juga merasa begitu pak setelah membaca coment dari sdr Richard, saya juga heran kok blog ini jadi tempat debat yang gak perlu…??
Klo boleh usul ke pak wir supaya menyeleksi dulu coment yg masuk soalnya yang baca blog ini kan dari berbagai penjuru dunia he.he.he, jangan sampai blog ini jadi turun rating gara2 coment yg “tiiit”
SukaSuka
yah… anda sih baru komentar sekarang…
kenapa ga waktu bahasan sudah mulai ga enak aja dihentikan, kan disini anda moderatornya blog anda… kesannya anda meng”tidak masalah”kan coment-coment itu pak…
dan saya rasa tidak ada yang menganggap tulisan anda pelecehan agama, cuma yang menganggap bahwa anda belum terlalu mengerti islam,(mas det itu lho).
yang menjadi masalah, kan coment-coment “tertentu” itu, wajar kan kalo ada yang panas dan menganggap melecehkan, saya rasa ga cuma dari agama muslim aj kok yang bisa panas.
kalo menurut anda “mengandung nada kebencian”,
mbok ya di tanggepin ato di tegur aj pak, anda yang punya blog lebih berhak.
jangan terus dibiarkan ga enak kalo emang niatnya ga buat forum debat.
jadi mendingan damai-damai aja…
kalo mau diskusi, yuk deh…
SukaSuka
@Danan dan Fachrezakbar
Untuk bisa tahu hal yang baik, maka perlu juga mengetahui hal yang tidak baik (buruk). Bahkan kadang-kadang dijumpai juga sesuatu yang nampaknya baik, ternyata buruk. Itu lho orang yang ketipu. Tetapi juga bisa saja awalnya buruk, ternyata mengadung hikmat untuk mengetahui suatu kebaikan (itu lho komentarnya sdr Richard khan jadi muncul).
Intinya kita jangan mudah men-judge gitu lho.
Tentang mengapa saya tidak menanggapi komentar “det”, ya karena komentar-komentar sebelumnya (banyak tersebar di bagian lain dari blog ini) menunjukkan bahwa apa yang saya sampaikan hanya seperti debat kusir. Cari menang atau kalah. Sdr itu khan nggak senang jika ada posting yang menyerempet keyakinannya, khususnya karena saya tidak sekeyakinan dengannya. Apalagi jika postingan tersebut ada nada negatifnya. Maunya dia bahwa semua orang yang berlabel keyakinan sama dengan dia , maka pasti baik adanya. Paling benar gitu lho. Nggak peduli kata orang lain. Tentang hal tersebut, terus terang saya melihat beberapa yang dinyatakan oleh saudara Daud, ada benarnya. Kebenaran memang kadang-kadang menyakitkan. 😦
Jika anda memperhatikan komentar saya yang disalahkan oleh sdr det. Apa sih pentingnya. Saya khan sekedar menyampaikan pendapat yang merupakan pengetahuan umum bagi orang non-muslim tentang kebiasaan umat muslim di bulan ramadhan dan tujuannya. Kalaupun nggak persis kitab sucinya khan ya wajar. Jika niatnya baik, tentu si det itu akan bilang, pak itu salah, yang benar adalah bla-bla-bla gitu lho.
Untuk mencoba memahami alam demokrasi, juga dengan cara berpikir yang saya sampaikan pertama kali di atas, maka komentar-komentar di atas saya biarkan saja. Tetapi untuk menghindari debat kusir yang nggak perlu maka saya aplikasikan peribahasa “seperti bertepuk sebelah tangan”, agar tidak bunyi maka nggak perlu saya tanggapi. Gitu lho.
Kalau anda berdua perlu ditanggapi karena dirasakan kita bisa saling belajar. Kata orang bijak, tidak semua masalah bisa ditangani, jika merasa sia-sia, carilah orang lain. Tentang hal itu, kita akan ingat bahwa tidak setiap orang baik, pasti ditanggapi dengan baik pula oleh manusia lainnya, contohnya nabi-nabi Tuhan itu lho. Jadi saya juga yakin tidak setiap tulisan saya juga bisa diterima semua orang. Tetapi karena saya yakin bahwa setiap tulisan yang saya sampaikan adalah baik adanya, tidak ngawur, dan dapat dipertanggung-jawabkan, maka ya sudah, saya masih akan tetap mengisi blog ini sesuai dengan hati nurani saya. Tentang turunnya rating, nggak usah lah terlalu diperhatikan. Kalau hanya sekedar rating, mungkin saya akan menulis yang sensasional gitu, meskipun tidak mendidik.
Semoga mendapat pemahaman adanya. Salam sejahtera bagi anda berdua.
SukaSuka
pak wir, saya minta tolong donk, punya literatur yang membahas tentang sambungan kayu tradisional, misal pada rumah2 tradisional indonesia yg notabene tdk ada paku, ex: rmh toraja.
bls segera ya pak, untuk skripsi nih..
thx.
SukaSuka
Selamat malam Pak Wir. Komentar pada tulisan Bapak kli ini sangat seru. Saya setuju dengan Bapak. Apalagi kata2x bapak ini:
“teori bangunan tahan bom perlu dikembangan lebih lanjut lho” (back to engineering again)
Seperti kasus runtuhnya menara WTC (walau bukan oleh bom, tetep aja gawat). Bayangin d, gedung bgitu tinggi, bisa jatuh hanya karena hantaman 1 pesawat. Berarti mreka mengerti ilmu teknik sipil dengan baik. Kira2x ada ide untuk memperkuat bangunan tinggi seperti ini? Apalagi Jakarta mau membangun tower tertinggi di dunia. Jangan sampe bernasib spt WTC.
Mengenai teknologi tahan bom. Pentagon itu bisa jadi contoh yang bagus. Bangunannya didesain menjadi 5 segitiga, yang berdiri sendiri. Waktu dihajar pesawat, hanya satu sisi saja yg runtuh. Itu kan cerdik dan efektif. Mungkin bisa diterapkan pada struktur lain. Jadi biar hancur sebagian aja, kan penghuninya bisa kabur ke bagian yg aman.
SukaSuka
saya rasa dengan adanya pengeboman itu sah-sah aja ini dunia demokrasi. dari segi keilmuanpun kita diuntungkan kita bisa mempelajari bangunan tahan Bom, dari segi bisnis dengan hancurnya bangunan ada lahan baru untuk mendapatkan duit dan dari dunia engineering dapat mengaplikasikan ilmunya.
klau atas nama demokrasi saya rasa orang yang mengebom itupun merasa berhak untuk melakukan hal itu karena ini adalah alam demokrasi.
klau pun orang yang mati waktu pengebomam anggap aja ajalnya udah datang dan waktunya dia mati. karena kematian itu datang tidak dijadwal…..
karena ini alam demokrasi saya rasa setiap orang berhak menyapaikan pendapatnya dengan caranya sendiri
SukaSuka
Lho, kan, Pak, kalo ada yang untung, pasti ada yang rugi. Itu hanya nyebutin fakta lho, Pak. Untuk pengeboman itu, misalnya, siapa yang paling diuntungkan dari peristiwa pengeboman itu? Media? Firma Engineering yang mau bikin terorist-proof structure? Yang jelas, untuk kaum Muslim, masalah ini nggak bisa dibilang good fortune, ya? Sekali lagi, dianggap barbar, nggak toleran, sadis. Wah. Kembali ke jaman jahiliyah.
Banyak hal yang sebenernya ARAB lalu dianggap MUSLIM. Misalnya, waktu saya umrah itu, sudah menutupi segala macam aurat saya, pakai mukena atasan kemana-mana. Lalu saya belanja ma ibu saya, masih aja pelayannya (yang cowo, dan pasti teriak-teriak bloody murder kalau saya nekad keluar tanpa kerudung) berusaha megang-megang tangan saya. Hih, saya sendiri tidak berjilbab, tapi saya memang membatasi kontak fisik dengan yang bukan muhrim. Jikalau aurat di Arab memang ditutup untuk melindungi pria dan wanita (dalam konteks sebenarnya), tapi harus diterapkan di Indonesia? Saya rasa pria Indonesia masih cukup sopan untuk tidak main colek-colek perempuan sembarangan. Dengan perkecualian kasus Dewi Persik, ya, saya tanya sama mas-mas disini, berapa dari kalian yang tangan-nya RAMAH (RAjin menjaMAH)? Hayo, ngaku?
@Richard.
Memang Dubai didesain sebagai international city, dimana norma-norma yang berlaku mengikuti standar internasional. Coba main ke Jeddah, saya rasa aturan menutup aurat itu masih berlaku. Buktinya, saya melihat TKW asal Filipina yang pakai jubah hitam, walaupun muka masih terbuka. Artinya, Dubai masih belum bisa menggambarkan keseluruhan adat Arab ini, seperti juga Bali tidak bisa menggambarkan keseluruhan Indonesia (tapi orang taunya, Bali lagi, Bali lagi).
Dan saya rasa, memang, yang Arab itu tidak selalu Muslim. Kenapa Islam diturunkan untuk umat Arab? Karena pada waktu itu, mereka hidup di jaman jahiliyah, paling barbar, sehingga Islam dikirim untuk meluruskan mereka.
Jikalau Islam memang agama yang tidak toleran, berapa kali dalam sejarah peperangan Nabi Muhammad ada genosida terhadap kaum Nasrani ataupun Yahudi. Tidak pernah kan? (Kalau Perang Salib, itu sudah lebih jauuuh, lagi, dari jaman Nabi).
Sudahlah, untuk Muslim yang disini, dinginkan hati. Mari kita kembali ke Al Quran dan Hadist, kembali ke sunnah.
@moderator
Kelihatannya ini salah satu lagi postingan saya yang saya masukkan dalam ranah kritik terhadap Muslim. Iya, bener juga. Kok sering, ya?
SukaSuka
Hi Zubeir,
:D. Memang di Saudi Arabia kewajiban wanita untuk pakai abaya tetap ada. bahkan kalo di luar Jeddah klo ga salah muka harus di tutup penuh, sisa lubang mata doang. Tapi untuk negara2 timur tengah lain, seperti Qatar, Bahrain, Oman, Kuwait, Yemen sepertinya semua mengarah ke “International City”.
Anyhow, setuju dengan postingannya… mari dinginkan hati… sudah semestinya orang yang beragama diikuti dengan moral yang baik pula. 🙂
SukaSuka
Wir: “anda membaca apa, atau belajar dengan siapa, koq sampai punya pemikiran seperti itu”
Menarik juga komentar anda terhadap tulisan Adin, kalau aku nilai ada ketidak setujuan anda dengan pemikiran Adin, sampai menyalahkan pola pikirnya.
Saya bukannya setuju atau tidak setuju dengan tulisan Adin, tapi bisa diliat dari cara mengungkapkan ide yang apa adanya dari lubuk hatinya, walaupun itu menentang alur dan itu sah sah aja.
Coba kalau kita berpikiran dari sisi lain “Apakah amerika dan sekutunya yang mengebom negara irak seenaknya tanpa pandang bulu dengan bukti yang gak ketemu” apakah bisa dikatakan “belajar darimana dan pikiran setan apa yang keluar dari otaknya???” Apakah Amerika pernah berpikiran negara Irak itu ada manusianya yang perlu hidup dengan layak kayak dinegaranya…….????
SukaSuka
@Antonius
Saya heran dengan cara anda membikin argumentasi, yaitu mengkaitkan dengan Amerika, persis cara det.
Apakah itu artinya, karena tidak setuju dengan cara Amerika, maka yang tidak setuju tersebut juga dibenarkan berbuat apa saja. Bahkan kematian masyarakat awam dapat dianggap bukan apa-apa. Apalagi kemudian dikaitkan juga dengan agama, misalnya dengan menghalalkan perbuatan tersebut.
Tentang Amerika jelas ! Saya juga tidak setuju dengan kebijaksanaannya tentang Irak, bahkan itu dapat dikategorikan sebagai kejahatan.
Tentang komentar sdr Adin saya bukannya tidak setuju, bahkan bisa kategorikan itu berbahaya, khususnya pernyataannya bahwa “karena sekarang alam demokrasi maka sembarang ngebom juga boleh saja“. Itu khan generalisir bahwa “demokrasi adalah boleh apa saja !“.
Kenapa saya sebut berbahaya, karena saya punya keyakinan bahwa “pikiran adalah awal dari suatu kenyataan”. Mula-mula adalah adanya dipikiran, atau benak seseorang, jika itu ada dan terus dimotivasi maka hanya waktu sajalah untuk menunggu kenyataannya. Untuk mencegahnya maka pikiran harus dilawan di tingkat pikiran juga.
Tentang kenapa dengan komentar saya ke Adin, karena saya merasa si Adin itu hanya korban yang mendapat pengetahuan yang tidak benar. Oleh karena itu saya tertarik dari mana atau siapa gurunya. Saya yakin, pemahaman seperti yang dipunyai oleh Adin pasti juga diamini oleh para pengebom bunuh diri yang pada mati konyol tersebut. Kasihan mereka menjadi korban brain-washing seseorang.
SukaSuka
Bung Wir, dunia ini penuh dengan kaitan-kaitan dan banyak alasan2 yang akan dibenarkan walaupun itu salah. Apakah anda tau alasan orang yang melakukan bunuh diri itu ? Bukan sekedar brain-washing, coba kamu baca bukunya Imam Samudra atau orang2 lain, apakah dia melakukan brain-wahing tidak semudah itu bung untuk dianalisa.
Anda berpikiran begini karena ada background pendidikan anda, semua bisa dilogikakan.
Apakah seseorang yang membunuh banyak orang di Amerika dan kemudian bunuh diri karena gurunya atau pendidikannya ???
Sumber informasi jaman seperti ini, apapun bisa dibolak-balik benar salahnya dan siapa pemegang dan pengendali informasi akan mengeluarkan info sesuai keinginan dan agendanya walaupun dia mengeluarkan gambar-gambar faktanya tapi tulisan2 nya perlu diwaspadai.
Saya bukannya mengaitkan dengan Amerika, cuma sekedar berpikir kalau kita disisi yang lain apakah kita bisa menerima logika atau pembenaran?.
SukaSuka
@Antonius
modusnya sama, anda mencoba mengalihkan pada persoalan lain, kali ini pembaca komentar disuruh membaca bukunya si pengebom bali. Intinya anda berharap bahwa setelah membaca buku tersebut, maka pembaca dapat membenarkan atau memaklumi tentang latar belakang mengapa dianya mengebom, bahwa itu sebenarnya bukan kejahatan, bahwa itu hanya bagian dari suatu perjuangan besar sehingga pada akhirnya tidak pantas dihukum mati. Betul bukan sdr. Antonius. Apakah dalam hal ini anda termasuk pendukung gagasan tersebut ?
Ok saya tidak mau dikaitkan kesana, pada prinsipnya saya juga mengutuk bom bali termasuk pelaku-pelakunya. Membuang-buang waktu saja membahasnya. Saya ingin kembali kepada kasus si Adin, tentang pernyataannya. Menrutu anda bagaimana ? Apa betul jika di alam kebebasan berpendapat (demokasi) lalu juga bebas mengebom.
Untuk yang mau mati bunuh diri, bagi saya tidak mempersoalkan, silahkan aja, apalagi jika mereka yakin langsung masuk sorga. Masalahnya adalah mereka mati dengan mengajak orang-orang lain yang tidak tahu apa-apa. Itu khan namanya tidak bunuh diri tetapi membunuh.
Di alam demokrasi, memaksakan kehendak saja bisa dianggap mengganggu kepentingan orang lain, apalagi membunuh orang lain meskipun sekaligus bunuh diri. Apalagi itu. Tanpa adanya motivasi yang kuat bahwa setelah mereka mati pasti mendapat “sesuatu yang didambakan” maka saya yakin mereka-mereka yang mati konyol tersebut pasti tidak mau. Orang lain yang memberi keyakinan bahwa motivasi mati pada waktu mengebom tersebut benar, itulah yang menurut saya yang paling berbahaya, meskipun dianya sendiri tangannya bersih, bahkan tidak pernah memegang bom.
SukaSuka
Wah semakin menarik keliatannya.
Kita coba berpikir berbagai sudut dan saya tidak mau mengajak untuk membenarkan pemikiran orang tapi mencoba mencari benang merah apa dibalik itu.
Anda memberi argumen tentang kekonyolan orang atas keyakinannya untuk bunuh diri dengan mengkorbankan orang lain dengan tujuan yang diinginkan.
Saya tidak mengajak diskusi ini kearah situ dan anda terjebak dengan emosi dan logika yang anda miliki.
Kita berdiskusi dimana argumen logika tidak bisa dipaksakan, tetapi suka dan tidak suka atau setuju dan tidak setuju akan mempengaruhi argumen kita.
Saya sendiri sebagai orang non-muslim, masih belajar banyak tentang pola pikir orang: kenapa, bagaimana, apa dan siapa dia akan berbuat. (maaf bukannya sombong) saya pernah ketemu Gus Dur, mengunjungi orang2 mau dihukum mati dll, cuma ingin mencari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan hikmah.
Karena pola2 pikir seperti Adin, bukan langsung kita salahkan tapi coba kita bedah dengan pikiran2 yang dewasa.
Mungkin anda akan berpikiran saya orang yang terlalu hati2, agamis atau gak berpendirian.
Itu sah2 saja dan saya tidak akan menyalahkan semua argumen anda, tetapi saya bisa mengetahui pola pikir anda dan sebaliknya anda juga tahu.
Karena saya memahami agamaku tentang “Cinta Kasih” ternyata belum banyak yang menyadarinya.
SukaSuka
@Daud..
Anda benci dengan Islam?
Berkomentar dengan pemikiran awal telah terinfeksi oleh kebencian akan sesuatu..
Hasilnya adalah buruk..
Ada kepuasan tersendiri saat merangkai kata-kata kebencian tanpa orang lain tahu siapa yang merangkai.. Bukankah begitu..
@semua
Agama adalah jalan, bukan tujuan..
Saya tentu berduka untuk korban, bukan karena agama mereka.. Alasan sederhana.. Saya berduka karena saya manusia..
Sama seperti mereka.. Sama seperti anda semua..
Ada yang merasa berbeda?
Ada yang merasa lebih pantas hidup dari yang lain?
SukaSuka
@Mumu
Saya sangat setuju dan mendukung komentar anda untuk @semua. Lama tidak mampir, ternyata anda semakin dewasa dan bertumbuh. Syukurlah, GBU.
@Antonius
yang non-muslim seperti saya juga. Meskipun kelihatannya anda mempunyai network luas, tetapi rasanya frekuensi berpikir kita belum sama. Ibarat, rambut sama-sama hitam, pikiran bisa macam-macam.
Diskusi kita dimulai dari komentar Adin tentang “pengeboman itu sah-sah saja”. Ketidak-cocokan anda dimulai ketika anda mempertanyakan keberatan saya tentang cara berpikir Adin tersebut. Alasannya agar sebaiknya saya mencari tahu cara berpikir dari sisi mereka.
Yah menarik sekali, sepintas terkesan bahwa anda mempunyai keluasan pikiran, tidak cepat emosi sehingga perlu juga melihat sisi lain, sehingga diharapkan dapat memaklumi. Jangan hanya satu sisi saja sehingga timbul pertentangan. Saya berharap kesan seperti itulah yang memungkinkan anda ketemu gus Dur. Jangan seperti tukang pijat tempo hari yang ketemu gus Dur hanya untuk menipu orang lain saja. Jadi “dapat ketemu gus Dur” itu bukan jaminan bahwa pemikirannya juga sama dengan beliau (gus Dur), yang mana pada satu sisi tertentu saya menghormatinya.
Bukankah begitu sdr. Antonius.
Ya boleh-boleh saja berpendapat seperti itu. Tetapi menurut saya, tidak semua hal bisa dikompromikan. Ada hal-hal yang bersifat PRINSIP sehingga harus kita pegang kuat-kuat dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Apa itu ?
Yaitu tentang konsep “menghormati martabat atau kehidupan manusia”. Baik diri sendiri atau orang lain (sesama). Karena pengeboman itu dapat dikaitkan dengan hilangnya kehidupan manusia maka jelas, tindakan menyetujui seperti yang disampaikan Adin adalah tidak benar.
Tentang konsep tersebut dalam tradisi Yahudi-Kristiani telah jelas karena dipahami bahwa manusia diciptakan menurut gambaran dan citra Allah sendiri. Dalam tradisi tersebut Allah digambarkan sebagai yang memperlakukan manusia, pria dan wanita, dengan penuh hormat. Oleh sebab itu maka setiap manusia harus pula menghormati sesamanya. Misteri dosa sama sekali tidak meredupkan atau memusnahkan gambaran Allah dalam diri manusia. Maka dari itu, manusia tetap mempunyai martabat apapun situasi dan kondisinya.
Karena konsep seperti itulah, maka saya dapat memaklumi bahkan kagum dengan sepak terjang gus Dur yang kadang-kadang kelihatan kontroversial, ketika membela kelompok-kelompok minoritas, yang kadang bahkan mendapat tentangan dari kelompok-kelompok mayoritas yang mengatas namakan agama.
Di tinjau dari segi cinta-kasih, seperti yang diungkap sdr Antonius, itu bahkan sudah jelas. Seperti Yesus yang meminta kita untuk melaksanakan kasih. Karena kasih Allah kepada manusia, maka manusia juga wajib mengasihi, yang dimulai dari kasih kepada diri sendiri, kepada sesama yang pada akhirnya kepada Tuhan, yaitu dengan memuliakan-Nya.
Jadi sayang sekali, meskipun networknya yang luas tetapi kalau tidak paham prinsip-prinsip diatas maka keberadaannya saya yakin tidak signifikan, antara ada dan tiada, tidak ada bedanya.
SukaSuka
Ya betul pak wir demokrasi harus dalam wadah hukum…kalau demokrasi berarti bebas berbuat apa saja mau jadi apa dunia ini.
SukaSuka
Memang benar apa yang anda katakan tentang martabat manusia serta kehidupan cinta kasih yang kita imani.
Jadi anda tetap tidak bisa menangkap apa yang aku utarakan, apakah saya mengatakan setuju dengan kata2 adin, coba anda periksa komentar saya dan anda maknai.? Dan memang wadah melalui blog ini terbatas untuk mengungkapkan segala hal makna dan aspek2 sosial serta kehidupan, dan memakan waktu untuk bisa menerangkan secara gamblang.
Point yang aku maksudkan pada intinya adalah: mencoba mencari referensi dari luar lingkungan kita, misal: kita mau mengetahui agama lain, coba gunakan sumber dari yang memiliki dan coba buang jauh informasi dari intern kita yang biasanya cenderung memihak dan biasanya kurang obyektif.
Dan hal ini terus saya coba lakukan, dari berbagai aspek sosial tidak terkungkung masalah agama aja.
Memang ada koridor yang harus disepakati bersama apalagi mengenai kehidupan sosial, contoh sederhana apakah makanan yang dihidangkan tuan rumah harus kita habiskan semua? dan kalau kita mengupas ini tidak akan sama tiap daerah karena terbentur sopan-santun serta adat.
Jadi sekali lagi, apa yang saya lakukan adalah pemaknaan sesuatu aspek di luar jangkauan yang kita bayangkan?
Ada pertanyaan sederhana kenapa Gus Dur membela minoritas diluar imannya? Kamu mencari dibuku-buku tidak bakalan ketemu, kecuali kamu bergumul dengan Dia dan membutuhkan kesabaran untuk tahu.
Dan juga saya tidak mengatakan saya berpikiran luas atau tahu segala aspek, tapi saya masih belajar dan mau tahu yang ingin aku ketahui.
SukaSuka
@Antonius,
Syukurlah, ada beberapa kesamaan yang bersifat universal yang kita miliki. Tentunya ini dapat menjadi dasar pijakan untuk membuat diskusi yang sehat.
Jadi kalau begitu, anda tidak sependapat dengan Adin ?
Lho kalau begitu sama dong. Selesai ! Nggak ada yang perlu diperdebatkan lagi.
Tetapi kenapa ya koq sampai terjadi mis-interprestasi. Apakah mungkin bahasa yang anda gunakan terlalu tinggi, yang bahkan sayapun sampai salah dalam menginterprestasikan sehingga berbeda dengan maksud sebenarnya yang akan disampaikan. 🙂
Kenapa harus pusing-pusing mencari tahu. Bahkan jika ternyata terbukti bahwa yang bersangkutan melakukannya karena motivasinya berbeda dengan yang saya pikirkan maka jelas rasa respect saya pasti hilang. Terus terang saya bukan orang yang selalu loyal terhadap suatu figur, sehingga mengamini semua tindakannya. Tetapi saya selalu berusaha menginterprestasikan tindakan tersebut berdasar kaca mata positip yang saya tahu.
Jadi strategi yang anda gunakan dalam memaknai hidup ini kelihatannya agak berbeda. Anda mungkin setuju untuk mengikuti arus, yang penting tetap mengalir (tidak bentrok agar network dapat selalu terjamin). Sedangkan saya cenderung melihat arus tersebut mau kemana, jika kita bisa selaras maka ikuti aja aliran tersebut, tetapi kalau tidak, maka jika perlu arus tersebut diarahkan agar sesuai dengan visi misi universal kita, jika tidak bisa, ya terpaksa kita aja yang pindah. He, he, rumit ya.
SukaSuka
Okay Bung Wir
Terimakasih diskusinya dan sebagai info saya juga bukan mengidolakan figur, dan kita ambil kata2 Gus Dur yang populer “Gitu aja repot”
SukaSuka
Haris
Salam kenal dari sesama S3 (Pa Wir di UNPAR saya di ITB).
Opini akan menghasilkan perdebatan. Dari opini seseorang sedikit banyak akan tersirat bacaan yg dilahap, pengalaman hidup dan lingkungan dari mana dia berasal.
Saran saya perbanyak bacaan, perluas lingkungan pergaulan dan perkaya pengalaman.
Hindari stigma, kedepankan fakta serta tunda mengambil kesimpulan tentang orang, komunitas tertentu terlalu dini.
Kebetulan saya juga dosen jadi “sedikit menggurui”.
Niat susah untuk diukur, jadi komentar2 lintas agama Pak Wir ditanggapi saja sewajarnya.
Bravo untuk Richard!
Untuk Daud : ” Perlu anda ketahui, kekerasan yang menimbulkan korban yang begitu besar tidak pernah terjadi di negri-negri muslim. PD I dan II dengan korban puluhan jutaan terjadi di jantung Eropa dan Asia Timur!
Bahkan pembantain tebesar dinegri2 berpendududk muslim justru tidak terjadi di negri2 Timur Tengah melainkan di Indonesia, negri yang katanya aman dan damai (masih ingat pembantaian pasca krisis PKI th 65?) ”
Kekerasan selalu mengikuti peradaban manusia di bumi sampai saat ini!
PD I minta korban 20 juta di Eropa
PD II ambil korban puluhan juta di Eropa, Afrika Utara dan Asia Timur/Tenggara.
Perang Vietnam ambil 3 juta nyawa
Tragedi Kamboja membuat 2 juta nyawa melayang.
Dengan fakta di atas, Daud ingin komentar apa?
SukaSuka
Bom2 seperti ini menurut saya sebagai umat Islam yang melakukan pasti!! kena Azab dan jadikan kerak penghuni NERAKA!!Allahu Akbar!
SukaSuka
Sepertinya ada sesuatu yang kurang/terluput…
Islam dan orang yg mengaku islam adalah sesuatu yg terpisah… begitu pula dengan ruanglingkup2 selainnya… konsep dan orang yg mengaku sebagai penganut konsep tersebut adalah sesuatu yg terpisah… ada sebuah tabiat pada diri manusia tuk selalu menggolong2kan, menggeneralisir, mengambil kesimpulan…
sebuah permisalan : ketika seseorang bertemu si A berpakaian hijau di pasar sedang tertangkap krn mencuri/copet, apakah sertamerta ketika kita bertemu si B ato si C ato selainya yang juga berpakaian hijau berarti ia adalah pencuri/pencopet?…
sering kita mendengar tawuran antar kampung/ desa/ RT, hanya karena seorang pemuda yang mabuk menganiaya seseorang dari RT/ desa/ kampung lainnya… terkadang juga hanya karena masalah cinta monyet anak muda… gara2 tingkah satu orang yang error lalu disimpulkan bahwa seluruh orang di kampung/desa tersebut adalah sejenis, maka terjadilah tawuran…
ketika ada seseorang mengaku berpegang dengan sebuah konsep A, tetapi karena dirinya adalah mungkin bisa jadi : hanya sekedar sebagai orang yang mengaku saja padahal ia pada dasarnya ndak paham dengan konsep tsb., ato dia salah/belum mampu/tidak mampu memahami konsep tsb. shg di benaknya muncul sebuah pemahaman yang sebenarnya berbeda dgn konsep asli yg coba ia pahami, ketika terjadi hal seperti ini apakah serta merta menjadikan bahwa individu selainnya yg mungkin pemahamannya lebih baik/bahkan bersesuaian dgn konsep tsb menjadi “sama statusnya” hanya karena terlihat secara kasatmata sama2 sebagai pemegang konsep tsb. ?
apakah ketika kita mengetahui seseorang yang salah memahami sebuah konsep shg berbuat hal negatif terus serta merta kita ambil kesimpulan bahwa konsepnya yang salah?(dengan tanpa coba meneliti bahwa ini yg salah si pengaku konsep saja ato konsepnya saja ato kedua-duanya?)
seandainya kita memperhatikan si Z yg mencoba memahami sebuah konsep lalu salah/meleset shg berbuat negatif dan kita tahu bahwa konsep tsb memang menyalahkan perbuatan negatifnya itu dan tidak mengajarkannya dan berlepas diri dari perbuatannya, apakah serta merta kita berpendapat bahwa konsep yg coba dipahami si H ini adalah negatif, dan individu selainnya yg berpegang dengan konsep yg di pegangi si H ini juga negatif? tanpa perlu klarifikasi secara obyektif ilmiah tentang konsep tsb… lalu ketika seseorang menjustifikasi si H adalah negatif dan konsepnya juga negatif tanpa obyektifitas yang ilmiah lalu berpendapat bahwa jika saya salah ya lumrah, krn memang saya orang di luar konsep tersebut, dan belum/tidak mempelajari konsep tsb. jadi kalo salah ya wajar2 saja ( menuntut sebuah pemakluman?)…
konsep yg saya maksud luas, tidak terpaku pada islam saja, bukan masalah bom saja, tapi juga konsep2 yang lain termasuk ilmu pengetahuan/pemahaman2 yang lain…
bukankah logika demikian bisa di pahami? dan semoga demikian adanya…
berdebat dan diskusi adalah sesuatu yg berbeda… debat lebih subyektif/egoistis… sehingga banyak muncul hal2 negatif… tetapi diskusi adalah mencari sebuah kebenaran/sesuatu yg positif, jika kita salah dibenarkan orang lain kita terima, ndak perlu malu/kesal/gengsi , begitu pula sebaliknya… karena memang tujuannya mencari sebuah “kebenaran/kepositifan”…
semoga bisa diterima, dan blog ini kelihatannya memang penulisnya dan pembacanya adalah individu2 yang berkecimpung dalam dunia ilmu yang menuntut adanya keobjektifan/keilmiahan… bukan subjektifitas semata… dan semoga emang demikian..
makasih…
SukaSuka