Terus terang judul di atas saya comot langsung dari berita detik.com . Kelihatannya ini berita menarik, karena sudah ada yang langsung memberi reaksi. Tersinggung gitu ! Ya gimana lagi, yang memberi pendapat seperti judul di atas ternyata tidak sembarangan, yaitu bapak Prof Syafi’i Ma’arif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah. Jadi pastilah akan terjadi silang pendapat di masyarakat, mengamini atau tidak.
Pendapat prof Syafi’i seperti itu saya kira cukup berani, dan saya yakin pendapat seperti itu pasti tidak akan berani disuarakan oleh orang-orang yang masih ingin dilibatkan di pemerintahan sekarang ini. Meskipun dalam hal ini JK adalah bagian dari pemerintahan itu sendiri. Bagi orang-orang seperti itu, paling aman adalah diam. Nggak ada untungnya khan π
Memang kritik di budaya kita masih sukar untuk diterima, apalagi jika yang bersangkutan (yang diberi kritik) orangnya adalah santun, selalu mencoba menghindari terjadinya konflik, selalu kompromi dan sebagainya. Tentu lain, jika yang bersangkutan ekstrovet, selalu ingin menonjol diri, suka berbuat sensional, maka masyarakat kita paling suka untuk melemparkan kritik atau bahkan menghujat sekalian. Meskipun demikian, pada dasarnya kritik akan menyadarkan kita akan sesuatu, dan bila disikapi dengan baik maka akan menghasilkan suatu pertumbuhan.
Jadi tergantung cara kita mensikapi. Menurut saya, pendapat prof Syafi’i perlu disikapi dengan dewasa, siapa tahu ada kebenaran di dalamnya. Toh saya yakin, tidak ada usaha beliau untuk mengail di air keruh atas sikap yang beliau berikan. Bahkan saya cenderung bertanya-tanya akan sikap kader PD yang langsung pasang badan terhadap adanya kritik dari prof Syafi’i tersebut.
Terus terang bagaimanapun saya setuju dengan pendapat prof Syafi”i ketika ditanya oleh wartawan sbb:
Bagaimanakah kriteria pemimpin ideal Indonesia?
“Tidak mengutamakan kepentingan pribadi dan berani mengambil tindakan, meski tidak populer.” tegas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafi’i Ma’arif.
Ternyata benar, pendapat di atas masih saja berlanjut, lihat :
- Lili Romli: JK Kerja Keras, SBY Lebih pada Pencitraan – detikNews, Kamis, 27/11/2008
- Golkar: Tak Ada yang Dominan, SBY-JK Saling Melengkapi – detikNews, Kamis, 27/11/2008
- Andi Arief: Suasana Batin Syafi’i Ma’arif Mungkin Masih Masa Lalu – detikNews, Kamis, 27/11/2008
Menurut saya pemimpin itu tidak pernah menunjukkan tangan sebagai pemimpin tetapi lingkungan dan masyarakat sekitarnya tahu dan merasa dialah pemimpin dan memberi kedamaian bagi lingkungan dan masyarakatnya.
SukaSuka
terlepas dari masalah faham yg dianut, saya memimpikan sosok pemimpin seperti presiden iran ahmadinejad bisa lahir memimpin Bangsa Indonesia yang kondisinya seperti sekarang ini
SukaSuka
pa kabar pak?
lama tak berkunjung nih.
dari sisi keberanian memperjuangkan apa yg diyakini, kelugasan dan kebersihan (dari korupsi) : JK perlu diacungi jempol.
tp pola pikirnya yg selalu mindset pengusaha..menyebabkan beliau tak pantas memimpin negeri ini. wakil presiden sudah pas π
SukaSuka
hehehe..ada yg ngebet jadi Wapres tuh, pak!
SukaSuka
Siapa pun yang memimpin negeri ini, saya ingin mereka mempunyai mimpi yang besar. Biar para pemimpin dan rakyatnya sadar negara ini negara besar. Cara memimpin negara besar harusnya tidak sama dengan menjadi pemimpin negara kecil. kalo jadi pemimpin mimpinya kecil dan merasa memimpin negara kecil..ya sudah.. kita potong-potong aja negaranya (atau pecah-pecah?) … pasti makmur.
Jadi Pak Wir sepertinya masih banyak banget itu PR mereka yang mau nyapres selain cuman pasang iklan. Atau niatnya memang cuman sampe pasang iklan aja…. π
SukaSuka
Salam kenal pak…
bener tuh klo banyak yang nyalon perbanyak aja negara ini,, kan gede tuh..
SukaSuka
kalau sudah menilai, yang buruk saja atau yang baik saja yang dibahas, bagaimanapun pasti miring.
SukaSuka
Gemana Ya nasib rakyat indonesia. Lha wong naek pesawat aja mur n baut sayapnya ilang satu per satu. N pesawat itu malah dapet penghargaan terbaik taun ini. hihihi… seyeeem… berita lengkapnya
KLIK DISINI
SukaSuka
klo menurut saya, JK harus berpikir-pikir untuk mencalonkan diri sebagai presiden, selain popularitasnya masih kalah dibandingkan misalnya dengan pak presiden, juga terkait dengan alasan apakah sistem demokrasi bangsa ini telah sampai pada taraf seperti bangsa lain contoh Amerika yang bisa “menerima” seorang Barack Obama sebagai presiden, padahal beliau seorang minoritas.
SukaSuka