khan kugapai langit (jadi PROFESOR)


Yah judulnya melankolis betul, interprestasinya macam-macam, apalagi suasana sekarang ini yaitu suasana kampanye. Kira-kira apa hayo yang akan aku tulis ?

Tentu setiap orang punya “langit” sendiri-sendiri. Sangat pribadi, bagi seorang caleg, maka langit yang dimaksud adalah “menjadi anggota dewan”. Bagi seorang mahasiswa tentunya lulus kuliah dan meraih gelar, bagi seorang pegawai tentulah langit yang dimaksud adalah adalah dapat menjadi pemimpin seperti bos-nya saat ini.

Jadi langit yang dimaksud sangat variatif dan subyektif, bagi orang-orang tertentu mungkin juga dapat heran, lho koq kaya begitu saja disebut langit, tetapi ada juga yang heran dengan sikap orang lain, bahwa dia sudah di “langit”, mau kemana lagi. Bisa-bisa terjadi simpang siur. Tetapi memang itulah hidup, penuh dengan dinamika, bahkan bisa-bisa menemui juga langit itu ternyata berlapis-lapis, bisanya hanya dilihat. Maksudnya, jika kita di daratan lalu melihat ke atas, dibayangkan langit itu adalah dimana pesawat udara melintas, sedangkan bagi yang sedang naik pesawat yang melintas pada daerah yang orang bawah melihatnya sebagai langit ternyata dianggapnya tidak ada, langit masih di atasnya lagi. Jadi benar juga sesuai pepatah, di atas langit, masih ada langit lagi.

Kalau pak Wir masih punya langit nggak ?

Koq begitu, ya pasti punya dong. Kira-kira langitnya apa ya hayo ? Bulan November 2008 kemarin, menjadi dosen profesional sudah didapat, jadi itu pasti sudah bukan langit lagi (baca cerita orang naik pesawat di atas), kemudian di bulan Februari 2009 gelar tertinggi di bidang akademis juga telah diperoleh. Jadi apa ya sekarang ?

O ya ada, tetapi ini bagian dari keluarga, yaitu mendukung anak untuk ambil sekolah yang menjadi favorit, itu mungkin langit yang perlu diraih.

Koq keluarga sih pak Wir ?

Lho keluarga khan bagian dari hidup kita, ingat itu khan bagian CITA dan CINTA, atau sekarang namanya kehidupan KARIR dan KELUARGA. Anda sudah memikirkan belum ? Penting lho, sebagai gambaran saya sudah berpindah-pindah pekerjaan lebih dari tiga kali, sedangkan keluarga dari dulu yang itu-itu saja, artinya relatif lebih abadi. Cinta atau kasih memang sesuatu yang sifatnya abadi, bisa melalui masa setelah kematian pula. He, he ini sih religius sekali.

Kalau di CITA (karir) apa pak Wir masih punya langit lagi ?

Apa ya, paling-paling membikin buku lagi, kalau bisa buku yang best seller. Wah menarik itu.

Kalau bikin buku khan nggak perlu susah payah sekolah tinggi pak, lalu kalau begitu apa gunanya gelar yang diraih ?

O iya ya, untuk apa ya gelar yang kuraih. Yah kewajiban karena jadi staf pengajar, karena memang harus begitu, seperti keharusan orang muda untuk dewasa, menikah dan menjadi orang tua. Mengalir sajalah !

Jadi apa dong, mengalir khan pasti ke lembah, emangnya mengalir bisa menuju langit. Gimana pak tentang profesornya.

O ya, lupa, dosen tidak hanya sekolah aja ya, tetapi perlu mendapat pengakuan tentang kompetensinya dibidang ilmu pengetahuan, yaitu menjadi guru besar atau umum menyebutnya profesor. Wah menarik sekali, jika Tuhan berkenan maka tentunya mau juga untuk digapai. Jadi dalam hal ini menjadi profesor adalah salah satu langit yang perlu kugapai. Bisa nggak ya.

Kelihatannya, jika kita sudah mulai memikirkannya, mau kemungkinan itu pasti ada. Jadi apapun yang ingin diraih, mulailah dari memikirkannya. Karena mulai memikirkan hal tersebut maka jadinya aku memperhatikan artikel yang dibuat oleh Prof Harianto Hardjasaputra yang telah berbagi pengalaman beliau sebagai team reviewer di UI. Petunjuk beliau saya kira sangat penting bagi teman-teman lain yang ingin menggapai langit yang sama yaitu menjadi Profesor. Ini artikel-artikel yang ditulis beliau :

Saya rasanya belum pernah membaca bagaimana seorang Profesor berbagi pengetahuan tentang petunjuk menjadi profesor, jadi karena yang berbicara adalah pelakunya sendiri maka jelas informasi tersebut bernilai tinggi, dapat dipercaya, reliable tenan.

Jadi dengan demikian moga-moga benar-benar dapat khan kugapai langit.

See you next.

11 pemikiran pada “khan kugapai langit (jadi PROFESOR)

  1. kira-kira kebanyakkan profesor mendapatkan gelarnya berapa lama? Mungkin relatif, tapi mungkin juga bisa diketahui rata-rata nya. Kan bisa buat ancang-ancang perencanaan waktu atau “pagar-pagar” agar tercapai..

    Suka

  2. feri harianto

    Bila jadi profesor, ya profesor sungguhan, jangan jadi profesor kumpulin kum adminstrasi saja. Sekarang masalahnya profesor cuma profesor dagelan saja, tidak ada yang berbobot pada bidang ilmunya.

    Suka

  3. yohan

    kejar ilmu aplikatif
    ngapain ngejar profesor. yang di kejar harusnya ilmu yang aplikatif. saya pernah denger dr dosen S2. dia pernah menangani masalah brg profesor tapi malah prof. bgng karena yang selama ini ia pelajari lebih teori daripada di lapangan sedangakn dosen S2 lebih tahu dari dia.

    Suka

  4. gre

    kalo di negara2 barat, gelar prof itu tidak lagi karena berkompeten di bidang tapi dia mampu menyelenggarakan riset2nya. artinya dia mampu mencari funding buat riset themenya dan merekrut sekaligus menggaji PhD studentnya.

    ya mirip seperti sales yang berhasil menjual produknya. nah prof mampu menarik funding owner untuk invest di bidang risetnya.

    di Indonesia, saya rasa masih jauh seperti itu. gelar prof lebih ke arah gengsi2an. silahkan saja google scholar prof yang anda kenal, gak mustahil hasilnya nihil …

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s