tulisanku dipertanyakan !?!


Hati-hati dengan tulisan kita.

Kadang-kadang ada nasehat seperti di atas. Itu tentunya akan menyebabkan orang menjadi takut untuk menulis. Bagaimanapun juga  menulis memang dapat menghasilkan  dampak yang “lebih” dibanding suatu pernyataan lesan. Oleh karena itu, jika tulisannya sembarangan maka bisa-bisa suatu saat nanti akan menjadi sumber masalah bagi penulisnya.

Tentang hal itu, bukannya aku tidak tahu, tetapi tahu sekali. Bahkan pernah suatu saat tulisanku di blog ini dipermasalahkan orang ketika sedang mempersiapkan ujian akhir doktoralku tempo hari. Padahal sampai sekarangpun aku menyakini bahwa apa yang kutulis waktu itu menurutku biasa-biasa saja. Tetapi karena ada yang sentimen, dan orang tersebut cukup pandai dengan mengajukan argumentasi yang mengkaitkan dengan institusi sehingga menimbulkan kekuatiran akan kelangsungannya, maka akhirnya itu menjadi masalah besar yang mengganggu proses ujian akhirku tersebut.

Wah kalau begitu menyesal dong, menuliskan waktu itu ?

O tidak, aku tidak menyesal dengan kejadian tersebut. Walaupun dampaknya memang cukup besar, yaitu waktu studi mundur (jadi lama), juga duit yang terbuang lebih banyak, bahkan sampai butir-butir air mata istriku mengalir, tetapi aku merasa tidak ada yang kusesali dengan apa yang kutulis pada waktu itu. Saya kira itu terjadi karena tulisanku tersebut dapat dijadikan bukti yang mana dengan argumentasinya yang canggih dapat menunjukkan bahwa bisa juga materi tulis ini diinterprestasikan sedemikian sehingga akan dapat membahayakan kelangsungan institusi. Jadi kesimpulan yang diperoleh dari argumentasi orang tersebut adalah bahwa tulisanku tersebut “berbahaya”.

Gawat khan, padahal yang materi yang kutulis pada artikel “berbahaya” tersebut benar-benar tidak ada kaitannya dengan isi penelitian disertasi yang akan diujikan itu. Tapi herannya ketika itu dapat dipermasalahkan oleh orang yang berjabatan, maka jadilah itu kasus besar yang mempengaruhi proses ujianku tersebut. Kasus tersebut benar-benar tidak terduga sebelumnya, bahkan oleh nalar dan logikaku, yang pada umumnya sukses mendeteksi hal-hal yang mungkin menyebabkan gangguan. Maklum itu dilakukan oleh orang yang sebelumnya adalah yang seharusnya mem-backup-ku, yang ternyata dalam kenyataannya adalah seperti menikam dari belakang. Mungkin itulah yang disebut dengan faktor-X yang kadangkala bahkan bisa menyebabkan orang gagal. Jika waktu itu aku tidak bisa mengantisipasi dengan baik, maka bisa-bisa kasus seperti DAVID (di Singapore) akan terjadi padaku.

Bayangkan, sebagai seorang dosen, di negeri sendiri, yang mempunyai kenalan dosen juga, termasuk juga pejabat-pejabat yang terkait, tetapi ternyata itu semua tidak banyak membantu. Maklum statusnya aku pada saat itu adalah MURID. Jadi kalau ada kejadian seperti DAVID , di negeri seberang lagi, dan statusnya MURID, wah pantas teman-teman dari institusinya tidak ada yang dapat membantu. Aku dapat memahami kondisi tersebut, orang luar bisa-bisa saja ngasih komentar banyak-banyak, mengapa nggak ini, mengapa nggak gitu, karena pada kenyataannya adalah orang-orang pada “mengambil jarak”.

Kondisiku pada saat itu bisa aku sebutkan sebagai NELANGSA, yaitu mengalami perasaan kecewa berat, merasa diri tidak berarti dan merasa sendirian, gimana lagi nggak bisa ada yang membantu. Karena jika “dilawan”  maka resikonya adalah gagal ujian. Bayangkan itu, siapa yang mau mengorbankan waktu perjuangan yang hampir selesai hanya dengan kasus yang sifatnya non-akademik (bukan materi penelitian disertasi). Tetapi untunglah, masih ada keluarga yang mendukung, teman-teman kolega kerja dengan dukungan morilnya. Aku bersyukur dengan itu semua. Untuk itu aku ingin mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan moril yang diberikan. Semoga Tuhan memberi banyak berkat dan perlindungan.

Tapi khan bapak sudah lulus. Jadi masalah tersebut bisa terlewatkan khan. Bagaimana mengatasinya ?

Ya syukurlah masalahnya telah lewat, jadi seperti “cakra manggilingan”, roda kehidupan telah berputar kembali dan bahkan putarannya relatif cepat yaitu saat  aku menghadapi ujian terbuka doktoralku (ini reportasenya). Artikel ini aku sampaikan bukan sebagai keluhan, tetapi untuk dapat menunjukkan bahwa suatu tulisan dapat membawa ke kondisi buruk, tetapi dengan menulis pula maka kondisi tersebut akan dapat pulih kembali dengan cepat.

Tentang bagaimana cara mengatasinya, maka selain dengan menulis adalah dengan cara yang terlihat sangat biasa. Biasa seperti yang selalu dinasehatkan orang bila ada kejadian seperti itu, yaitu serahkan saja masalahmu sepenuhnya kepada Tuhan.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
[Matius 11:28]

Nasehat itu memang benar-benar manjur. Biasanya nasehat seperti itu dapat dengan mudah kita berikan untuk penghiburan kepada orang lain, tetapi jika dilaksanakan sendiri, maka saya yakin tidak setiap orang mampu melakukannya. Benar nggak.

Terus terang karena tidak ada pilihan lain, maka akhirnya cara itu aku pilih. Untuk itu aku meng-afirmasi seperti ini :

Aku dulu sewaktu lulus S1 tidak punya bayangan akan bersekolah lagi jadi doktor.  Jadi kalau aku bisa sekolah lagi maka itu tentu bukan dari diriku sendiri, pasti ada di luar diriku, dalam hal ini pasti dari yang di atas. Jadi dengan adanya masalah ini maka aku akan kembalikan lagi kepada yang di atas. Jika Ia memang berkenan maka pasti jadilah, jika tidak ya sudah memang itu jalanku.

Jadi dengan sikap seperti itu, yang terjadi dalam benakku adalah NOTHING TO LOSE. Nggak ada yang perlu aku takutkan lagi. Jika Tuhan berkenan maka tentu masalah tersebut akan dapat terselesaikan.

Akhirnya ya begitulah, ujianku Doktor aku tempuh dengan lancar, tidak ada rasa grogi sedikitpun. Jadi bagi yang waktu itu hadir disidangku tersebut dan melihatku cuek-cuek saja ketika menjawab semua pertanyaan yang diajukan, bahkan tanpa ada keringat dinginpun dipundakku, maka itu semua adalah karena masalah yang menyebabkan ketakutan telah aku serahkan semuanya kepada yang di atas. Wah benar-benar merinding kalau mengingat hal tersebut. Hal tersebut benar-benar pengalaman rohani yang akan aku ingat terus.

Setelah waktu telah berlalu, aku dapat merenungkan bahwa adanya masalah tersebut maka aku banyak belajar banyak tentang apa yang disebut sebagai KETABAHAN, KESABARAN, dan KERENDAHAN HATI melepas ego pribadi untuk secara total menyerahkan diri kepada TUHAN. Saya kira hal tersebut memang perlu dalam satu sisi kehidupan ini. Bayangkan, sebelumnya selama melaksanakan program doktoral tersebut, selama hampir lima tahun tersebut,  aku melakukannya dengan keyakinan diri bahwa aku bisa. Yang mana, mungkin perasaan tersebut terasa berlebihan sehingga ada yang merasa tidak senang dengannya.

Ini juga fakta bahwa selama ujian-ujian berlangsung, tidak ada sedikitpun coretan dalam kertas kerja yang aku ajukan. Padahal selama itu aku tidak pernah mengemis diskusi (minta petunjuk) dengan orang-orang yang disebut pakar. Semuanya hanya aku lakukan dengan promotor maupun sesekali dengan ko-promotor.

Ingat itu dengan catatan bahwa aku bukannya mengurung diri, tetapi bahkan pada masa tersebut aku banyak bertemu dengan para pakar, bahkan duduk semeja karena sama-sama menjadi pembicara. Dalam masa-masa itu rasanya tidak ada rasa takut, atau sebutlah kesulitan dalam menulis disertasi. Bahkan aku bilang aku menikmatinya, bayangkan tiga dari empat buku karyaku yang diterbitkan oleh PT. Elexmedia semuanya ditulis pada masa-masa studi S3 tersebut. Bagaimana mungkin itu terjadi jika aku dalam kondisi stress dan semacamnya begitu. Bahkan sekarang setelah bekerja full-time kembali, maka minimal lima jam hilang dalam perjalanan. Bagaimana bisa produktif jika seperti itu. Meskipun demikian setiap ada ide menarik aku akan coba tulis, seperti sekarang ini. Mata sudah pedas.

Itulah kondisinya, jadi dimungkinkan juga karena terlalu PEDE tersebutlah maka dari sisi yang lain, aku menjadi terkesan SOMBONG bagi sebagian orang. One man show begitulah maksudnya dalam bidang penelitian disertasi. Faktor inilah yang menimbulkan permasalahan yang berujung ke hal itu tadi.

Jadi orang itu memang serba salah, TIDAK PEDE salah, TERLALU PEDE juga dapat menimbulkan masalah. Ya itulah manusia.

Jadi kalau sekarang bagaimana pak, dengan adanya kejadian tersebut. Masih PEDE nggak ?

Kayaknya tetep PEDE lho, toh dampak yang terjadi ternyata dapat juga aku lalui dengan mulus. Nggak kelihatan khan dalam tulisan-tulisanku sebelumnya. Apalagi sekarang doktor-nya sudah kepegang, jadi sudah semakin percaya diri begitu.

Percaya diri bagaimana maksudnya pak.

Ya percaya diri untuk MANDIRI dalam berpendapat begitu. Jadi kalau pendapatnya ada yang tidak setuju, ya nggak apa-apa. Itu terjadi karena yakin bahwa pendapat yang disampaikan adalah BENAR. Jika ada yang belum setuju, ya siap diadu argumentasi, begitulah.

Selanjutnya setelah kejadian tersebut, aku bukannya takut menulis bahkan aku lebih serius dalam tulis-menulis, dibanding mengajarnya. Eh, jangan salah paham, maksudku disini adalah jika mengajar kha materinya relatif statik sesuai sillabus yang menetapkan hal tersebut, sedangkan dalam menulis maka sifatnya lebih dinamis. Bisa apa saja, sesuka apa yang sedang menjadi topik pemikiranku.

Meskipun apa yang kutulis adalah sesuka-suka diriku, tetapi setiap tulisanku ada benang merah satu dengan yang lain. Aku selalu menulis untuk menyampaikan ide yang menurutku baik, apa yang aku tulis adalah apa yang menurutku baik, bahkan terbaik yang dapat aku pikirkan saat itu.

Tentang yang terbaik memang relatif, karena bisa-bisa saja bagi orang lain itu dianggap tidak baik. Untuk itu tentu aku tetap memegang teguh norma-norma masyarakat yang ada. Meskipun kadang menyinggung juga masalah SARA tetapi aku berusaha tetap memegang teguh nilai-nilai kebaikan universal.

Dalam hal tersebut, tulisanku memang tidak bertujuan membuat SEMUA orang senang. Bahkan kalau perlu, kadang aku mengkritisi sikap seseorang khususnya jika apa yang dilakukannya aku anggap tidak baik. Tentu istilah baik dan tidak baik ini sifatnya tidak mutlak, karena bisa-bisa juga setelah berjalannya waktu aku menemukan kondisi sebaliknya. Jika itu terjadi, maka bisa saja tulisanku dulu yang sekarang ini tidak baik maka aku hapus, atau aku akui itu sudah tidak benar lagi. Itu benar untuk masa tersebut, tetapi sekarang tidak.

Bahkan tidak segan-segan jika perlu akan aku ganti (revisi). Bukan apa-apa sih, karena bagiku yang terpenting adalah mendapatkan hal-hal yang positip dalam hidup ini, jadi jika ada yang negatif dan bisa dibuang, mengapa tidak ?

Tidak semua orang senang. Jadi jika ada orang yang tidak senang atau tidak setuju, bagaimana pak ?

Ide yang aku sampaikan memang tidak perlu disetujui oleh semua orang. Tulisanku memang tidak ditujukan agar semua senang, kalau ternyata bisa maka syukurlah. Tetapi jika ada ide baik yang perlu aku sampaikan ternyata tidak disetujui orang lain, ya monggo-moggo saja. Bahkan mungkin dianya sampai menjelek-jelekan maka itu nggak masalah, apalagi jika itu dilakukannya di luar blog ini. Tapi jika itu terjadi di blog ini maka gampang saja, aku hapus tulisannya. Atau aku biarkan untuk ditunjukkan ke orang lain, siapa dia. He, he, . . . orang khan bisa menilai.

Jika ketidak-setujuannya ditulis di blog ini, dan jika memungkinkan maka biasanya akan aku tanggapi dengan memberinya argumentasi. Tentu saja argumentasi yang melawan  dari sudut pandang ketidak-setujuannya tersebut, sehingga terjadilah dialog.

Mungkin adanya hal seperti itulah yang menyebabkan orang tertarik untuk terus membaca blog ini.
** mode GeEr on**

Jadi pada dasarnya aku siap mempertanggung-jawabkan apa-apa yang aku tulis. Blog ini telah menampung hampir sekitar 500 artikel tulisan yang aku buat. Meskipun banyak, tetapi karena setiap tulisan aku buat dengan dasar pemikiran di atas, maka tentu aku siap membuktikan pernyataan di atas. Tahu sendiri khan, tulisan khan sifatnya abadi, jadi bisa-bisa tulisan yang aku buat dua tahun yang lalu,  baru mendapat tanggapan sekarang, itu biasa.

Apakah semua itu berarti pak Wir menanggapi siapa saja yang mempertanyakan tulisan Bapak ?

Maunya demikian, tetapi aku khan manusia, jadi kadang-kadang jika ada pertanyaan yang tidak menarik maka aku membiarkannya terbuka. Siapa tahu ada teman pembaca lain yang dapat membacanya. Bahkan karena aku menulis tidak hanya di blog ini saja, tetapi juga di makalah-makalah ilmiah, bisa di jurnal, konferensi atau buku maka ada juga yang mengirimnya via email.

Untuk yang via email, aku memperlakukan secara khusus, tidak setiap yang masuk aku tanggapi, kalaupun ada maka jika kasusnya sifatnya general maka aku tampilkan tanggapannya di blog. Karena pikirku, di blog sekaligus didokumentasikan dan juga dapat di-check oleh orang lain. Jadi lebih bagus khan.

Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan tidak jelas. Jika demikian maka aku diamkan saja, mau bagaimana lagi. Kadang-kadang terpikir juga bahwa tulisanku sudah jelas-jelas menyebutkannya tapi masih saja ada yang menanyakan. Jadi jika itu terjadi dari berbagai pertanyaan yang masuk, akhirnya yang ada dipikiran “koq gitu aja ditanyakan“. 🙂

Jadi memang begitulah faktanya, meskipun kadang kita sudah merasa menulis secara lengkap dan jelas, maka bisa-bisa saja dianggap tidak memuaskan. Oleh karena itulah untuk menulis kita perlu belajar bagaimana menulis sejelas mungkin dan tidak menimbulkan ambigu bagi pembacanya. Jika itu terjadi, maka bisa-bisa saja argumentasi yang kita ajukan tidak klop, tidak mengena dan akhirnya diskusinya tidak nyambung.

Tapi berkaitan dengan pertanyaan pembaca, ada saja yang ngotot, bahkan kesannya karena dianya juga ngotot memperlihatkan hasil analisisnya yang berbeda dengan yang aku punya maka kesannya pertanyaan yang diajukannya adalah sebuah sanggahan. Jadi kalau begitu, bukan lagi seperti mengajukan pertanyaan karena tidak tahu, tetapi jadi mempertanyakan apa yang kutulis.

Seperti yang bagaimana yang dimaksud ?

Ini contohnya, tapi moga-moga asumsi saya di atas salah. Ada seorang yang mempertanyakan tentang cara perhitungan diagram interaksi yang ada di bukuku SAP2000 Edisi Baru. Sepintas dianya tidak tahu sehingga mempertanyakan sesuatu yang tadi aku bilang relatif aku anggap sudah cukup jelas. Tetapi karena dia bisa membuat suatu hitungan yang panjang, mestinya dia bisa menginterprestasi tulisan yang kubuat. Eh, ternyata tidak, ini pertanyaannya adalah yang kedua, yang pertama via email (tidak kubalas), dan yang ini aku balas karena dianya mengirim ulang pertanyaan yang sama memakai pos yang mengikut sertakan lagi perangko di dalamnya. Di dalam suratnya terlampir pula hitungan perbandingan yang dibuatnya, yang dinyatakan tidak sama dengan yang kubuat.

Menurut pendapatku isi surat tersebut seakan-akan ingin mengatakan bahwa tulisanku tidak benar, ini lho yang benar.

Pertanyaannya adalah sebagai berikut:

baginda1_

baginda2_

baginda3_

Catatan : nama penanya surat sengaja aku kaburkan dengan maksud, bahwa apa yang kutulis ini tidak menyerang pribadi, tetapi pada hal yang dilakukannya. Agar lain kali, dapat berpikir dulu sebelum bertanya. Inilah salah satu bukti bahwa apa yang ditulis adalah mencerminkan apa yang dipahami. Jika namanya dikaburkan maka saya berharap tidak malu lagi untuk bertanya.

Sopan sih sopan, hanya heran saja, beliaunya mampu menguraikan suatu perhitungan yang cukup detail tetapi mengapa tidak memahami apa yang aku tulis.

Adapun tulisan yang dipertanyakan yang bersangkutan akan aku tampilkan sebagai berikut :

p381_

Jawab :

Sebenarnya sepenggal tulisanku di atas jika dipahami dengan benar, mestinya sudah jelas, sehingga tidak perlu harus melampirkan hitungan panjang-panjang seperti di atas. Adapun yang menjadi pertanyaannya adalah tentang nilai angka sigma Ts = 1570 kN itu saja bukan. Dari tulisanku saja di atas kalau dirunut jelas menyatakan, yaitu “Jika dianggap bahwa semua tulangan tarik telah leleh“. Itu khan gampang, leleh berarti Fy = 400 MPa, ini kelihatannya sudah dimengerti, buktinya dihitungan juga sudah ada. Selanjutnya lihat gambar sket di atas, karena garis netral di kolom ke 5, maka tentunya jika yang kanan tekan maka yang sebelah kiri , yaitu tulangan, berada pada posisi tarik. Jadi dalam hal ini ada 4  alur tulangan kolom yang mengalami leleh, jika per alur tulangan luasannya adalah  490.625*2=981.25 mm^2 , maka untuk 4 alur tulangan kolom nilai sigma Ts adalah 4 * 981.25*400 = 1570000 N atau 1570 kN.

Jelas sudah terjawab bukan. Jadi nggak perlu bikin hitungan panjang-panjang seperti di atas.

Kejadian di atas menjadi bukti lagi bahwa sebagian engineer-engineer kita ini memang trampil dalam hitung-menghitung (seperti isi surat di atas), meskipun demikian dianya tidak paham  :  “apa sih maksud dari hitungannya tersebut. Jadi kayak tukang hitung gitu lho.

Sekarang ini jamannya komputer, semua detail hitung-berhitung telah dapat diserahkan komputer. Engineer-nya sudah tidak perlu lagi ketrampilan tukang hitung, tugas engineer sekarang adalah menentukan skenarionya, apa  yang dihitung, dengan cara apa, dan memprediksi hasilnya, benar atau salah.

Jika yang bersangkutan bertanya : pak mengapa bapak dapat menganggap semua tulangan leleh, bagaimana bisa itu ?

Kalau seperti itu sih masih relevan, karena di tulisanku di atas memang tidak menerangkan. Anggapan itu dipilih untuk mencari kondisi yang paling maksimum dari gaya-gaya resultan tarik dari tulangan di sisi tarik. Agar ada kondisi lentur murni maka gaya tarik dan gaya tekan harus saling meniadakan dan membentuk kopel gaya bukan. Jadi jika nilai resultan tarik baja lebih kecil dari nilai resultan tekan beton maka jelas bukan merupakan penampang Lentur Murni. Itu khan penjelasannya sudah ada di tulisanku di atas itu bukan.Lihat yang stabilo kuning.

Selanjutnya yang bersangkutan menanyakan tentang letak garis netral, bagaimana menjawabnya. Bingung juga, koq ditanyakan, padahal jika mau membaca terusannya, maka setelah trial 1 dan 2 maka di lembar berikutnya di bukuku tersebut telah diuraikan secara lengkap sampai ada gambarnya juga lho.

Jadi mengapa ditanyakan lagi. Bingung aku. 🙂

11 pemikiran pada “tulisanku dipertanyakan !?!

  1. Wah, bapak S3..debat disiplin ilmu yang rumit, berhubung saya hanya S1 saja..tetapi pak, asyik kan ada yang ngereview tulisan bapak dengan gratis, artinya tulisan bapak diperhatikan..hihi..
    maklum awam….

    salam hangat

    Suka

  2. santaniaz

    saya hanya berusa untuk menyampaikan apa yang mesti saya sampaikan dan saya berusaha untuk mengatakan apa yang mrsti saya katakan,dan saya merasa orang yang merdeka dengan menyampaikan apa yang ada di pikiran saya

    Suka

  3. Y.W.

    Hehe… Sabar pak… Gak semua manusia memiliki kecerdasan seperti bapak. Mungkin saja yang menulis surat tersebut masih mahasiswa tingkat 2 kali… jadi wajar saja kalo dia bingung…

    Suka

  4. Vembrie Siswosoebrotho

    maju terus pak wir.. walau dunia melihat apa yang di depan mata, namun TUHAN melihat hati.. may GOD bles you abundantly and give success in everything you do..

    salam hormat

    Suka

  5. r_son

    dear Sir,

    being honest, saya betul-2 terkejut dengan situasi yang Bapak ceritakan pada alinea-2 awal. Rasa2nya saya tahu tulisan yang akhirnya membuat Bapak masuk ke dalam situasi tersebut. Biasanya saat membaca tulisan-2 Bapak yang saya anggap luar biasa, entah itu bidang teknik ataupun non teknik, saya suka meng- save page as – kan tulisan2 tersebut. Saya membaca kembali artikel (yang saya anggap menjadi awal kesulitan Bapak) itu. Anehnya, dengan pemahaman saya yang masih sangat cetek ini, kok ya saya tidak melihat ada hal-2 yang substansial untuk dijadikan masalah, apalagi sampai mengancam Disertasi Doktoral Bapak waktu itu.

    Tapi, dalam hal ini saya bersyukur mendapatkan pelajaran moral yang SANGAT berharga. Kejadian ini sangat mirip dengan situasi yang dialami Musa duluuuuuuu sekali. Saat muda dia berkata , “Saya Bisa”, waktu mentok dia berkata, “Saya tidak bisa”, pada akhirnya saat semuanya dia serahkan total kepada yang menciptakannya dia akhirnya berkata, “Bersama Tuhan Saya Bisa”.

    Tetap menjadi garam dan terang

    May Great God Bless you sir,

    Suka

    1. wir

      Wah terima kasih sdr R_son , anda masih sempat-sempatnya meng-save page as -kan beberapa artikel saya. Tentu adanya orang yang seperti itu akan membahagiakan hati lho. Berarti tulisan tersebut baik. 🙂

      saya tidak melihat ada hal-2 yang substansial untuk dijadikan masalah, apalagi sampai mengancam Disertasi Doktoral Bapak waktu itu.

      Tentang kesan anda di atas, bahwa tidak ada apa-apa yang substantial, ya jelas dong. Saya selalu berusaha menulis yang terbaik dan itu dalam kondisi sadar penuh serta berani bertanggung jawab. Kalau waktu itu posisi saya bukan mahasiswa (murid), maka saya akan bikin argumentasi panjang lebar untuk mempertanggung-jawabkan, biar orang lain bisa menilai. Siapa sih sebenarnya yang bermasalah. Tetapi bagaimana lagi, tulisan itupun hanya sebagai sarana saja sedemikian sehingga orang itu bisa bikin argumentasi untuk menghambat (maunya). Tapi akhirnya apa yang terjadi, jika benar, yang di atas juga tahu koq.

      Jika sudah melewati hal tersebut bahkan kitapun yang mengalami dapat mengambil hikmatnya dan menyadari bahwa itu perlu agar membuat kita lebih matang. 🙂

      O ya, saya perlu ingatkan bahwa fakta di atas saya kemukakan bukan sebagai keluhan, tetapi sebagai sharing ketika mengerjakan disertasi, bahwa meskipun secara substantial materi disertasi yang dikerjakan tidak bermasalah, tetapi ada-ada saja faktor yang dapat membuat masalah, orang menyebutnya sebagai faktor X. Hati-hati dengan itu semua. Satu-satunya jalan agar itu tidak menghambat maka selalu juga ingat ke yang di ATAS.

      Suka

  6. R_son

    Dear Sir,

    Setuju 100% dengan statement Bapak dia atas. Walaupun saat saya membayangkan situasi tersebut…..rasanya luar biasa beratnya. Ujian hidup yang harus dilewati sebagai suami, kepala keluarga, mahasiswa S-3 (waktu itu) sekaligus sebagai seorang dengan profesi dosen benar-benar W..O..O..W..W…. i’m speechless…

    Tapi terima kasih untuk Tuhan karena Bapak diberi hikmat dan dimampukan untuk melewati itu semua sehingga digenapilah dalam hidup Pak Wir nats ,” untuk segala sesuatu ada waktunya…..”.

    Belajar dari beberapa situasi termasuk dari situasi yang Pak Wir alami wkt itu, memang sangat perlu untuk meminta bimbingan dari Yang di Atas agar hal-2 yang masuk dlm faktor X tersebut tidak menjadi batu sandungan.

    Anyway, i found that all of your threads are inspiring. So, please keep it that way Sir 🙂

    Best regards

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s