Mendapat amanah untuk memegang mata kuliah struktur baja di Jurusan Teknik Sipil UPH tentulah bukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Itu merupakan tanggung-jawab yang tidak ringan.
Jika sebelumnya saya juga membantu Prof. Harianto H. di mata kuliah struktur beton, maka rasanya mulai semester ini materi tersebut sudah tidak dipegang lagi, dengan demikian nantinya kompetensi alumni Jurusan Teknik Sipil UPH dapat dengan mudah dievaluasi kompetensinya mengenai ilmu struktur beton dan ilmu struktur bajanya. Jika beton yang kuat maka strategi pengajaran prof Harianto berhasil, sedangkan baja maka strategi pengajaran yang saya berikan juga berhasil. Jadi secara tidak langsung, kemampuan mengelola mata kuliah dari seorang dosen akan dapat dievaluasi dari para muridnya yang telah lulus. Bagaimana lagi, saya memegang mata kuliah struktur baja 1, struktur baja 2 dan struktur baja 3; demikian juga dengan prof Harianto, yaitu mata kuliah teknologi beton, struktur beton 1, struktur beton 2 dan struktur beton 3.
Menurutku ilmu struktur beton relatif banyak teman-temannya, cukup banyak dosen di perguruan tinggi lain di Indonesia yang menekuni bidang tersebut. Kondisi tersebut didukung juga oleh SNI 2002 yang secara low-profile mau meniru habis ACI code (code beton amerika), dengan demikian buku-buku terbita amerika dapat digunakan untuk bahan rujukan perkuliahan.
Bagaimana dengan baja. Meskipun diusahakan sering aktif di pertemuan-pertemuan ilmiah tetapi rasa-rasanya masih jarang ketemu dosen baja yang mempunyai kepercayaan diri di bidang ilmu tersebut seperti halnya dosen struktur beton. Kalaupun katanya mengajar ilmu struktur baja, tetapi jarang dilihat tulisan-tulisan beliau yang berkaitan dengan ilmu struktur baja tersebut. Dengan latar belakang seperti itu, maka dalam menyusun materi perkuliahan struktur baja di jurusan teknik sipil UPH juga hanya mengandalkan diri sendiri. Jadi backup yang dapat aku usahakan hanya didasarkan pada pustaka pribadiku, dan kemampuanku untuk menggali ilmu tersebut. Jadi sangat subyektif sifatnya.
Oleh karena itulah maka apa-apa yang telah dikerjakannya perlu ditunjukkan kepada orang lain, transparan gitu lho. Jadi kalau ada kelemahan maka dapat ditingkatkan, kalau ada yang sudah baik maka perlu dipertahankan, dan juga bila ada yang kurang dapat ditambahkan.
Mengacu pada pengajaran struktur beton yang condong ke Amerika, maka untuk struktur bajapun aku sengaja mengarahkan ke Amerika, yaitu memakai textbooks berbasiskan AISC 2005. Jadi harapannya jika murid-muridku sudah familiar maka mereka untuk belajar lebih lanjut dapat dengan mudah memanfaatkan materi-materi yang ada.
Dengan motivasi mengajar agar murid-muridnya punya kompetensi yang kuat dikemudian hari maka wajarlah jika aku prihatin melihat hasil UTS murid-muridku di semester ini. Coba lihat, ini nilainya :
Coba lihat, dari 18 siswa yang mengikuti ujian, nilainya yang benar-benar asli (tanpa ditambah), hanya satu orang siswa, yaitu yang mendapat nilai 100 itu saja. Sedangkan siswa yang lain telah dicoba untuk dikatrol, meskipun demikian hasil akhirnya tidak melebihi 50% dari nilai tertinggi itu.
Kondisi itu tentu membuatku bertanya-tanya, siapa yang tidak kompeten dalam hal ini. Saya sebagai dosennya, atau murid-muridnya. Meskipun demikian di sisi lain, cukup lega, masih ada satu anak yang mampu menjawab materi ujian yang diberikan secara memuaskan. Artinya ada anak yang mampu memahami apa yang aku ajarkan.
Materinya kayak apa sih pak ?
Silahkan diintip:
Ini versi pdf-nya (download 258 kb).
Nggak susah-susah amat bukan.
Padahal soal no.1 sudah dijadikan materi tugas yang digunakan sebagai syarat agar nilai UTS valid. Jadi sebenarnya jika murid yang bersangkutan mengerjakan dengan baik (mengerti dan tidak karena mencontek) maka sebenarnya mereka mestinya bisa mengerjakan soal no.1 yang bobotnya saja sudah 60%.
Dengan demikian dapat dibayangkan: untuk menjadikan alumni UPH engineer yang handal, ternyata tidak semudah seperti sekedar membalik tangan. Perlu kerja keras dan sabar. 😐
O ya, ini pekerjaan muridku yang kuanggap baik.
Nggak susah khan.
O ya, itu khan mata kuliah Struktur Baja 3 (2 sks), saya tampilkan lebih dulu karena ada yang dapet nilai 100. Pada semester genap ini sekaligus juga diberikan mata kuliah Struktur Baja 1 (2 sks). Ini hasilnya kurang bagus nggak ada yang dapet nilai 100, aslinya maksimum 60 tetapi karena yang lulus sangat sedikit maka dengan kebijaksanaan tidak menarik (dari kaca mata dosen) secara keseluruhan ditambah 20, sehingga jika dulunya hanya empat yang diatas nilai 50 maka sekarang bertambah jadi 6 orang. Peserta yang ikut ujian ada sekitar 25 orang. Bayangkan, sudah ditambah 20 aja masih kurang dari separo yang lolos. Padahal ada teorinya lho, bayangkan mata kuliah Struktur Baja koq sampai ada teorinya. Nggak percaya lihat saja.
Pak Wir, itu teorinya ngambil dari bukunya siapa ?
Seperti biasa ada beberapa yang saya baca dari bukunya Segui, juga Geschwindner, tetapi sebagian tidak ada di buku itu, adanya baru pada penjelasan di depan kelas ketika saya mengajar. Jadi soal teori tersebut aku berikan untuk mengetest apakah para mahasiswa pada mendengarkan tidak ketika aku mengajar di depan kelas.
Harapanku sih positip, tetapi fakta menunjukkan bahwa dari sekitar 25 orang tersebut, yang dapat menjawab secara tepat soal teori di atas tidak lebih dari empat orang. Bayangkan itu. Jadi selama ini ketika aku memberikan perkuliahan ada kemungkinan mereka semua pada fesbook-an. 🙂
Jadi biarin saja jika nanti yang lulus hanya 6 dari 25 orang, ya gimana lagi.
Pak ada jawabannya pak, untuk belajar nih ?
O ya pasti ada, silahkan saja jika ingin belajar baja. Bagus itu. Ini jawabannya dalam pdf (download 143 kb).
Coba bandingkan dengan soal baja yang kamu ketahui, beri komentar atau kritik ya, biar ada masukan untuk mengembangkan mata kuliah baja di UPH.
Trims sebelumnya ya. Salam.
Wahhh… hebat bener dapat nilai 100
SukaSuka
hihihi pak wir pertama kali kasi comment nih, saya sbg alumni teknik sipil UPH cm mo kasi saran dr sudut pandang n pnglmn saya doank,,,,, mohon dikoreksi klo salah (maklum saya awam dlm bid pendidikan)……semuanya cm demi kemajuan teknik sipil UPH doank kok
klo mnrt pengalaman saya pd saat belajar bahasa pemrograman, akan lebih mudah bagi saya untuk belajar dr praktek terlebih dahulu baru ke teori…….dalam hal ini saat pertama kali saya belajar programming, saya belajar dengan cara mencontoh dr program2 yng sudah jadi n latihan scr terus menerus tanpa mengerti dasar2 pemrograman dr segi teoritis…..setelah mengerti bagaimana cara membuat program br otomatis timbul ketertarikan dalam diri saya untuk mengetahui filosofi di belakang pembuatan program (teoritis pembuatan program)……..nah prosedur belajar yng seperti ini yng saya namakan learning by doing n menurut saya proses belajar seperti ini yng bakal menimbulkan addicted berkepanjangan n timbul keinginan untuk semakin hari semakin berkembang……..nah proses belajar seperti inilah yng saya usulkan supaya bs di terapkan di kampus…….
hehehe….penerapannya di mata kuliah sipil seperti apa sih????
seperti yng pernah saya kasi masukan ke pak wir, mengenai mata kuliah SAP ato etabs yng saya usulkan untuk diajarkan lebih awal ke semester 2 ato 3 (setelah anak2 mendapatkan mektek dasar yng cukup)….tujuannya utamanya adalah sebagai motivasi bagi anak2 untuk menimbulkan ketertarikan untuk mengulik2 lebih dalam mengenai analisa struktur dgn proses trial n error di SAP or ETABS sehingga proses pembentukan engineering judgment dpt terjadi lebih awal, serta memberikan gambaran ke depan mengenai apa sih yng akan dipelajari ke depannya sampe lulus kuliah.
hasil akhirnya adalah paling tidak mahasiswa sudah punya gambaran kasar mengenai apa yng akan dipelajarinya di taon2 berikutnya n hal ini akan memudahkan para dosen2 dalam menjelaskan teori yng melandasi perhitungan2 dari program tersebut…..(dr praktek ke teori)
berdasarkan pengalaman n pengamatan saya sebagai alumni mahasiswa sipil, rata2 mahasiswa semester awal rada kesulitan untuk beradaptasi dengan materi kuliah teknik sipil n kebanyakan masi blank sampe semester 3 and 4, sehingga ada baiknya untuk dirangsang n diberi gambaran kasar dr awal agar timbul ketertarikan untuk eksplor lebih jauh………n tentunya setelah di semester awal dirangsang, ada baiknya di semester akhir dipoles dengan diberikan tugas besar untuk menghitung dr awal Bangunan kecil 2 ato 3 lantai……dengan system seperti ini diharapkan lahir engineer2 muda dr UPH yng sudah siap kerja, bernilai jual tinggi n industri oriented……
SukaSuka
Hallo Herry,
Pertanyaan anda saya kira bukan hal yang baru, bahkan ada beberapa dosen yang mengusulkan hal demikian.
Hanya sayangnya dosen yang mengusulkan hal tersebut umumnya bukan dosen analisa struktur, tetapi dosen yang kebetulan tidak menggeluti masalah itu.
Itu dapat saya pahami, karena mereka berpikir, mengoperasikan program SAP2000 atau ETABS adalah seperti mengoperasikan program AutoCAD, atau juga seperti Photoshop. Dimana untuk program-program seperti itu hasilnya langsung dapat dipahami secara visual. Apa yang terlihat itulah hasilnya.
Pada kenyataannya adalah tidak demikian. Apa yang kita proses di komputer hanyalah model komputer dan bukannya struktur real yang akan kita selidiki. Mengubah struktur real ke model adalah tidak gampang. Kalau dalam kantor konsultas rekayasa ini akan dilakukan oleh senior engineer.
Analisa struktur yang diberikan di semester 1 dan 2 lebih banyak ke latihan-latihan mengerjakan. Jangan bayangkan para murid tersebut dapat langsung diajarkan bagaimana caranya suatu pemodelan struktur. Pasti mereka bingung.
Jika saya perlu mengajarkan SAP2000 dan ETABS dan ingin dikaitkan dengan yang namanya sifat elastis, in-elastis, yielding, ductile, keruntuhan material, keruntuhan geometri (stabilitas), atau juga axial deformation, atau shear deformation. Maka jelas, jika itu diberikan di semester awal pasti tidak akan berhasil.
Kalau di semester-semester awal (semester 2 dan semester 3) paling-paling yang bisa diajarkan adalah menghitung kuda-kuda. Kalaupun di ajak ke struktur statis tak tentu, menerus, pasti juga masih bingunglah.
Jadi jika hanya hal-hal itu yang perlu diajarkan ke mahasiswa, maka rasa-rasanya saya tidak perlu ngotot dimasukkan menjadi satu mata kuliah mandiri. Cukup dijadikan tema tugas saja.
Bahkan kalau ingin mendaya-gunakan program secara optimum maka saya kira pendidikan di level S1 saja juga belum cukup lho.
SukaSuka
hahaha iyah betul banget pak wir, aku setuju banget kl dijadikan tugas aj buat anak2 semester awal, suruh hitung manual trus cek dengan gunaiin sap ato etabs cm untuk pengenalan cara pake sap n etabs aj….. untuk memotivasi n memberikan gambaran ke depannya biar gag blank….nanti di semester 5 bru diajari lebih mendalam mengenai filosofi program tsbt…… hihihi
SukaSuka
@Henry
Membaca komentar dari kamu, maka orang luar awam akan mengira bahwa pihak dosennya kurang berupaya sedemikian sehingga akhirnya kompetensi bidang struktur mahasiswa di UPH relatif kurang.
Permintaanmu bahwa suruh hitung manual trus cek pakai SAP2000 untuk mahasiswa di semester awal, saya kira sangat berlebihan. Memahami perhitungan manual aja bagi mereka sudah berat, apalagi disuruh mempelajari program SAP2000.
Meskipun demikian jika mahasiswanya sendiri yang punya inisiatif, rasa-rasanya materi atau fasilitas atau kompetensi dosen yang ada di jurusan teknik sipil UPH sangat mendukung lho.
Ingat nggak di perkuliahan Computer Programing, yang pakai VB (coba lihat bukuku yang pertama) bahkan ditampilkan program khusus untuk menghitung rangka.
Juga kalau mau pakai SAP2000, buku dan programnya khan berserakan di lingkungan jurusan teknik sipil UPH. Itu lho bukuku, khan bisa dipinjam di perpustakaan. Bahkan kalau mau langsung bisa tanya ke saya, setiap hari khan ada di kampus.
Faktanya : mahasiswa yang berminat untuk bidang struktur memang jarang. Motivasi utama “asal lulus ujian dulu”. Jika sudah lulus ya sudah, lupa. Oleh karena itulah maka di saat ini jika kamu mendengar berita adik-adik kelasmu di kampus bahwa untuk hasil ujian mata kuliah saya banyak yang mendapat telor maka maka jangan heran. O ya, jawaban anak-anak saya kembalikan lagi, lalu aku tanya bagaimana aku harus menilai jika jawabannya adalah seperti itu.
Tentang minat mahasiswa di bidang struktur, bahkan kamu rasanya bisa menjadi contoh. Rasa-rasanya kalau ketemu kamu paling diskusinya soal VB doang. Belum pernah rasanya diskusi tentang bidang struktur. Jadi aku heran juga ketika kamunya kerja koq di bidang struktur juga. Saya pikir peminatanmu ke arah bisnis (manajemen) seperti halnya kamu mengambil tugas akhir dulu.
Jadi kalau kamunya sekarang merasa masih perlu harus belajar sendiri tentang program rekayasa struktur (SAP2000 atau ETABS). Ya wajar-wajar saja, dulu sewaktu masih kuliah di UPH khan nggak kamu manfaatkan. 🙂
SukaSuka
Setiap manusia mempunyai bakat dan talenta yang sangat unik dan berbeda dari individu yg lainnya. bahkan kadang-kadang dalam kenyataannya bakat dan talentanya tersebut tidak menjamin bahwa dia akan menekuni “kesukaannya” di masa depan.
Mungkin krn jalanNya Thn yg sangat unik dan tidak dpt dimengerti. Jadi gak heran kalau kita sering mendengar manusia berkata, “kalo tahu skrng kyk gitu mah,dari dulu gw…(ex:tobat)
Tp Puji Thn, apa yg saya tekuni dan sukai pada saat perkuliahan dapat saya aplikasikan di dunia kerja..
SukaSuka
sippp…..makasi pak wir buat koreksinya……yang pastinya membuka wawasan n mengubah mindset saya…….heheh…..
kl bisa kerja di bidang struktur-pun lebih karena rasa penasaran saya n keinginan pribadi untuk berkembang menjadi ahli struktur……seperti pak wir….
mohon doa restunya pak wir…..
SukaSuka
Waduh hitung manual itu padahal penting bgt untuk mengasah “sense of engineering” seorang engineer lho…
Memang sih kendalanya kalo mata kuliah hitungan, mahasiswanya hrs byk berlatihan soal2.. ehmm skdr sharing aja nih,sewaktu saya mahasiswa dulu 2 minggu sblm ujian saya uda rajin ngumpulin soal2 ujian thn2 sblmnya utk setiap mata kuliah yg saya ambil pd semester tersebut.. lalu stlh itu saya “babat” habis smuanya tuh..
hehehe… biasanya paling sdkt saya hrs pny 3-5 versi apalagi kalo bisa dpt soal ujian yg dosen pengujinya berlainan utk mata kuliah yg sama.. utk menambah variasi n referensi sebelum “bertempur”. Alhasil kl dikumpul2in biasanya bs jd diktat soal penyelesaian deh.. sayangnya wkt itu ga saya komersialkan.. cuma saya wariskan scr turun temurun ke adik kelas.. ga tau deh sampai angkatan trkhr skrg ini msh ada ga ya tulisan tangan saya… hehehe..
Ngomong2 utk mata kuliah str baja 3 di UPH sndr ada asistennya ga ya pa wir? wah,kalo ada asistennya sih lebih enak tuh.. bisa ngasi responsi yg isinya soal penyelesaian melulu.. jd tmn2 mhs bisa terbantu dgn adanya responsi.. ya dgn catatan mereka niat datang ke responsi..
SukaSuka
Salam hormat Pak Dewobroto,
masalah ini memang pelik, karena di dalam dunia pengajaran adalah sangat susah untuk menemukan metode atau cara yang optimal dalam mengantarkan bahan-bahan kuliah. Dalam pengajaran, tentunya, harus ada interaksi yang berkesinambungan antara pengajar dan pendengar supaya keterlibatan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dan dirasakan dengan jelas.
Masalah tradisional yang kami alami dulu waktu kuliah di UPH juga adalah sama. Mahasiswa sulit untuk menemukan buku-buku panduan kuliah dalam bahasa Indonesia. Kami hanya bisa menemukan buku panduan kuliah hasil terjemahan yang berorientasikan pengajaran dari sistem Anglistik.
Yang menjadi kebingungan mendasar adalah ketika mahasiswa harus dikonfrontasikan dengan istilah-istilah yang tidak begitu baku. Jadi, menurut kami, hal pokok yang membuat pendidikan Indonesia tidak berkembang dan cenderung komersial adalah karena kekurangan penulisan buku panduan kuliah dalam bahasa Indonesia, sehingga mengarahkan arah pendidikan kita ke sistem Anglistik. Dan ini adalah sangat disayangkan! Masalah ini juga ditunjang dengan kurangnya penelitian, sehingga pendidikan kita hanya dapat menjiplak peraturan-peraturan pelaksanaan pembangunan Anglistik.
Yang penting diingat, pembelajaran di universitas dan sekolah tehnik adalah berbeda. Pembelajaran di universitas adalah lebih banyak menekankan ke pemikiran dan analisa terhadap kasus, mengapa kita memilih metode ini dan bukan metode itu, apa yang harus kita lakukan jika metode ini tidak bisa diterapkan, dan lain-lain. Sedangkan pembelajaran di sekolah tehnik adalah menekankan bagaimana kita mendapatkan hasil dari analisis, bagaimana kita akan melaksanakan di lapangan kerja. Jadi, disini dapat kita lihat bahwa pembelajaran di universitas lebih menitikberatkan kepada pemikiran MENGAPA, dan BUKAN BAGAIMANA. Oleh karena itu, dukungan yang kuat dari dunia teori adalah sangat penting. Dengan mengerti teori dasar dari satu mata kuliah, maka mahasiswa sudah memiliki suatu dasar pemikiran yang memadai, dan tentunya ini akan gampang untuk diterapkan ke bidang lain yang memiliki hubungan yang erat. Contoh, jika kita mengerti teori dasar di bidang struktur beton mengenai momen lentur, gaya geser, torsi, tekuk dan lain lain, tentunya teori ini akan bisa diterapkan ke bidang struktur baja dan kayu. Tentunya penyesuaian hukum materi beton, baja dan kayu harus diterapkan.
Jadi, kami tidak setuju sejak dulu dengan gembar-gembor penggunaan komputer sebagai pengganti analisis teori tradisional. Mahasiswa harus banyak dilibatkan ke dalam perhitungan tangan dan ditantang untuk membuka dengan lebar daya analisis mereka, dan bukan dijejali dengan penggunaan software-pembantu-hitung.
Harus diingat, komputer adalah alat penolong dalam bekerja, dan BUKANLAH pengganti daya pikir manusia.
Terima kasih.
Lieyanto
SukaSuka
@And Prabowo :
Salam semuanya. Sy jadi merasa terbeban untuk memberikan comment karena sy adalah asisten mata kuliah struktur baja yang dimaksud.
Melihat nilai-nilai di atas tentunya sedikit banyak menjadi perhatian tersendiri bagi saya selaku asisten. Biasanya kalau nilai mahasiswa baik artinya mahasiswa-nya pintar, kalau nilai mahasiswanya buruk, dosennya dipertanyakan, ujung-ujungnya kalau berkaitan dengan mata kuliah “hitungan” responsi (latihan) mahasiswa diragukan.
Terus terang sy tidak selalu (bahkan jarang) memberikan soal-soal dan penyelesaian dalam kelas yg sy pegang. Karena menurut pandangan saya, seharusnya mahasiswa tidak mengacu pada soal2 yang diberikan oleh dosen atau asisten, mahasiswa seharusnya mengacu pada falsafah dibelakang soal2 yang ada tersebut. Apalagi walaupun targetnya hanya untuk lulus ujian pak wir, wah ga pernah ada sejarahnya pak wir ngasih soal ujian mirip tahun2 sebelumnya, yg ada ngasih soal dengan falsafah yang mirip dan dikembangkan dari tahun2 sebelumnya.
Kembali lagi ke arti responsi menurut pandangan saya, responsi adalah kelas dimana “si-pengajar” menangkap bagaimana RESPON mahasiswa terhadap kuliah yang telah diberikan di tatap muka oleh dosen, lalu sy memberikan feed back kepada mereka.
Dalam prakteknya sy cenderung menunggu kesulitan-kesulitan mereka, lalu membantu kesulitan mereka tersebut. Jadi jika pada kelas responsi tidak ada respon dari mahasiswa yah sy santai2 saja, tapi kalau mereka semangat yah sy juga semangat, salah satunya dengan memberikan latihan.
Perlu disadari bahwa banyak pendapat, mahasiswa perlu di berikan banyak2 contoh soal dengan penyelesainnya, baik oleh dosen maupun asisten, baru mahasiswanya terarah, dan dapat nilai bagus. Menurut saya pendapat tersebut benar jaman dulu, pada saat tidak ada buku dan referensi lain, yg ada hanya ilmu si dosen, diktat dosen, dan soal dari dosen.
Sekarang kalau memang mahasiswa mau soal dan penyelesaian ada banyak buku dan referensi berisi contoh2 soal dan penyelesaiannya, malah kadang penjelasan di buku lebih oke dari si dosen (lebih bervariasi).
Makanya sy sering menjawab pertanyaan mahasiswa dengan memberikan referensi judul buku tertentu untuk dibaca, bahkan sampai subbab dan halaman terkait. Kalau mereka sudah baca dan ada kesulitan, baru sy bantu. Yah mandiri sedikit namanya juga MAHA+siswa.
Jadi kembali lagi menurut saya responsi ada kelas untuk menuangkan respon dari mahasiswa, kalau respons mahasiswa ok, baru kelas responsi bisa hidup, dan fungsinya asisten yah membantu mereka yang masih kesulitan. kalau asisten nya kesulitan yah tanya ke dosen nya juga :).
Sy hanya berusaha merubah pola pikir mahasiswa bahwa responsi bukan sekedar kelas untuk latihan soal.
NB: Sy terbuka dengan masukan2 yg ada. Terutama dari pak wir selaku dosennya.. 🙂
SukaSuka
to Hendrik
Terima kasih atas tanggapan yang kamu berikan. Pada prinsipnya saya mendukung yang kamu kerjakan.
to Hendrik and all.
Saya bisa memaklumi karena itu semua bermula dari strategi pengajaran yang saya berikan, yaitu bahwa materi pelajaran yang diberikan adalah bersifat dinamik, di satu sisi diharapkan materi tersebut selalu up-dated, tetapi di sisi lain karena sebenarnya si dosennya juga lagi ‘belajar’. Bahkan kadang-kadang dalam perkuliahanpun selalu saya ingatkan bahwa materi hari esok belum tentu sama dengan hari ini. Jadi jika untuk materi hari ini saja sudah agak ‘kerepotan’, maka belajarlah yang keras agak cepat lulus. Jika di perkuliahan hari ini saja tidak lulus, maka tidak berarti di perkuliahan semester berikutnya akan lebih mudah, karena faktanya bisa-bisa materi yang diberikan adalah baru.
Dengan cara berpikir seperti itu, maka jika asisten dosen hanya didasarkan oleh telah berpengalaman sebelumnya maka pastilah akan keteteran juga. Jadi asisten dosennya juga harus punya semangat seperti dosennya. Dari pengalaman berinteraksi dengan saudara Hendrik Wijaya saya berkesimpulan bahwa yang bersangkutan cocok untuk mengisi posisi asiste dosen tersebut. Agar ‘bergigi’, maka porsi nilai sebesar kira-kira 30% adalah tanggung jawabnya, jadi jika mahasiswa tidak memanfaatkan responsi yang diberikan maka ya salah mahasiswa itu sendiri.
Karena responsi sifatnya membantu, maka penilaian didasarkan pada kerajinan, sehingga cara penilaian dapat dipilih yang baik saja. Ini jelas berbeda dengan UTS dan UAS, kalau nggak bisa ya dikasih nilai buruk, karena yang dinilai adalah faktor kompetensinya.
Jadi jelaslah bahwa strategi penilaian di tingkat perguruan tinggi adalah berbeda dengan di tingkat SMU ke bawah yang pasti lulus karena ada proses remedialnya. Kalau di tingkat perguruan tinggi, kalau sekarang nggak lulus, ya harus ngulang.
SukaSuka
Halo Pak wir, apa kabar?
Saya kaget melihat nilai seperti itu terjadi di Struktur Baja 3. Sewaktu saya kuliah, nilai seperti itu hanya terjadi di mata kuliah Analisa Struktur dengan Matrix atau Dinamika Struktur.
Menurut saya, mahasiswa harus turut aktif di tatap muka maupun di responsi. Pengalaman saya di kelas responsi, mahasiswa sering ‘menunggu’ jawaban dari asisten. Hanya beberapa yang struggle untuk mencari solusi sendiri.
Kepada teman-teman di jurusan sipil: ayo semangat!! masih ada kesempatan untuk perbaikan di UAS.
SukaSuka
Pak saya mahasiswa tingkat akhir jurusan T.Sipil..
mohon bantuangnya pak…
Pak tugas akhir saya tentang daya dukung pondasi tiang. Dengan menggunakan data SPT..
Yang mau saya tanyakan data tanah saya berdasarkan deskripsi tanahnya ada yang gambut dan lanau… Nah saya bingung mengitung daya dukungnya. Kita mengasumsikan tanah itu bersifat seperti Clay atau Sand. Karena pengetahuan saya yang mencari daya dukung pondasi hanya bisa untul Clay dan Sand….
Saya bingung pak mohon petunjuknya…
apakah saya mengsaumsikan sendri clay aja..
trus berdasarkan apa?
Makasih pak…
SukaSuka
Jenis tanah clay atau sand memang sebenarnya hanya bisa didapatkan memalui analisa detil laboratorium yaitu dengan analisa ayakan pada tanah dan seterusnya mengikuti aturan AASTHO atw USCS bisa ditentukan jenis tanah apa?
Daya dukung pondasi tiang dengan data SPT bisa dipakai metode Van der Ween, Meyehof, atau bahkan produk dari WIKA pun memberikan solusinya. Coba baca kembali kuliah pondasi yang pernah diberikan di kelas. Kalau dibahas disini ga akan cukup.
SukaSuka
pak, saya mau tanya mengenai gempa, kalo kita pakai response spectrum method, kapan kita pakai cqc, gmc, srss, dll, bagaimana cara memilihnya??lalu scalefactornya gmana???apakah konstruksi baja dan beton itu berbeda penggunaan metode gempanya?periode pada modal itu apakah harus lebih kecil dari waktu getar alami pak?hehehe…maaf kalo banyak…
SukaSuka
dua soal dari statics stength material dan component design. hmmm…..ada yg salah dengan kualitas murid2nya kali ya. contoh2 soal yg gampang. dapet wind eng sama tranport eng nggak ya di UPH?
SukaSuka
Saya turut prihatin dengan kondisi mahasiswa sekarang, banyak juga teman2 saya yang seperti itu. Bahkan mereka mengatakan kuliah itu ibarat “dibohongi dosen”, karena selama ini kita diberikan kuliah mekanika teknik berkali-kali dipikir hanya buang waktu saja. Jika itu semua dilakukan dengan bantuan SAP2000 atau program lainnya pun selesai dengan cepat dan BENAR (padahal belum tentu benar jika pemodelannya salah akibat kesalahan yang disebabkan tidak paham mekanika). Selama ini dosen memberikan mektek sampai sebanyak itu sebenarnya memang untuk Engineering Judgement.
Saya memiliki dosen yang sudah berpengalaman di bidang struktur dan bahkan tidak mengerti sap2000 atau program bantu lain ternyata bisa mengetahui hasil running pemodelan SAP2000 dari teman2 mahasiswa yang salah memodelkan struktur. Karena satu hal tadi Engineering Judgement.
Jadi, kembali kepada diri sendiri mau atau tidak menjadi Engineer.
SukaSuka
selamat malam Sir…
kebetulan di sini diangkat masalah struktur baja. saya ingin meminta pandangan Bapak sekaligus resensinya thd buku”Perencanaan Struktur Baja dg Metode LRFD (berdasarkan SNI 2002″ karangan Agus Setiawan. buku ini saya lihat di-katalognya Gramedia.
saya ingin memesan tapi krn saya posisinya di Papua dan takut isinya sama dg beberapa buku struktur baja karangan lokal yg pernah saya baca (terus terang filosofinya belum kepegang dg baik), makanya saya ingin pandangan/resensi dari Bapak.
terima kasih sebelumnya Sir. GBU
ps: mungkin sdh wkt-nya Pak Wir menulis buku ttg Struktur Baja utk menjadi pegangan mahasiswa dan sekaligus referensi bagi para dosen dan praktisi 🙂 saya pribadi SANGAT menunggu loh Pak heheheheeh…
btw…penyusunan buku ttg jembatannya dah sampe mana Pak ???
SukaSuka
sdr R-son,
Buku baja yang dapat dijadikan rujukan sudah saya ulas di sini :
http://wiryanto.wordpress.com/2009/12/01/diskusi-tentang-code/
Disitu juga telah dibandingkan dengan buku di atas.
Tentang buku jembatan, sekarang in-progress. Submitt pertama sudah, dan sudah mendapat comment pula. Ini akan di submitt ke-2 sekitar juni-juli. Maklum, yang nerbitin bukan dari Indo, jadi prosedur agak ribet. Jadwal sih diterbitin tahun depan. O ya, dalam buku yang diterbitkan tersebut, tulisan saya hanya terbatas satu bab saja, karena bab-bab lain akan diisi bersama ahli-ahli jembatan dari seluruh dunia.
Semoga terwujud.
SukaSuka
selamat pagi Sir…
sudah saya baca tanggapan serta link yang Bapak berikan.
terima kasih untuk pencerahannya 🙂
GBU
SukaSuka
trimaksih ya pak atas informasi yang Bapak brikan…
perkenalkan ,,saya mahasiswa f.teknik UKRIM Yogyakarta….
saya juga salah satu mahasiswa yang kesulitan dalm mata kuliah struktur baja,,serta analisa struktur….. mohon bantuan jika bapak tidak keberatan untuk informasi mengenai mata kuliah tersebut ….
timaksh…Tuhan memberkati…..
SukaSuka