Sebagai seorang penulis, sekaligus pendidik maka saya meyakini bahwa segala sesuatu yang akan menunjukkan kinerja seorang manusia adalah dimulai dari berpikir. Dengan berpikir maka sesuatu dapat dimunculkan, dievaluasi apakah itu memang perlu diharapkan, jika demikian maka dapat direncanakan untuk akhirnya diusahakan. Jika diusahakan maka yang terjadi adalah keberhasilan (sesuatu itu terwujud) atau kegagalan (sesuatu itu belum terwujud).
Jika kasusnya adalah keberhasilan maka terbuktilah bahwa sesuatu itu memang dimulai dari pikiran, sedangkan jika yang terjadi adalah kegagalan maka kelanjutannya lagi juga tergantung dari pikiran manusia penggagasnya. Apakah dengan kegagalan tersebut dipikirnya sebagai kegagalan mutlak sehingga harus mulai tidak dipikirkan lagi (ganti memikirkan yang lain) atau tetap mengotot memikirkan lagi sesuatu itu, mengapa gagal. Jika pikirannya kuat maka tentulah orang tersebut akan melihat bahwa yang orang lain menyebutnya sebagai kegagalan tetapi dia sendiri akan memikirkannya sebagai sukses tertunda. Dengan demikian maka akan dilakukan pengulangan lagi kerja pikiran, yaitu mengevaluasi mengapa sampai terjadi yang disebut kegagalan tersebut. apakah ada langkah-langkah yang salah, atau memang strateginya tidak cocok. Jika demikian maka perlu dicari strategi lain dan juga mungkin sumber daya lain untuk mencoba sesuatu yang belum sukses tersebut.
Itulah mengapa saya mempunyai pertanyaan kepada anakku atau juga murid-muridku jika akan mencapai sesuatu tahapan tertentu, yaitu : “Apakah kamu takut mencapai hal tersebut ?”.
Jika tidak maka aku yakin anakku atau muridku tersebut suatu saat akan mencapainya.
Dengan cara berpikir seperti itu, yaitu semuanya dimulai dari pikiran maka aku yakin dengan menulis sesuatu di blog ini maka akan dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dengan asumsi itu pula maka aku dapat berbangga bahwa ada perkataan mantan pejabat Indonesia yang dapat dijadikan quotes. Karena saya yakin jika yang dikatakan tersebut adalah benar, dari hati yang paling dalam, dan bukan sekedar lips-service maka Indonesia inu suatu saat akan menjadi lebih baik.
Setelah membaca dengan seksama pidato Sri Mulyani, mantan pejabat Indonesia yang saya pilih, ternyata hampir sebagian besar kata-kata dalam pidatonya sangat bermutu, jadi bukan lagi quote tetapi kutipan. Nggak apa-apa ya :
- Konsep jabatan publik atau pejabat negara yang pada dalam dirinya, setiap hari adalah melakukan tindakan, membuat pernyataan, membuat keputusan, yang semuanya adalah dimensinya untuk kepentingan publik.
- Etika sebagai pejabat publik : harus mampu membuat garis antara apa yang disebut sebagai kepentingan publik dengan kepentingan pribadi dan keluarga, atau kelompok.
- belajar selama 30 tahun dibawah rezim presiden Soeharto : terjadi acak-acakan hubungan antara kepentingan publik dan kepentingan pribadi.
- Konsep kebijakan publik : dari mulai berpikir, merasakan, bersikap, dan membuat keputusan menjadi sangat penting karena itu menyangkut tujuan konstitusi, yaitu kepentingan masyarakat banyak, mencapai kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
- Kebijakan publik dibuat tujuannya adalah untuk melayani masyarakat.
- Kebijakan publik dibuat melalui dan oleh kekuasaan. . . . Kekuasaan itu sangat mudah menggelincirkan kita.
- Kekuasaan selalu cenderung corrupt, apalagi jika tanpa adanya pengendalian dan sistim pengawasan.
- Bagaimana kita harus membuat garis pembatas yang sangat disiplin. Disiplin pada diri kita sendiri dan dalam, bahkan, pikiran kita dan perasaan kita untuk menjalankan tugas itu secara dingin, rasional, dengan penuh perhitungan dan tidak membolehkan perasaan ataupun godaan apapun untuk, bahkan berpikir untuk meng-abusenya.
- Waktu saya menjadi menteri, sering saya harus berdiri atau duduk berjam-jam di DPR. Disitu anggota DPR bertanya banyak hal. Kadang-kadang bernada pura-pura sungguh-sungguh. Mereka mengkritik begitu keras, tapi kemudian mereka dengan tenangnya mengatakan : ‘Ini adalah panggung politik Bu’.
- Anda bisa melihat bahwa kalau pejabat itu adalah background nya pengusaha, meskipun yang bersangkutan mengatakan telah meninggalkan seluruh bisnisnya, tapi semua orang tahu bahwa adiknya, kakaknya, anaknya, dan teteh, mamah, aa’ semuanya masih run. Dan dengan tenangnya, berbagai kebijakan, bahkan yang membuat saya terpana, kalau dalam hal ini apa disebutnya? kalau dalam bahasa inggris apa disebutnya?i drop my job atau apa..bengong itu.
- Kita semua tahu, itulah penyakit yang terjadi di jaman orde baru. Hanya dulu dibuatnya secara tertutup, tapi sekarang dengan kecanggihan, karena kemampuan dari kekuasaan, dia mengkooptasi decision making process juga. Kelihatannya demokrasi, kelihatannya melalui proses check and balance, tapi di dalam dirinya, unsur mengenai konflik kepentingan dan tanpa etika begitu kental.
- Saya bukan dari partai politik, saya bukan politisi, tapi tidak berarti saya tidak tahu politik. Selama lebih dari 5 tahun saya tahu persis bagaimana proses politik terjadi. Kita punya perasaan yang bergumul atau bergelora atau resah. Keresahan itu memuncak pada saat kita menghadapi realita jangan-jangan banyak orang yang ingin berbuat baik merasa frustasi. Atau mungkin saya akan less dramatic. Banyak orang-orang yang harus dipaksa untuk berkompromi dan sering kita menghibur diri dengan mengatakan kompromi ini perlu untuk kepentingan yang lebih besar. Sebetulnya cerita itu bukan cerita baru, karena saya tahu betul pergumulan para teknokrat jaman Pak Harto, untuk memutuskan stay atau out adalah pada dilema, apakah dengan stay saya bisa membuat kebijakan publik yang lebih baik sehingga menyelamatkan suatu kerusakan yang lebih besar. Atau anda out dan anda disitu akan punya kans untuk berbuat atau tidak, paling tidak resiko getting associated with menjadi less. Personal gain, public loss. If you are stay, dan itu yang saya rasakan 5 tahun, you suddenly feel that everybody is your enemy.
- Anda adalah kelompok kelas menengah, yang sangat sadar membayar pajak meskipun tentu tidak sukarela, tidak seorang yang patriotik yang mengatakan dia membayar pajak sukarela. Tapi meskipun tidak sukarela, anda sadar bahwa itu adalah suatu kewajiban menjaga republik ini tetap berdaulat. Orang seperti anda tahu, membayar pajak adalah kewajiban dan sekaligus hak untuk menagih kepada negara, mengembalikan dalam bentuk sistim politik yang kita inginkan. Maka sebetulnya di tangan orang-orang seperti anda lah republik ini harus dijaga.
- Saya ingin memberikan testimoni bahwa banyak sekali aparat yang betul-betul genuinly adalah orang-orang yang dedicated. Mereka yang cinta republik sama seperti anda. Mereka juga kritis, mereka punya nurani, mereka punya harga diri. Dia bekerja pada masing-masing unit, mungkin mereka tidak bersuara karena mereka adalah bagian dari birokrat yang tidak boleh bersuara banyak tapi harus bekerja.
- Sebagian kecil adalah kelompok rakus, dan dengan kekuasaan sangat senang untuk meng abuse. Tapi saya katakan sebagian besar adalah orang-orang baik dan terhormat. Saya ingin tolong dibantu, berilah ruang untuk orang-orang ini untuk dikenali oleh anda juga dan oleh masyarakat. Sehingga landscape negara ini tidak hanya didominasi oleh cerita, oleh tokoh, apalagi dipublikasi dengan seolah-oalh menggambarkan bahwa seluruh sistem ini adalah buruk dan runtuh. Selama seminggu ini saya terus melakukan pertemuan dan sekaligus perpisahan dengan jajaran di kementrian keuangan dan saya bisa memberikan, sekali lagi, testimoni bahwa perasaan mereka untuk membuktikan bahwa reform bisa jalan ada disana. Bantu mereka untuk tetap menjaga api itu. Dan jangan kemudian anda disini bicara dengan saya, ya bisa diselamatkan kalau sri mulyani tetap menjadi Menteri keuangan. Saya rasa tidak juga.
- Suasana yang kita rasakan pada minggu-minggu yang lalu, bulan-bulan yang lalu, seolah-olah persoalan negara ini disandera oleh satu orang, sri mulyani. Sedemikian pandainya proses politik itu diramu sedemikian sehingga seolah-olah persoalannya menjadi persoalan satu orang. Seseorang yang pada suatu ketika dia harus membuat keputusan yang sungguh tidak mudah, dengan berbagai pergumulan, kejengkelan, kemarahan, kecapekan, kelelahan, namun dia harus tetap membuat kebijakan publik. Dia berusaha, berusaha di setiap pertemuan, mencoba untuk meneliti dirinya sendiri apakah dia punya kepentingan pribadi atau kelompok, dan apakah dia diintervensi atau tidak, apakah dia membuat keputusan karena ada tujuan yang lain. Berhari-hari, berjam-jam dia bertanya, dia minta, dia mengundang orang dan orang-orang ini yang tidak akan segan mengingatkan kepada saya. Meskipun mereka tahu saya menteri, mereka lebih tua dari saya. Orang seperti pak Darmin, siapa yang bisa bilang atau marahin pak Marsilam? Wong semua orang dimarahin duluan sama dia.
- Mereka ada disana hanya untuk mengingatkan saya berbagai rambu-rambu, berbagai pilihan dan pilihan sudah dibuat. Dan itu dilaporkan, dan itu diaudit dan itu kemudian dirapatkan secara terbuka. Dan itu kemudian dirapatkerjakan di DPR. Bagaimana mungkin itu kemudian 18 bulan kemudian dia seolah-olah menjadi keputusan individu seorang Sri Mulyani. Proses itu berjalan dan etika sunyi. Akal sehat tidak ada. Dan itu memunculkan suatu perasaan apakah pejabat publik yang tugasnya membuat kebijakan publik pada saat dia sudah mengikuti rambu-rambu, dia masih bisa divictimize oleh sebuah proses politik. SAya hanya mengatakan, kalau dulu pergantian rezim orde lama ke orde baru, semua orang di stigma komunis, kalau ini khusus didisain pada era reformasi seorang distigma dengan sri mulyani identik dengan century. Mungkin kejadiannya di satu orang saja, tapi sebetulnya analogi dan kesamaan mengenai suatu penghakiman telah terjadi.
- Saya merasa berhasil dan saya merasa menang karena definisi saya adalah tiga. Selama saya tidak menghianati kebenaran, selama saya tidak mengingkari nurani saya, dan selama saya masih bisa menjaga martabat dan harga diri saya, maka disitu saya menang. Terimakasih
Versi lengkap isi pidato di atas ada di sini.
Titipan doa , semoga pada suatu waktu yang tepat, Tuhan berkenan mengirim kembali mantan pejabat tersebut untuk menjadi RI-1. Amin.
.
.
Berita lain tentang ibu tersebut :
- WAWANCARA EKSKLUSIF – Sri Mulyani Indrawati: IQ Saya 157
SELASA, 25 MEI 2010 | 06:28 WIB - WAWANCARA EKSKLUSIF – Kalla: Dulu Saya yang Usulkan Sri Mulyani Jadi Menkeu
JUM’AT, 21 MEI 2010 | 17:41 WIB - Sri Mulyani: Sumbangan Saya Sebagai Pejabat Publik Tak Lagi Dikehendaki
KAMIS, 20 MEI 2010 | 13:50 WIB
Ping-balik: Tweets that mention quote penting mantan pejabat Indonesia « The works of Wiryanto Dewobroto -- Topsy.com
Mantap skali pak resume kutipannya…jadi tak salah bila :http://politik.kompasiana.com/2010/05/11/sri-mulyani-adalah-jelmaan-anne-robert-jacques-turgot/
SukaSuka
Singkat aja:
Mental seperti inilah yg dibutuhkan untuk RI-1
SukaSuka
Ibu Sri Mulyani become RI-1 ???
100u AGREE with that
SukaSuka
Negeri ini membutuhkan orang -orang seperti ibu Sri Mulyani, semoga lahir Sri Mulyani-Sri Mulyani baru !!! YAng siap mengantarkan kejayaan INDONESIA!!!
SukaSuka
quote-nya memudahkan saya mengambil intisari dari pidato SMI.
sayang orang sepintar beliau harus tergusur karena kepentingan politik.
SukaSuka
satu lagi peristiwa yang membuat kita benci pada politik..
SukaSuka
waaahhh, makasih banget buat kutipannya bro…
jadi gampang menangkap konsep inti dari pidato SMI…
all hail SMI!!
need IT??
http://www.linovtech.com
SukaSuka