Topik keselamatan kerja konstruksi (K3) merupakan topik yang cukup populer, selalu saja tulisanku yang membahas hal tersebut mendapat kunjungan cukup tinggi dan juga masih saja ada yang memberi komentar. Jadi ada baiknya aku buka wacana lagi tentang topik K3 tersebut.
Wacana akan aku mulai saja dari pertanyaan saudara Yandi Reza yang sedang tertarik dengan bidang tersebut, dan baru saja memberi komentarnya, ini dia :
yandi reza // 18 Juni 2010 pada 09:48
setelah saya membaca blog bapak. saya sangat tertarik untuk lebih memahami tentang keselamatan dalam bekerja, untuk lebih bisa menerapkan K3 ini sendiri saya ingin belajar ilmu dari k3 itu sendiri..
apakah saya harus ambil kuliah lagi ato bisa dengan program2 pelatihan saja.. mohon masukan nya pak..
terima kasih
Saya kira pertanyaan di atas cukup menarik, minimal penting bagi teman-teman yang ingin mengetahui peran atau praktek K3.
Kalau melihat dari kata-katanya yaitu Keselamatan Kerja Konstruksi atau K3 maka ilmu tersebut ditujukan kepada pekerja pada proyek konstruksi. Namanya saja proyek konstruksi, yaitu hanya berlangsung pada suatu waktu dan tempat tertentu (proyek) , tetapi jenis-jenisnya pekerjaannya bisa bermacam-macam, bisa konstruksi ajungan minyak, konstruksi jembatan atau kontruksi gedung. Melihat keluasan variasi scope pekerja dan pekerjaannya, maka rasa-rasanya materi yang harus dipelajari yang berlaku umum (di semua bidang konstruksi) tersebut tidaklah gampang. Jadi bener juga alasan sdr Yandi tersebut, perlu sampai ikut kuliah atau cukup pelatihan-pelatihan saja.
Terus terang pengalamanku, saya belum pernah bertemu dengan sarjana yang khusus tentang K3 tersebut. Aku pernah mendengarnya, tetapi kelihatannya lebih ditujukan kepada industri, kalau tidak salah meskipun namanya sama-sama K3 tetapi maknanya adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Tentu saja yang masuk di sini lebih luas lagi, tidak hanya pekerja konstruksi. Makna yang terakhir ini saya kira tidak hanya berlaku bagi engineer tetapi juga kedokteran dsb-nya. Jadi jelas K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) untuk pekerja pabrik accu, tentu berbeda dengan pekerja pabrik susu.
Jadi kalau ada yang ingin kuliah K3 yang seperti itu, yang untuk industri maka rasa-rasanya cukup wajar, karena kalau lulus maka penempatan kerjanya cukup terbuka lebar (banyak industri yang membutuhkannya). Rasa-rasa ada pemberi komentar yang memang bersekolah khusus K3 tersebut, tetapi sekali lagi itu maknanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan bukannya Keselamatan Kerja Konstruksi. Tolong di confirmed.
Adapun K3 yang bermakna Keselamatan Kerja Konstruksi, apakah memang ada kuliahnya. Kalaupun ada, apa tidak terlalu sempit lahan kerjanya nanti, karena hanya terbatas pada konstruksi.
Terus terang untuk yang konstruksi saya koq agak sangsi kalau mempelajarinya harus ikut kuliah. Kuliah di mana ?
Apakah itu masuk dalam bidang teknik sipil atau bukan. Setahuku di teknik sipil aku belum pernah membaca materi yang terkait tentang hal itu, paling-paling masuk pada wilayah Manajemen Konstruksi.
Mengapa aku mempertanyakan ini, karena aku melihat karakter pekerja industri dan pekerja konstruksi adalah jelas-jelas berbeda. Pekerja industri, karena bukan proyek, maka cenderung bersifat jangka pendek sekaligus jangka panjang. Adapun pekerja konstruksi umumnya bersifat jangka pendek, proyek selesai maka tukang-tukang atau pekerjanya pada bubar, tinggal staff inti kontraktornya saja (yang relatif sedikit).
Dengan mengetahui karakter pekerja yang terlibat saja maka jelas strategi untuk mencapai K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) jelas berbeda. Misalnya pekerja di pabrik accu, yang mempunyai atau berdekatan dengan accuzur atau sejenis asam keras. Jelas pekerja-pekerja di sana perlu mendapat perhatian yang lebih, bisa-bisa uap asam yang dihirup setiap hari (kerja) maka jika tidak dikelola dengan baik maka usia pekerjanya tidak akan bertahan lama.
Kondisi ini menunjukkan bahwa untuk pekerja industri, maka untuk membahas K3 sifatnya lebih kompleks, bisa menyangkut HRD juga menyangkut layout pabrik maupun rotasi pekerja dan lain-lainnya juga. Karena sifatnya jangka panjang maka bisa saja dalam satu pabrik diperlukan ahli K3 dari sekolah khusus. K3 diterapkan tidak sekedar untuk mencegah kecelakaan kerja, meskipun itu juga termasuk bahan pertimbangan untuk jangka pendeknya. Oleh karena itulah maka pengetahuan dibidang kesehatan (kedokteran) diperlukan, yaitu misalnya untuk mengetahui zat-zat yang membahayakan manusia dan cara pencegahannya. Ingat ini K3 dengan kepanjangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dimana Kesehatan adalah unsur jangka panjang dan Keselamatan adalah unsur jangka pendek dalam mencegah kecelakaan di tempat kerja.
Sedangkan K3 dengan kepanjangan Keselamatan Kerja Konstruksi maka tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja saja. Jadi scopenya relatif terbatas.
Meskipun kelihatannya terbatas, tetapi jenis konstruksinya beragam. Konstruksi jembatan jelas tidak sama dengan konstruksi gedung tinggi, berbeda pula dengan konstruksi anjungan minyak untuk pengeboran. Jadi yang rumit atau kompleks adalah pada prosedur kerja konstruksinya sendiri yang spesifik. Kalau dikuliahkan khan susah, mahasiswanya harus belajar bagaimana prosesedur membangun jembatan di atas sungai tanpa perancah, juga harus belajar bagaimana melakukan pengeboran minyak di tengah laut. Itu khan tidak gampang. Padahal mengetahui prosedur kerja yang benar, yang tepat, adalah modal awal untuk tidak mengalami kecelakaan kerja.
Jadi kalau K3 dengan konotasi Keselamatan Kerja Konstruksi akan lebih baik kalau diambilkan saja dari orang-orang yang telah bekerja di bidang tersebut, khususnya yang mempunyai jiwa kepemimpinan (leader) dan dilatih secara khusus. Dengan mengambil orang-orang di lapangan, maka jelas mereka sudah tahu prosedur kerja yang berlaku (juga S.O.P-nya) pada proyek-proyek yang akan diambil oleh perusahaannya, juga tentang perilaku orang-orang yang bekerja (latar belakang pendidikan, kebiasaan, juga budaya lokal yang perlu diperhatikan). Selanjutnya materi pelatihan yang diberikan langsung pada tujuannya yaitu bagaimana agar beroleh keselamatan. Strategi ini saya kira logis dan tepat sasaran, dan aku juga sering mendengar teman-teman kontraktor yang kadang ke Jakarta sebentar untuk mendapat kursus singkat tentang K3 tersebut.
Saya kira cukup disini dulu diskusinya tentang K3 (Keselamatan Kerja Konstruksi). Moga-moga dapat menjadi pemikiran atau petunjuk untuk segera belajar K3.
Tulisanku lain yang terkait :
- keselamatan kerja – 13 Juli 2008
- pekerja sadar K3 dibanding profesional !? – 12 Maret 2008
- berani hidup atau berani mati ? – 6 Februari 2008
- keselamatan kerja konstruksi – 7 Juni 2007
Construction of the Empire State Building began in 1930 and employed about 3400 workers, most of them were European immigrants, and a few hundred were Mohawk Native Americans who, it is said, didn’t suffer from vertigo. Capture from this http://obviousmag.org.








Tinggalkan komentar