Dari judul di atas dapat diketahui bahwa materi tulisan saya kali ini adalah tentang pemasangan baut mutu tinggi pada struktur baja. Maklum salah satu kegiatan kesehariannya khan menjadi dosen struktur baja, jadi tulisan ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana usahanya menekuni profesi tersebut.
Jika ceritanya adalah tentang pemasangan baut mutu tinggi, apa ya yang kira-kira dapat dibayangkan. Bagi awam yang tahu itu baut maka tentunya dapat membayangkan bahwa cara pemasangannya pasti tidak akan berbeda jauh. Mula-mula kepala baut dipasangkan pada komponen yang akan disambung, yang tentunya pasti sudah dilobangi. Selanjutnya dipasang washer dan mur, lalu diputar kencang-kencang dengan kunci pas atau kunci inggris atau spud wrench (ini istilah di AISC), sekuat tenaga. Jika tenaga kita kurang kuat dapat juga memakai Impact Wrench, itu lho wrench yang digerakan secara pneumatik atau listrik. Simple, selesai bukan.
Jika hanya seperti itu, maka tulisan ini sudah selesai dong. He, he, apa bener hanya seperti itu.
Nah inilah bedanya jika penulisnya mempunyai latar belakang engineer, bekerja sebagai guru dan penganut ngelmu “titen”. Tentu akan berbeda meskipun topik yang ditulisnya hanya tentang pemasangan baut yang bagi orang awam terlihat “kecil”. Jadi jika masih tetap tertarik silahkan saja dilanjut.
O ya sebagai catatan bahwa tulisan ini tidak sekedar hasil copy and paste, tetapi betul-betul original. Penulis sebagai seorang pembaca juga di bidang tersebut bahkan belum pernah menemukan tulisan serupa yang berbahasa Indonesia.
Mari kita buktikan.
Berbicara tentang sistem sambungan pada struktur baja adalah sangat menarik, bagaimana tidak, elemen profil baja kebanyakan buatan pabrik yang sudah tertentu bentuk dan ukurannya. Jadi baru bisa terbentuk menjadi bangunan struktur seperti yang kita harapkan jika telah disambungkan satu dengan yang lainnya. Padahal sambungannya tidak dibuat oleh pabrik baja. Jadi perencanaan struktur baja pada dasarnya hanya sekedar memilih ukuran dan bentuk profil baja dan membuat detail cara penyambungannya.
Berbicara tentang cara penyambungan maka saat ini secara mainstream hanya dikenal dua, yaitu sistem pengelasan dan sistem dengan baut mutu tinggi. Meskipun demikian ternyata tidak setiap orang mempunyai pendapat yang sama tentang keduanya, ada yang prefer sistem pengelasan dan ada yang memilih baut mutu tinggi. Kalau tidak percaya baca saja artikel saya yang ini, termasuk komentar-komentar yang masuk, seru lho.
O ya, di jaman dahulu, di jaman pembuatan jembatan rel KA (jaman belanda) dikenal juga sistem sambungan dengan paku keling panas (hot rivet), tetapi sekarang sudah nggak ada lagi. Jadi nggak kita bahas alat sambung tersebut.
Setelah membaca threat artikel saya tersebut maka terkesan ada pendapat bahwa jika telah dapat digunakan alat sambung baut di lapangan maka hasilnya pasti ok. Beres. Ternyata ada fakta yang berbicara lain. Hari Jumat seminggu yang lalu, saya dan asisten baja di Jurusan Teknik Sipil yaitu saudara Hendrik Wijaya mendapat undangan dari ibu Ir. Lanny Hidayat, MSi. (pakar jembatan) untuk berkunjung ke workshop pabrik baja milik PT. Waagner Biro Indonesia di daerah Balaraja Tangerang. Maklum ibu Lanny ini memaklumi banget kemampuanku dalam menulis, tempo hari khan sudah membaca draft tulisan saya tentang jembatan yang saya tulis dengan dukungan beliau, juga kalau ketemu beliau maka yang diomongkan khan hanya sekitar dunia baja. Jadi dengan maksud agar terjadi link-and-match antara dunia baja di akademisi dan praktek (industri) maka beliau mengajak kami. Trims ya bu, nggak setiap dosen baja mempunyai kesempatan seperti ini.
Workshop yang dimaksud terletak di jl. Raya Serang Km 28, Desa Sukamurni, Balaraja, Tangerang. Karena kampus UPH terletak di Tangerang juga, maka perjalanan kita relatif lancar, masuk tol Karawaci dan keluar ke Balaraja Barat. Lebih gampang lagi karena di pintu tol sudah menunggu pak Demson (bridge engineer dari Waagner Biro) yang sehari-harinya ada di kantor pusat, yaitu di jalan T.B. Simatupang. Trim ya pak Demson atas budi baiknya. Selanjutnya di workshop kami juga ketemu dengan bapak Peter Szigetkozi (manager produksi), orang Hongaria yang pinter berbahasa Indonesia, dan bapak Arif Yulianto (welding engineer dan manager QA). Setelah bertemu ketiga orang inilah maka ketahuan, kalau memasang baut itu tidak sekedar mengencangkan kuat-kuat, ada faktor-faktor yang perlu diketahui sebelumnya. Bahkan diketahui pula, jika memasangnya tidak baik maka resiko terjadinya relaksasi pada sambungan baut mutu tinggi pada jembatan akan sangat besar. Jika itu terjadi maka resiko terjadinya kegagalan fatiq akan terjadi. Tahu khan fatiq, yaitu kerusakan di bawah tegangan leleh akibat beban dinamik kendaraan.
diskusi tentang baut , nampak Peter Szigetkozi, saya dan ibu Lanny Hidayat
Sambungan baut pada konstruksi jembatan berbeda dibanding konstruksi gedung. Untuk jembatan maka mekanisme slip kritis yang digunakan untuk perencanaan sambungan baut, dan bukan mekanisme tumpu. Sampai disini anda paham tidak dengan apa yang saya tulis, jika anda masih bingung tentang apa itu mekanisme slip kritis dan apa itu mekanisme tumpu, maka baca dulu tulisan saya tentang hal itu, di sini.
Mekanisme slip kritis yang memungkinkan sistem sambungan baut tidak mengalami slip ketika dibebani adalah sangat penting sekali untuk menghindari terjadinya kegagalan akibat fatiq. Resiko untuk terjadinya kegagalan fatiq pada jembatan adalah sangat besar karena adanya beban bergerak yang relatif besar dibanding berat sendirinya. Maklum, jembatan khan memang ditujukan untuk beban bergerak tersebut, yaitu kendaraan yang berlalu-lalang di atasnya. Meskipun secara teori statik, suatu sambungan baut yang direncanakan terhadap mekanisme slip kritis juga harus direncanakan terhadap mekanisme tumpu, sehingga secara teori dapat diketahui bahwa ketika mekanisme slip kritis gagal, yaitu terjadi slip, maka sistem sambungan tidak langsung rusak karena kemudian dapat bekerja baut tersebut dalam mekanisme tumpu, tetapi jika kemudian tidak diberikan gaya pretensioned lagi pada baut tersebut maka dalam perjalanan waktu, jembatan tersebut akhirnya dapat rusak karena fatiq tersebut.
Jadi proses pemasangan baut agar menghasilkan gaya pretensioned baut adalah sesuatu yang sangat penting, bahkan vital bagi kelangsungan hidup jembatan tersebut. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk pemasangan baut tersebut. Mari kita baca petunjuk dari AISC tentang itu :
Jadi ada [1] turn-of-nut method; [2] direct tension indicator; [3] calibrated wrench; dan [4] alternative design bolt.
Cara [1] adalah yang paling sederhana dan tidak perlu alat-alat khusus, tetapi agar dapat menghasilkan seperti yang diharapkan maka diperlukan verifikasi terlebih dahulu misalnya dengan cara [3] calibrated wrench. Adapun cara [2] perlu washer khusus dan cara [4] perlu baut dan kunci pas yang khusus pula bahkan para praktisi tersebut berbagi pengalaman bahwa ditemui meskipun katanya produk tersebut memenuhi standar ASTM yang sama tetapi di lapangan hasilnya berbicara lain.
Cara [1] saya sudah pernah memakainya, yaitu ketika penelitian disertasi yang dibantu anak-anak mahasiswa UPH. Yang jelas, tidak semua baut yang dikencangkan dengan cara pasti hasilnya memuaskan. Maklum tidak dilakukan pengukuran gaya pretensioned pada bautnya. Selanjutnya saya akan menceritakan tentang cara [3] yaitu calibrated wrench.
Meskipun jelas-jelas tertulis calibrated wrench, tetapi saya yakin tidak semua memahami apa yang dimaksud dengan istilah tersebut. Bagi yang hanya mengenal baut secara teoritis maka istilah di atas akan dikaitkan dengan penggunaan alat yaitu wrench yang telah dikalibrasi. Betul bukan.
Pertanyaannya adalah, siapa yang mengkalibrasi alat tersebut.
Ya jelas dong pak, pasti di Laboratorium Kalibrasi yang sudah diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Nasional yaitu Komite Akreditasi Nasional ( KAN ). Betul khan pak.
Saya yakin banyak yang akan menjawab seperti itu. Jika demikian maka yang bersangkutan adalah belum mengetahui dunia per-bautan, termasuk saya ketika itu. 🙂
Ternyata untuk mendapatkan jawaban yang benar, kita harus tahu teori dan juga praktisnya. Prinsip dasar dari pemasangan baut mutu tinggi yang akan dikerjakan dengan mekanisme slip-kritis, yaitu pada baut harus terjadi gaya pretensioned seperti yang tercantum pada AISC, lihat tabel berikut.
Jadi jika mau pakai baut diameter 20, yaitu M20 maka pemasangan yang baik adalah jika setelah pemasangan pada baut tersebut terdapat gaya pretensioned sebesar 142 kN, itu kalau baut mutu ASTM A-325. Ingat itu adalah gaya minimum, jadi boleh saja lebih tinggi, resiko paling-paling bautnya putus. 🙂
Mekanisme standar pengencangan baut dan gaya-gaya yang terjadi
Masalahnya adalah bahwa gaya yang tercantum pada tabel J3.1 adalah gaya pada baut (Tension in bolt pada gambar di atas), yaitu kN atau Kips, padahal kalau mengencangkan pakai wrench yang dilengkapi dengan torque meter yang dapat dibaca adalah gaya torsinya. Ini contoh dial pembacaan yang dapat dilihat pada wrench yang dilengkapi torque meter.
pembacaan pada wrench yang dilengkapi torque-meter
Jadi intinya, kalau hanya mengandalkan wrench terkalibrasi saja maka jelas adalah sangat sulit atau dapat dikatakan tidak bisa memenuhi ketentuan yang ada pada tabel J3.1 tersebut. Jadi ?
Yah seru khan. Inilah perlunya saya menulis ini. Masih mau lanjut.
Baik, tapi kita lihat dulu ya bahwa materi ini kelihatannya kecil tetapi ternyata dapat menjadi industri besar, industri untuk menyediakan alat-alat pengencang baut yang dilengkapi dengan torsi-meter, lihat saja ada banyak macamnya lho.
COMPUTORQ3 Electronic Torque Wrench (BlueTools.com)
Dial Type Wrenches (Consolidated Devices Inc.)
Dial Measuring Torque Wrenches (Norbar Torque Tools Pty Ltd)
Yah masih banyak lagi, jika penasaran Google aja. Ok.
Jadi dari data-data di atas dapat diketahui ada alat atau prosedur lain yang diperlukan untuk mengkonversi antara besarnya gaya torsi pengencangan (torsi yaitu misalnya kN-m) dengan gaya internal baut yang dihasilkan (kN). Di workshop Waagner Biro itu mendapat jawabannya, yaitu diperlukan alat yang namanya Skidmore-Wilhem. Ini bentuknya :
Skidmore-Wilhem alat pengukur gaya pretensioned pada baut
Kelihatannya kecil, tetapi menurut bapak Peter Szigetkozi ini harganya cukup mahal, katanya 90 jutaan. He, he, dapat dipastikan di universitas kita tidak ada yang punya. Kalau punya, maka dapat dipastikan juga bahwa riset tentang baut-nya pasti hebat. Betul nggak.
Dari penjelasan bapak Peter, pakar baja asal Hongaria yang fasih berbahasa Indonesia tersebut diperoleh penjelasan bahwa peralihan antara torsi (akibat pengencangan) menjadi gaya internal baut (pretensioned baut) itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti misalnya:
- Mutu baut itu sendiri, seperti misalnya pembuatan ulir atau threat dari baut itu sendiri, mutu washer. Oleh karena itu disimpulkan bahwa baut hanya boleh dipasang jika baut, mur dan washer dihasilkan oleh pabrik yang sama.
- Cara pemberian lapisan hot-dip galvanish. Seperti diketahui bahwa baut untuk jembatan harus dilindungi karat dengan hot-dip galvanish. Cara tersebut memberikan tambahan lapisan pada baut, yang mana itu berpengaruh pada permukaan ulis dan mur-nya, jadi bisa membuat “seret” pada waktu pengencangannnya. Jadi bisa-bisa gaya torsinya besar tetapi tidak berubah menjadi gaya internal baut. Bahkan jika dipaksa maka lapisan galvanish baut bisa lecet –> suatu saat nanti bisa menjadi pemicu korosi. Umur jembatan turun.
- Cara pemberian lubricant. Wah betul, baut itu dipasang dengan diberikan lubricant. Bagi kita yang mungkin awam, pemberian lubricant atau semacam pelumas pada baut tentu memberi rasa kuatir, bagaimana nanti bisa copot. Saya dulu juga berpikir demikian. Tetapi ternyata pemberian pelumas / lubricant ini sangat berpengaruh pada pengalihan gaya toris ke gaya tarik baut, bahkan bisa melindungi lapisan galvanish ketika dikencangkan mur-nya tidak rusak. Macam lubricant-nya ternyata juga tertentu. Kemarin diuji-cobakan di bengkel Wagner Biro ketika digunakan oli biasa, maka ketika dilihat bautnya terlihat secara visual bahwa lapisan hot-dip-galvanishnya lecet. Adapun lubricant yang disarankan adalah lubricant yang berbasis Molybdenum.
Adanya parameter-parameter tersebut menyebabkan besarnya torsi yang diberikan pada wrench tidak bisa konstan untuk setiap proyek. Jadi pada suatu proyek, ketika sudah ditetapkan pasokan baut mutu tingginya, maka sebelum proses pemasangannya perlu dilakukan proses kalibrasi dengan alat tersebut. Dicocokkan besarnya gaya torsi yang diperlukan dan besarnya gaya pretensionied baut yang dihasilkan, tentunya memakai beberapa sample baut yang akan digunakan. Ini prosesnya:
proses kalibrasi wrench, terlihat pak Demson (engineer Waagner Biro)
Pada gambar terlihat proses pencatatan besarnya gaya torsi yang diperlukan untuk menghasilkan gaya pretensioned sesuai tabel J3.1 yang terlihat dari mesin Skidmore-Wilhem. Dari situ selanjutnya dapat diketahui berapa gaya torsi yang akan digunakan untuk pengencangan baut agar dihasilkan baut dengan mekanisme slip-kritis.
Yah, ternyata ngelmu pemasangan baut itu tidak gampang, tidak bisa diperoleh sekedar membaca dari buku. Itulah perlunya link-and-match antara perguruan tinggi dan industri. Untunglah konsep link-and-match tersebut mudah aku usahakan karena adanya blog ini.
Kenang-kenangan dalam rangka link-and-match.
Penulis di Workshop Waagner Biro di Balaraja (4 Februari 2011)
<< up-dated>>
Ada data tambahan berkaitan pengencangan baut mutu tinggi dari bapak Sanny Khow, bridge engineer di California. Foto diambil dari Facebook beliau.
Computerized Skidmore Wilhelm – for bolt testing, mesin ini akan mengeluarkan semua data data seperti inspection torque, bolt tension.
Hydraulic wrench for bolt installation and testing for areas not accesible by other type of wrenches.
A pneumatic torque wrench is an air driven tool designed to apply a specific, pre-set amount of torque or tension to a fastener. The gun is so small that it can be used for areas that are not accesible by general wrenches both installation and testing.
Hmm, tapi kalau pakai baut, nanti seperti Jembatan Suramadi. Ndak berapa lama jalan, bautnya sudah di tangan penadah besi tua 😦
SukaSuka
1. kompatibilitas HS bolts, nuts, washers
bolts dan nuts di buat oleh fabricator dan di kategorikan dalam Rotational Capacity (RC) sets.
Setiap RC set harus di simpan dan tdk boleh di mixed dgn komponen dari RC yang berbeda.
2. Menyambung slip-critical joints
joint ini gagal jika terjadi slip. ketika bolt di tension terjadi clamping force antara permukaan baja.
karena gaya gaya di transferred melalui friksi antara pelat baja, permukaan baja harus memiliki blast profile
(roughness) dari contact (faying) surface dengan koefisien friksi yang tertentu (misal 0.5).
biasanya semua connections yang dibuat dari HS bolts adalah slip critical connection.
karena semua baja selalu di paint (cat), maka cat itu harus memenuhi kriteria slip critical connection.
Cat harus di test sehingga bisa develop the friction required between faying surfaces.
3. Installation method
3.1 turn-of-the nut
3.2 turn of the bolt head – ada tempat tempat tertentu dimana turn of the nut tdk praktis.
washer selalu harus di tempatkan dibawah turned element, regardless of whether the nut or bolt is the turned
element
4. bolt pre-installation testing
test for rotational capacity
test for minimum tension verification
test for minimum bolt pretension
check bolt threads for stripping
5. Stick-out
minimum, bolt end harus flush dengan face of the nut. Ini supaya nut sudah fully engaged
maximum 6mm
6. menentukan Inspection Torque, buat inspeksi di lapangan
7. menentukan Inspection pressure kalau hydraulic wrench yang dipakai, buat inspeksi di lapangan
SukaSuka
Terima kasih atas informasinya. Hal-hal seperti ini tidak mudah dicari literaturnya, di buku-buku struktur baja bahkan rasa-rasanya belum ada yang menyinggungnya.
SukaSuka
Pak, iya memang semua belajar di lapangan. Hal hal seperti ini lebih kearah construction management.
Dulu waktu kuliah kan kita diajar sambungan mungkin satu dua minggu, itupun ada weld dan bolt.
Ternyata weld dan bolt itu adalah dua ilmu yang sangat detail. Kalau ada orang bilang bolting itu mudah; itu tidak benar sama sekali. Kita sering menjumpai failed connections dan bolt nya harus di ganti semua. Satu biji bolt yang kita pakai harganya bisa sampai USD 50 atau Rp 500.000 diameter 30mm dan panjang 250mm
SukaSuka
Pak Wir,
Apa ini yang dipakai di Nakagin capsule tower di Jepang?
linknya :
http://www.archdaily.com/110745/ad-classics-nakagin-capsule-tower-kisho-kurokawa/
SukaSuka
Wah terima kasih infonya..
SukaSuka
salam pak wir, saya ingin tanya bagaimana cara memodelkan tangga putar pada sap2000 pak (seperti pada buku bapak) ? thx
SukaSuka
Pak,
Yang ini the most advanced tool for bolt tensioning. Kita hanya perlu snug, match marking and set the angle (1/2 turn or 2/3 turn). Perfect. this is an electric tool.
http://www.gwyinc.com/products/tn.html
SukaSuka
Jadi semacam pengembangan dari metode turn-off-nut ya. Wah menarik itu, saat ini saya di sini sedang membimbing seorang mahasiswa S2 untuk penelitian tentang baut. Lumayan ada dukungan dari pihak industri, bahkan praktisi ekspatria-nya mau ikutan terlibat. Kelihatannya belum ada itu, teman-teman di indo yang membuat penelitian seperti ini, meskipun di luar sudah bukan hal yang asing lagi. Di sini belum banyak yang melihat bahwa baut mutu tinggi menarik untuk dibuat penelitian. Tetapi masalahnya adalah bahwa yang melihat bahwa performance baut mutu tinggi adalah sangat penting adalah orang-orang yang terlibat dengan proyek jembatan. Kalau gedung, kelihatannya pada nggak peduli. Maklum, di gedung nggak ada fatig.
SukaSuka
This is the easiest but the most expensive
http://www.appliedbolting.com/video-dti-and-squirter-dti-definition.html
SukaSuka
Salam kenal gan . . .
http://freebali.wordpress.com/
SukaSuka
mahal ya pak
SukaSuka
trimakasih pak infonya, sangat menarik sekali pak
untuk tabel torsi sendiri bagaimana pak, yang di jelaskan bapak pada pretension saja, kalo saya tidak salah tangkap, kuat baut tersebut mengalami tegangan akibat torsi,
mohon penjelasanya
SukaSuka
Mohon tanggapakannya pak.
saya dan team sedang melakukan joint/ sambungan pada struktrur gantry dengan meterial Siku, L125x125x7.
Sambungan ini menggunakan metode sabungan dengan baut (bolt joint).
Karean posisi sambungan lubang yang sangat sempit, jadi kami melakukan pemasangan baut dengan cara terbalik selang seling.
apakah pemasangan baut ini aman dan sesuai untuk standart penyambungan struktur baja.
Standart yang digunakan adalah AS 1511
Baut M20x65 (Hotdip gavanized) 8.8T
Terimakasih atas saran dan masukannya.
Nirwan
SukaSuka
@Nirwan,
Sambungan struktur gantry, cenderung menerima beban dinamik. Jika demikian apakah ada persyaratan bahwa baut mutu tinggi yang anda gunakan dipersyaratkan untuk bekerja pada mekanisme slip-kritis dan bukan sekedar mekanisme tumpu. Sistem sambungan baut dengan mekanisme slip-kritis dapat menghasilkan sistem sambungan yang bebas slip. Umumnya jumlah baut akan lebih banyak, dan persyaratan pengencangan nut (mur) perlu mengikuti suatu standar tertentu, tidak sekedar asal pasang.
Adapun pemasangan terbalik yang anda maksud adalah kepala baut-nya yang bolak-balik. Jika demikian selama proses pengencangannya (yang diputar adalah nut atau mur) maka tentu tidak menjadi masalah.
Moga-moga membantu.
SukaSuka
jadi pingin tau sejarah baut.
SukaSuka
wah kebetulan saya dilapangan pak untuk erection jembatan baja. ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan
1. untuk kalibrasi kunci momen apakah ada jangka waktunya? misal dalam kunci momen dulu saya sudah kalibrasi diproyek yg lama, dan akan saya pakai kembali diproyek yg baru tanpa harus saya kalibrasi dulu ( tipe dan merk baut sama ).
2. Untuk baut >M36 apakah tidak perlu melakukan pretension sehingga sambungan yang didesain cukup tipe tumpu?
3. apakah jembatan bailey rentan terhadap fatigue karena antar pannelnya menggunakan sambungan pin atau karena jembatan bailey digolongkan temporary bridge sehingga fatique diabaikan?
Terima kasih atas saran dan masukkannya
Jimmi
SukaSuka
besarnya pengencangan dengan kunci momen tergantung dari baut (merk, panjang, kondisi pelumas dsb-nya). Itulah mengapa pada code diminta sebelum digunakan perlu dilakukan kalibrasi. Jadi jelas akan menjadi pertanyaan kalau mengandalkan data proyel lama. Ini bukan tentang kalibrasi untuk ketelitian kunci momen itu lho, tapi besarnya nilai momen yang akan digunakan untuk mengencangkan baut tsb.
Semua baut mutu tinggi, perlu diberikan pretension tertentu. Tidak sekedar didesain sebagai mekanisme slip kritis atau tumpu. Pretensioning diperlukan agar nut tidak mudah lepas, apalagi jika orang-orang disekitar proyek pada suka iseng. Bisa-bisa baut bisa hilang semua.
AASHTO mensyaratkan untuk bagian jembatan yang utama harus direncanakan terhadap mekanisme slip-kritis. Itu maksudnya adalah untuk menghindari resiko fatique. Jika diketahui sistem jembatan tersebut berperilaku sambungan sebagai tumpu, maka jelas jika dipakai dalam jangka waktu lama akan beresiko tinggi terhadap fatique. Jadi kalau memang sifatnya temporary tentunya dapat dimaklumi.
SukaSuka
salam kenal pak wir.
saat ini saya sedang melakukan pemasangan pipa bawah laut pak. dimana penyambungannya menggunakan baut dengan diameter 50.8 mm, kira2 ada ga pak standar pengencangan untuk ukuran baut sebesar ini pak, dan bila melakukan pengencangan dibawah laut, apakah pneumatic impact bisa digunakan, untuk mengetahui kekencangan baut tersebut. mohon sarannya pak wir
terima kasih sebelumnya
SukaSuka
sdr Maekal,
Ukuran baut yang sebesar 50.8 mm, wah kelihatannya bukan baut untuk konstruksi baja pada umumnya ya pak. Maklum di AISC (2005) ukuran standar baut mutu tinggi adalah 1.5 inch atau 36 mm (M36).
Jadi langkah pertama tentu perlu melihat dokumen kontraknya dulu pak, persyaratan teknis apa yang sebaiknya diikuti.
Selanjutnya dilihat juga orientasi baut terhadap perkiraan gaya-gaya yang bekerja, tepatnya baut bekerja sebagai baut geser (tegak lurus baut) atau baut tarik (searah dengan baut).
Jika baut geser, maka perilaku kerja bisa friksi (slip kritis) dan tumpu. Nah disini strategi pengencangan menentukan. Sedangkan untuk baut tarik, maka tentunya persyaratan slip kritis nggak ada, sehingga pengencangan baut tidak menentukan kekuatan , tetapi dalam hal ini presisi ukuran lobang. Kalaupun ada proses pengencangan maka dimaksud agar tidak mudah lepas.
Pipa bawah laut, pasti diharapkan tidak bocor, Bagaimana detail sambungan, apakah ada seal yang mencegah bocor atau hanya mengandalkan detail baja ke baja. Jika detail baja-ke-baja maka agar rapat ditentukan juga oleh gaya pretensioning, dalam hal ini ada kemungkinan pengencangan baut untuk mendapatkan gaya pretensioning tersebut.
Yah, intinya detail sambungan juga perlu menjadi pertimbangan cara pengencangan baut yang baik. Tidak asal putar aja pak.
Salam
SukaSuka
Salam kenal Pak Wir,
Saat ini saya sedang menghitung berapa besarnya gaya torsi yg digunakan untuk mengencangkan baut M20, pretension 145 kN. Saya menggunakan rumus pendekatan T(torsi) = k.D.F dimana k=nut factor, D= diameter baut, F=pretension. Untuk nut factor saya gunakan 0.2 sehingga menghasilkan gaya torsi sebesar T = 0.2×0.02×145 = 0.58 kN.m. Menurut Bapak, apakah gaya torsi tersebut terlalu besar atau kurang?Dalam hal ini,saya agak kesulitan dalam pemilihan nut factor yg besarnya range 0.15 – 0.3 tergantung kondisi pemasangan. Apakah ada rule of thumbs dalam menghitung gaya torsi yg dibutuhkan jika diketahui gaya pretension baut? mohon sarannya Pak Wir
Salam
SukaSuka
Salam Kenal pak…. Mohon informasi diklat atau seminar masalah pengencangan mur baut Jembatan yg bisa menerbitkan sertifikasinya . Dan kalau mungkin apa koneksi teman yg memiliki serifikasi pengencangan mur baut Jembatan bisa hubungi kami email triadi82@yahoo.com… Tkx
SukaSuka
Pak saya mau bertanya tentang pemasangan pipa ulir , berapa syaratnya minimum ulirnya tidak masuk kedalam coupling, sekalian standardnya ya pak. Terimakasih
SukaSuka
Selamat pagi pak, saya singgih dari poltek malang pak, saya tertarik dengan artikel yg ditulis pak Wiryanto Dewobroto berkaitan pengencangan baut mutu tinggi, kira” bapak memiliki refrensi tentang pengencangan baut mutu tinggi karena topik skripsi saya tentang jembatan rangka busur trisula di blitar pak, jadi saya mau membandingkan pengencangannya bautnya, sama atau tidak antara penggunaan alat berat mast crane yang existing di lapangan sekarang dengan tower crane yg sebagai alternatif penelitian skripsi saya pak,
terima kasih atas perhatiannya pak,
SukaSuka
dik Singgih, saya kurang jelas dengan yang anda maksud dengan pengencangan baut. Mengapa perlu dibandingkan dengan alat berat mast crane yang existing dan tower crane. Apa ya hubungannya. Bingung mode on.
SukaSuka
Pak Wir mohon penjelasan
Saya awam dengan masalah baut, tetapi ini meneruskan pertanyaan dari kawan
Apakah semua ukuran baut dan semua mutu baut boleh diuji dengan kunci momen?
Atas penjelasannya saya mengucapkan terima kasih banyak.
SukaSuka
Sdr Imam, apa yang dimaksud dengan “boleh di uji dengan kunci momen”. Maklum, kunci momen fungsinya bukan untuk menguji. Fungsi kunci momen adalah untuk menetapkan seberapa besar suatu gaya puntir yang telah diberikan pada proses pengencangan baut. Selanjutnya dengan alat Skidmore Wilhem, seperti yang diulas diatas dapat dilakukan kalibrasi, dikorelasikan dengan gaya pretensioned yang tercapai pada baut. Maklum, efisiensi dari gaya puntir ke gaya pretesioned baut terpengaruh oleh banyak hal, tidak setiap baut pada sambungan memberikan efisiensi yang sama. Gitu lho.
Nah menyangkut, berbagai mutu, maka intinya kunci momen adalah untuk mendapatkan gaya pretensioned pada baut. Dari situ saja sudah diketahui bahwa tidak semua baut dapat diberikan gaya pretensioned, hanya baut mutu tinggi seperti A325 dan A490 saja atau yang setara maka kunci momen itu berguna. Untuk baut lain, nggak perlu itu. Tapi kalau mau dipakai juga nggak apa-apa. Maklum, untuk baut biasa yang dipaksakan diberikan gaya torsi seperti baut mutu tinggi, maka bisa-bisa bautnya putus. Ingat gaya pretensioned pada baut mutu tinggi minimum adalah 0.7 Fu-nya. Sedangkan baut mutu biasa, mutunya jauh dibawah baut mutu tinggi.
SukaSuka
Terima kasih banyak atas penjelasannya pak Wir.. nah ini agak mudeng dikit pak.
Saya mau tanya lagi pak Wir, untuk gelagar cat walk di jetty menggunakan steel pipe, karena panjang maka pipanya harus disambung menggunakan baut M16 mutu A325.
Berapa gaya pretensionednya baut tersebut harus dicapai sbb dalam desainnya tidak disebutkan.
Kemudian untuk pemasangan fender apakah boltnya perlu dicek gaya pretensionednya?
Demikian pak, mohon penjelasannya.
SukaSuka
yth. Bp. Wiryanto
apakah sudah ada standar ( tabel ) dari hasil uji alat Skidmore Wilhem terhadap berbagai kondisi baut …???
mungkin dapat dipakai sebagai acuan secara cepat untuk aplikasi dilapangan
Respons :
SukaSuka
selamat pagi pak wir,
saya tertarik sekali nih dengan artikel diatas,
ada sedikit yang saya tanyakan.
hubungan kunci momen sama gaya yang terjadi pada gaya batang untuk mendesaign sambungan apa pak?
misal Momen pd gaya batang 5Knm jumlah baut hasil perhitungan 5 buah.
terimakasih pak.
SukaSuka
@gunawan
hubungan antara kunci momen dan gaya batang, tidak terlihat secara langsung. Gaya-gaya batang diperoleh dari hasil analisa struktur yang tidak memperhitungkan sistem sambungan apa yang dipakai (hanya dianggap apakah sambungannya pin atau kontinyu).
Kunci momen itu hanya berlaku untuk pemasangan baut, apakah sistem hubungan pada baut (mutu tinggi) tersebut sebagai slip-kritis (ini yang sangat tergantung dari cara pengencangan) atau sistem tumpu biasa (ini bisa mengalami slip, jika cara pengencangan tidak tepat maka pasti akan masuk pada kategori ini).
O ya, sistem sambungan baut mutu tinggi dengan mekanisme slip-kritis adalah wajib untuk konstruksi jembatan, yaitu untuk mencegah terjadinya fatig. Adapun untuk gedung, nggak ada syarat khusus. Jadi pakai sistem tumpu. Kalaupun diminta sampai pada pengencangan tertenut pada struktur gedung maka itu sekaligus juga untuk menguji bautnya. Maklum, pengencangan baut menimbulkan gaya prategang pada baut, jadi jika bautnya tidak bermutu maka sekaligus mengujinya. Gitu dik.
SukaSuka
salam pak wir.
ada beberapa yang saya tanyakan
1. bagaimana cara singkat untuk menghitung moment untuk mengencangkan baut?
2. apakah ada kursus yang khusus untuk membahas masalah perbautan? kalau ada lembaga apa y?
mohon bantuannya dan terimakasih
SukaSuka
Asik sepertinya baca blog ini. Yah karena saya awam baca jadi kurang paham tapi intinya bagus banget tulisanya. tanya aja. Saya coba hitung kuda2 masjid bentang 20 meter sudah selsesai(ngak tahu sudah benar atau salah)?nah sambunganya baut 16mm, baut nya harus digunakan yg mana ya. maaf belum tahu? ada yang bisa membantu
SukaSuka
O kalau untuk kayu, pakai baut biasa saja pak. Nggak perlu baut mutu tinggi.
SukaSuka
Salam kenal , Pak Wir
Untuk menhitung torsi yang dibutuhkan untuk mengencangkan U-bolt pada chassis truck, sebenarnya apakah Torsi nya disesuaikan dengan diameter bautnya atau Torsi nya di buat maksimal supaya Chassis diatas chassis truck nya tidak bergerak?
SukaSuka
MEMILIH hydraulic torque wrench dapat di check di :
http://hydrotorsi.blogspot.com/2012_11_17_archive.html
semoga bermanfaat
SukaSuka
maaf Pak wir.. agak urgent nich… sy lupa ttg arrangement ttg berapa ulir atau drat yg tersisa (nongol ) dari mur nya setelah dikencangkan dng standard Torsi yg diizinkan.mohon sekalian dng referensinya ya.. Terimakasih banyak, pak.
SukaSuka
Selamat Pagi Bpk. Wir,
Maaf nih pak, nanya nya seperti ini?
Saya senang baca artikel bapak, semakin menambah wawasan saya, kebetulan saya bukan dengan basic teknik tetapi kesehatan.
Mohon infonya nih pak, di tempat saya bekerja, sering dilakukan proses hydrotest, misalnya pada vessel, full water, dan benda kerja lainnya. Di proses persiapan, kita melakukan pengencangan baut dengan menggunakan kunci pas. Karena baut yang digunakan minimal dengan diamater 10-15, kunci harud dipukul, sheingga ada potensi kunci pas terpental, ada 1 atw 2 kasus kecelakaan yang berhubungan dengan prosedur kerja ini. yang ingin saya tanyakan, bagaiana standar safety untuk pengencangan baut/mur? apakah penambahan kunci momen akan lebih aman?
Mohon informasinya ya Bapak.
Terima kasih.
Salam
SukaSuka
Pak Wir, untuk tower lattice apakah sama dengan pengencangan baut pada jembatan?
Saya mendapatkan referensi preventive maintenance untuk tower lattice min. torsi M12=40Nm, M16=100Nm, M20=200Nm, dan M24=325Nm tapi tidak menemukan angka yang mendekati nilai standar untuk minimum pengencangan baut grade 8.8.
Apakah bisa menggunakan angka diatas sebagai referensi?
Terimakasih
SukaSuka
Baut pada jembatan perlu pengencangan khusus karena direncanakan agar bekerja dengan mekanisme slip kritis. Itu perlu untuk antisipasi bahaya fatig. Apakah tower anda juga direncanakan untuk itu. Maklum kapasitas baut jika memakai mekanisme slip kritis kira-kira hanya 1/3 – 1/2 dari baut yang bekerja pada mekanisme tumpu. Umumnya non-jembatan, untuk atap atau yang menerima beban statis tidak perlu harus dengan mekanisme slip kritis.
SukaSuka
Pak Wir,
Mohon informasinya ketinggian minimal sisa draat pada angkur bolt yang tercor pada pedestal setelah dilakukan pengecangan mur?
terimasih.
SukaSuka