Kompas, Sabtu, 31 Agustus 2013, halaman 12 : “Unsrat Wajibkan Naskah Akademik Ditulis Tangan“.

Berita kecil tentang dunia pendidikan di Indonesia, khususnya dari kampus Universitas Sam Ratulangi, Menado. Pada berita tersebut disebutkan bahwa dalam rangka mencegah plagiarisme yang mewabah di sana, maka pihak kampus mewajibkan mahasiswa S-1 dan S-2 menulis tangan untuk setiap naskah akademik mereka.

Itu tadi sedikit rangkuman dari berita di Kompas Sabtu ini. Tidak tahu kenapa, mengapa aku tertarik sekali untuk mengulas hal di atas.

OK, sebelum mengemukakan apa pendapatku, maka ada baiknya aku tanyakan dahulu kepada anda sekalian. Apakah berita di atas dapat dianggap sebagai suatu terobosan baru di dunia pendidikan di Indonesia atau bahkan suatu kemunduran. Apakah pendapat anda ?

Bagi Rektor Unsrat, Bapak Donald A. Rumokoy tentu tidak perlu ditanya lagi. Maklum beliau pada berita tersebut sangat yakin sekali bahwa kebijakan menulis tangan tersebut akan memutus mata rantai plagiarisme. Bahkan beliau juga menyajikan data bahwa ada sekitar 50% tugas akademik mahasiswa dilakukan dengan menjiplak naskah temannya atau materi akademik lain melalui internet. Kebijakan Rektor mendapat dukungan di bawah, bapak Jeffery Kindagen, Dekan FT Unsrat mengamini dan menyatakan juga bahwa hal itu telah diberlakukan di fakultasnya.

Terlepas apakah tindakan tersebut populer bagi mahasiswanya atau tidak, tetapi aku berpendapat bahwa tindakan meminta tulisan tangan untuk naskah akademik adalah terlalu naif jika tujuannya adalah untuk mencegah plagiarisme. Berbeda tentunya jika hal itu dimaksudkan agar para alumninya mempunyai tulisan tangan yang bagus. 🙂

Kenapa aku bilang naif, maklum yang namanya plagiarisme itu terjadi bukan karena adanya kemudahan mendapatkan informasi (internet) dan teknologi copy-and-paste (komputer). Itu berasal dari niat atau pikiran pelakunya, yaitu suatu tindakan yang tidak bermoral dari kaca mata akademisi.

Bagiku, jika ada mahasiswaku yang tertangkap tidak jujur seperti itu maka jelas tidak ada ampun. Naskah akademik yang dibuat jelas-jelas tidak perlu dinilai, bahkan kalau perlu diusulkan tidak lulus.  Di tempatku, hal itu masih dalam kewenangan dosen untuk melakukannya. Jadi heran sekali bila sampai Rektor menyatakan secara terbuka bahwa ada hampir 50% mahasiswanya melakukan tindakan menjiplak.

Pertama, apakah dosen di sana tidak mempunyai kewenangan yang sama, seperti dosen dalam pemahamanku. Saya kuatirnya, bahwa tahunya plagiarisme bukan dari dosen penanggung-jawabnya langsung, tetapi dari orang lain setelah naskah akademik tersebut selesai dinilai. Jika demikian, berarti dosen pemberi tugas tidak memeriksa dengan baik. Atau bisa juga, memeriksa (membaca) tetapi tidak tahu kalau itu naskah contekan.

Ya, ya, alasan terakhir tersebut rasanya logis. Maklum, kadang dosen minta untuk membuat tugas, tetapi banyak yang nggak memeriksa isinya. Maklum, tugas itu hanya sekedar melatih mahasiswa untuk belajar sendiri. Jadi kalau copy and paste sebenarnya yang rugi mahasiswa sendiri. Tetapi jika hal tersebut terjadi juga pada naskah skripsi, maka kebangetan juga. Jika itu yang terjadi, maka sebenarnya yang nggak bermutu itu dosennya tersebut, maklum pembimbing koq nggak sampai tahu materi yang ditulis mahasiswa bimbingannya. Ini pasti dosennya nggak bekerja maksimal atau bisa terjadi mahasiswa bimbingannya terlalu banyak.

Ke dua, adanya keputusan untuk menulis tangan apakah tidak seperti sebuah kemunduran. Seperti diketahui, dalam rangka dapat bersaing di kancah internasional kita selalu berupaya untuk mengembangkan diri, mulai dari melek teknologi dan juga melek bahasa. Kebijakan tulisan tangan jelas tidak mendukung upaya melek teknologi yang dimaksud. Bisa-bisa, kebijakan rektor tersebut seperti meniru guru-guru silat yang ada di komik, yaitu agar ilmu muridnya tidak melebihi gurunya. Memang, bukan karena alasan takut kalau dipecundangi murid, tapi karena plagiarisme tersebut.

Plagiarisme pastilah juga bisa terjadi di kampusku. Untuk itu aku tidak perlu takut. Langkah pertama yang aku lakukan adalah berpikir positip, bahwa murid-muridku aku anggap mempunyai moral yang baik. Untuk itu aku selalu sampaikan hal itu. Dengan catatan bahwa aku juga nyatakan bahwa moral yang baik adalah hal yang utama bagi seorang mahasiswa  yang akan jadi engineer. Jadi kejujuran adalah penting. Oleh karena itu aku tidak mau jika mereka melanggar hal itu. Maklum, jika aku punya bukti bahwa mereka melakukan hal itu maka namanya aku coret saja. Nggak perlu jadi muridku. Informasi bahwa aku suka kejujuran adalah penting, sehingga mereka mengerti apa yang aku harapkan.

Aku adalah pembimbing kerja praktek (semua murid) dan juga skripsi (yang tertarik). Untuk mengatasi adanya plagiarisme dalam pelaksanaannya maka konsultasi atau tepatnya diskusi antara dosen dan mahasiswa adalah wajib hukumnya. Dari frekuensi diskusi yang disampaikan, tentunya dapat diketahui awal dan akhirnya. Yakin deh, kalau sekedar copy and paste pastilah tidak bisa melakukan diskusi secara baik. Nah tentang hal ini tentu tidak setiap dosen dapat melakukannya. Mengajar, wah itu nggak usah ditanya, dosen pasti bisa, tetapi membimbing kepenulisan, itu akan berbeda. Maklum tidak semua dosen bisa menulis dengan baik khan. Aku kawatir, jangan-jangan keputusan rektor tersebut akibat itu. Wah gawat itu. 😦

Opini lain tentang bagaimana melakukan pendidikan :

6 tanggapan untuk “Naskah akademik tulisan tangan”

  1. ipanase Avatar

    nyimak pakdhe

    Suka

  2. Info Kesehatan Avatar

    Niatnya mungkin baik, tapi menurut kami ini termasuk kemunduran. Karena tidak memanfaatkan teknologi yang ada.
    Coba manfaatkan tools copyscape.com (meskipun tentu saja ada keterbatasan)

    Suka

  3. Jefrey Kindangen Avatar
    Jefrey Kindangen

    Kami tidak pernah diwawancarai oleh satupun wartawan Kompas. Awal berita dari wartawan koran lokal Komentar yang menurunkan beritanya dari bahan diskusi yang sudah lama terjadi kurang lebih 3 bulan yang lalu.

    Dalam diskusi berdua tersebut diulas beberapa kejadian menjiplak dari mahasiswa terutama pada tugas desain di Jurusan Arsitektur yang saya sendiri dapati, sehingga salah satu caranya adalah mengharuskan dengan menggambar sendiri tanpa CAD dan sejenisnya.

    Tidak pernah ada anjuran bahkan keputusan untuk mengharuskan naskah akademik skripsi, thesis ataupun disertasi dengan tulisan tangan!! Terima kasih kepada beberapa dosen UI yang telah mengkonfirmasi kebenaran isu tsb langsung ke Unsrat, mereka telah mencerminkan akademisi tulen, tapi selain mereka itu dapat dipertanyakan sikap akademiknya.

    Hormat: Jefrey Kindangen, Fakultas Teknik Unsrat

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Syukurlah yang terjadi sebenarnya tidak demikian. Sudah ada konfirmasi langsung dari pihak Unsrat.

      Meskipun satu sisi sudah lega, tetapi saya tergelitik dengan pernyataan anda , bahwa yang tidak mengkonfirmasikan langsung ke ke Unsrat adalah tidak akademisi, untuk itu mohon penjelasan.

      Opini tertulis yang disampaikan didasarkan pada berita tertulis resmi, yang beredar ke seluruh Indonesia. Mestinya pihak saudara memberi tanggapan resmi ke Kompas, jika memang benar apa yang mereka beritakan tidak benar.

      Suka

  4. Erika Drink Avatar

    hari gini nulis tangan? OMG…..
    Skripsi kan tebel banget ada bisa 100 – 200 halaman. kalo tulisan tangan yg pasti akan banyak tipeks di sana sini. Blm lagi buat diagrm/grafik. Lebih enk mlihat grafik buatan komputer dari pada tulisan tangan.
    kalo yg plagiat ya gampang aja test nya, tanya aja tentang skripsi nya …..kalo banyak nggak taunya artinya hasil nyontek.

    http://www.promomainan.com
    http://www.mobil-sewa.com
    http://www.supplierbaut.com/
    http://www.netsprogram.com

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com