Info penting bagi komunitas teknik sipil (dosen, mahasiswa dan praktisi) yang tertarik di bidang pembelajaran Analisa Struktur (Structural Analysis). Teman-teman di UNNES telah mewadahi pertemuan penting di Semarang ini. Gunakan kesempatan itu untuk saling berdiskusi, untuk meningkatkan kompetensi diri sekaligus menambah jaringan pertemanan seprofesi.
Ini posternya :
seminar hanya 20 menit apa bermanfaat ?
SukaSuka
Komentar yang kritis mas Ananto. Semoga ini menjadi perhatian panitia.
Sebagai nara sumber, saya hanya mencoba menyiapkan sebaik mungkin. Apa yang ingin saya sampaikan seperti biasa tidak hanya mengandalkan power-point, tetapi juga dituangkan dalam paper, sekaligus untuk menunjukkan kalau yang ngomong dosen itu berbeda dengan politikus. Saat ini sudah tertulis sekitar 14 halaman, dan tentunya dalam berjalannya waktu akan bertambah.
Jadi minimal 20 menit tersebut bisa saya uraikan garis besarnya. Selanjutnya pada waktu diskusi yang diberikan selama 1 jam tersebut, peserta sambil membaca paper dapat berperan aktif menyampaikan tanggapan atau bertukar gagasan.
Namanya khan lokakarya, dan paper yang saya tulis memang bertugas untuk membuka pemikiran agar terjadi diskusi yang hidup membahas bagaimana pembelajaran analisa struktur perlu dilakukan. Toh peserta yang diundang, bukan level mahasiswa saja tetapi para dosen dan praktisi yang tentunya tidak sekedar menerima dan menelan mentah-mentah ide yang ada. Saya berharap suasana dapat kritis, terjadi diskusi yang menarik. Itulah manfaat yang diharapkan.
Bagaimanapun juga pertemuan tentang lokakarya mata kuliah rekayasa seperti ini sangat jarang, dulu pernah ITB melaksanakannya, saat itu saya peserta. Lalu di ITS (2005) saya ikut sebagai salah satu pemakalah. Ini judulnya : “Masih perlukah mempelajari Mekanika Teknik Klasik dalam Era Serba Komputer ?”, Presentation and Proceeding at the Lokakarya Pengajaran Konstruksi Beton dan Mekanika Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 13-14 July 2005.
Selanjutnya tahun 2006 di Bali, saya juga aktif adapun makalah yang saya bawakan adalah : “Pemrograman sebagai Sarana Pembelajaran Rekayasa”, prosiding Lokakarya Pengajaran Mekanika Teknik, Konstruksi Beton dan Konstruksi Baja, Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Udayana, Bukit, Jimbaran, Bali.
Sejak itu, saya tidak melihat lagi ada acara serupa. Jadi ketika panitia UNNES menggagas acara serupa. Maka saya bersemangat untuk mengikuti. Jadi hampir 8 tahun gagasan saya tentang pembelajaran tidak pernah diungkapkan, dan sekarang ada panggung di Semarang, maka tentunya anda bisa membayangkan cukup banyak ide yang disampaikan. Gampang saja, ide saya di ITS dan Udayana adalah sebelum saya meraih gelar doktor, sehingga sekarang tentunya akan berbeda. Jadi apakah masih ragu akan apa yang dijumpai nanti.
SukaSuka
He he he
SukaSuka
Menurut saya analisis struktur metode matriks itu tidak perlu, buktinya semua jembatan bina marga dibuat statis tertentu, memang ada pengecualian, termasuk Suramadu juga statis tertentu dg catatan. Tapi entahlah.
SukaSuka
Nah ini sih pendapat pada level tukang atau kontraktor, yang mana yang penting dapat untung. Bahkan kalau perlu, ngapain pusing-pusing jadi insinyur, jadi makelar proyek jelas sudah dapat untung bersih. Saya pikir kalau cara pikirnya seperti ini memang nggak perlu datang ke lokakarya, pasti akan kecewa. Maklum, nggak akan bicara tentang profit. 😀
SukaSuka
Maksud sy begini Pak, apakah boleh, S3 jurusan struktur, tanpa menguasai finite elemen, he he…..
SukaSuka
O ya boleh saja pak. khan yang penting dapat gelar, maksudnya selama dosen penguji dapat diyakinkan dengan topik yang dibahas. Mengapa harus belajar tentang FEA. Kalau saya memang dari dulu menyukainya, nggak terkait dengan keharusan seorang bergelar doktor.
SukaSuka
Saya kalau boleh komentar disini aja pak wir, karena kurang berminar ikut. Kalau menurut saya, saya sangat sepakat dengan artikel Graham H. Powell, Ph.D., P.E. orang yang mengembangkan software Perform-3D yang sekarang banyak dipakai oleh praktisis untuk analisa nonlinear, ini artikelnya :
Klik untuk mengakses C-StructuralForum-Powell-Nov081.pdf
Klik untuk mengakses C-Structural-Forum-Powell-Dec081.pdf
Pengalaman saya dulu di UI memang dosennya ada yang terlalu fokus mengajarkan “metode hitung” dibandingkan proses input dan evaluasi dalam analisa struktur, kecuali Pak Syahril, Pak Yuskar, Pak josia, dan Pak Katili yang mengajarkan filosopis dan aspek modeling yang sangat membantu saya dalam karir di konsultan.
Tambahan menurut saya lebih baik mahasiswa diasah kebiasaan untuk mengira-ngira diagram momen dibandingkan benar – benar menghitungnya, jadi waktu kerja kalau hasil output software diagram momen-nya “aneh” dia bisa langsung curiga.
SukaSuka
Terima kasih atas masukan yang diberikan.
Saya terus terang belum pernah membaca makalah Prof. Graham Powel sebelumnya. Tetapi setelah saya baca, ternyata apa yang beliau sampaikan ada kesamaan dengan apa yang selama ini saya ungkapkan, seperti misalnya bahwa program komputer itu hanya sekedar tool atau alat, hasil akhir tergantung insinyur pemakainya.
Juga untuk mempelajarinya bukan dalam menyelesaikan soal yang kompleks dan besar, tetapi sebaiknya yang sederhana sehingga dapat dilacak mengenai hasilnya. Cara itulah isi buku SAP2000 saya.
Yang jelas, meskipun dalam praktek ada saja guru-guru yang baik, seperti yang dikagumi oleh sdr Ryan, tetapi guru-guru yang menuliskan strategi bagaimana memaknai pembelajaran analisa struktur dalam suatu makalah khusus, koq jarang saya membacanya. Bahkan pernah saya mendapatkan komentar dari salah satu dosen senior yang saya kenal, tentang apa yang saya tulis tentang analisis struktur dengan sap2000, terkesan menakuti-nakuti.
Jadi kalau event di UNNES saya anggap istimewa karena khusus membahas hal itu. Tidak sekedar menampilkan makalah ilmiah yang macam-macam, tetapi fokus bertukar pikiran tentang apa yang disampaikan prof. Graham Powel tersebut.
SukaSuka
Sebenarnya kalau mahasiswa atau insinyur mau benar – benar belajar mengenai aspek modeling dan filosopis dari software analisis struktur, dibandingkan detail kalkulasi yang ribet (seperti kata Prof Powell) sudah banyak bukunya, memang umumnya buku – buku yang membahas hal – hal tersebut kebanyakan dari luar, walaupun saya lihat ada beberapa dari Indonesia, buku – buku yang saya maksud tadi misalnya :
– Three Dimensional Static and Dynamic Analysis Of Structures – Ed Wilson
– Modeling for Structural Analysis – Graham Powell
– Modern Structural Analysis – Iain A MacLeod
Kalau yang bahasa Indonesia ada :
– Pelat & Cangkang – Prof. I. KATILI
– Konsep dan aplikasi metode elemen hingga – COOK, Robert D yang diterjemahkan Prof. B. Suryoatmono
Namun kalau dipikirkan memang mau tidak mau mahasiswa WAJIB mengerti soal Finite Element Method dulu, atau paling tidak metode matrik kekakuan.
Kalau pak Wir berencana membuat buku yang seperti ini saya sangat mendukung sekali, memang kita juga butuh buku2 yang enak dibaca seperti buku2 Pak Wir sebelumnya 🙂
SukaSuka
Ping-balik: Masukan #1 – draft buku struktur baja | The works of Wiryanto Dewobroto