pengin gelar seabreg !


Gelar, gelar, gelar. Kayaknya hal itu penting banget bagi orang sini, dengan nambah gelar akan lebih pede dianya. Ini info aku dapat dari facebook temanku. Orang ini luar biasa gelarnya, lihat :

171301_berkley3

Ini sumber beritanya. Silahkan dilacak dulu, nanti dikira hoax :

Dari CV yang disampaikan, terlihat bahwa orang itu memang telah lama malang melintang di dunia pendidikan Indonesia, yaitu sejak 1990 atau berarti hampir 1/4 abad. Kalau begitu mestinya ini orang sudah dikenal banyak orang dari kalangan pendidikan. Nggak tahu kenapa, baru menteri riset dan pendidikan tinggi sekarang yang berani mengkonfirmasi kebenaran dari gelar-gelar tersebut. Maklum ada indikasi bahwa itu semua dilakukan untuk penipuan.

Benar juga kata pepatah, “gitu ya gitu, tapi ya nggak gitu”, mungkin kalau gelarnya hanya dua atau tiga saja, nggak sampai digrebek menteri. Kebangeten sih.

Saya itu kadang-kadang bingung, mengapa sih orang bisa sangat terpana dengan banyak gelar yang digunakan. Jika aku mencoba mengambil sesi waktu 20 atau 30 tahun yang lalu, sewaktu baru mau masuk universitas. Waktu itu pagi-pagi cari koran Kompas yang memuat berita hasil Sipenmaru, dan bisa membaca bahwa namaku disebut sebagai salah satu yang diterima di jurusan teknik sipil di universitas gajahmada. Rasa WOW benar sih. Aku waktu itu nggak membayangkan, bagaimana kalau nggak diterima, dunia rasanya gelap. Untung diterima.

Waktu itu bisa merasa, membayangkan akan mendapat satu gelar saja, rasanya sudah di langit.

Membayangkan suasana waktu itu, kadang mesam-mesem sendiri. Mungkin perasaan seperti itu yang banyak terjadi pada orang-orang Indonesia lainnya ketika melihat foto orang di atas. Jika ya, maka dapat dipastikan banyak orang yang dimaksud belum punya gelar atau baru sedikit dan banyak berharap sekali dengan gelar tersebut. Persis seperti aku, 20 atau 30 tahun yang lalu, nggak punya apa-apa dan banyak berharap sekali dapat mewujudkan mimpinya dengan gelar yang akan diperoleh tersebut.

Emangnya beda pak Wir dengan sekarang ini ?

Beda sekali. Dengan tiga gelar akademis yang aku miliki sekarang ini, rasa-rasanya aku merasa biasa-biasa saja. Daripada aku menyorongkan gelar-gelar yang aku miliki, maka aku lebih bangga menyorongkan namaku yang panjang sekaligus itu, yaitu Wiryanto Dewobroto. Dua potongan nama tersebut yang selalu aku ajukan, jarang aku pakai nama depan saja, atau nama belakang saja. Maklum dua potongan nama itu , rasa-rasanya tidak ada yang menyamai.

Tentang gelar yang aku punyai, semuanya di bidang teknik sipil, itupun khusus di bidang rekayasa struktur. Itu saja yang aku pelajari. Bahkan aku merasa, menguasai itu saja, kayaknya nggak habis-habis. Jadi aku heran sekali, bagaimana bisa ada orang mampu menampilkan berderet-deret gelar, bahkan dari berbagai bidang pengetahuan. Apa bisa ?

Terus terang, dengan pengalamanku menggeluti satu bidang ilmu saja, dan aku merasakan waktu 24 jam yang ada tidak mencukupi, maka aku jadi merasa ragu. Apa bener dia itu bisa menguasai ilmu yang dimaksud, jangan-jangan hanya gelar itu saja tujuannya. Sekedar tampilan luar, tapi kosong dalamnya. Itu pula yang menyebabkan saya agak sinis memandang orang dengan gelar terlalu banyak, kayak orang diatas. Note : malas aku menulis namanya, nggak penting banget. 😦

Tentang jual gelar atau ijazah. Aku hanya heran, koq masih ada-ada saja ya orang yang mau menipu secara vulgar seperti itu. Bahkan yang di Bekasi lagi, yaitu dengan diketemukan sekolah tinggi yang berani ngasih ijazah bahkan ketika orangnya baru ambil 8 sks saja. Kenapa aku bilang vulgar, karena nipunya keterlaluan sekali. Maklum, sekarang saja gelar atau ijazah asli sudah sangat “murah harganya”. Murah dalam arti, kalau ada duit pasti bisalah dapat gelar, apalagi gelar di level S2.

Saat ini bukanlah rahasia umum bahwa punya gelar dan IP yang tinggi, maka kinerjanya adalah belum tentu dapat diharapkan sama sebagaimana orang berharap pada 10 atau 20 tahun yang lalu. Memang sih, nggak semua. Tapi ya memang heran juga, sebagai contoh aku ini khan dosen full-time di UPH, dari Senin-Jumat, dari pagi sampai sore. Ngajar dan nggak ngajar pasti ada di kampus. Yah pokoknya begitulah. Sudah begitupun akreditasi jurusan di kampusku adalah B. Masih kalah dengan perguruan tinggi lain yang dapat A. Untuk itu sih aku bisa memaklumi, kalau soal materi yang aku ajarkan, aku sih masih percaya diri. Tetapi kalau soal fasilitas laboratorium maka aku sadar memang di level itu kampusku berhak menyandang akreditasi yang dimaksud. Yang nggak habis pikir adalah ternyata ada kampus lain, yang tempatnya di ruko, dan ramainya hanya sore hari, ternyata juga menyandang akreditasi yang sama. Mikir banget mode ON.

Ya sudahlah, itu mungkin rejekinya kampus itu. Tentang status kampus, bagaimanapun juga itu penting bagi kesinambungan kerjaku sebagai dosen. Gimana tidak, dengan jadi dosen maka aku punya waktu banyak untuk menulis. Itu khan hobbyku. Kerja tetapi tidak terasa kerja.

Kembali ke gelar. Aku pernah ditanya, mengapa buku-buku yang aku tulis, tidak pernah dipasang gelar yang aku miliki. Beliaunya bilang, itu gelar kalau dipasang maka bukunya akan banyak yang membeli. Ini orang memang seperti kebanyakan orang Indonesia, kemampuan orang memang dilihat dari gelar yang dimiliki. Nggak salah sih, tetapi aku nggak memandang seperti itu terlalu berlebih-lebih. Bahkan aku merasa dengan menampilkan banyak gelar, maka nama personalku jadi terganggu. Jadi yang lebih penting adalah nama personal yang dimaksud. Ini memang berisiko, tetapi kalau produk yang dihasilkan bagus, maka pelan tapi pasti tanpa gelarpun maka nama orang itu akan menjadi brand name. Jaminan mutu.

Jadi yang paling penting adalah bahwa dengan gelar yang banyak, maka hasil kerjanya akan semakin baik. Jika hasil kerjanya konsisten baik, maka nama pribadi orang itu sudah mencukupi untuk menjadi jaminan orang untuk mempercayai dan menghormati. Bukan gelarnya. Toh buku-buku yang aku tulis tanpa gelarpun banyak yang nyari. Geer mode ON.

5 pemikiran pada “pengin gelar seabreg !

  1. rudi setiawan ir

    Iya… bener2x merusak dunia pendidikan, qta yg susah payah selama 5 thn berjuang utk dpt titel S1 teknik sipil UGM, dibandingkan S2 yg cuma 8 sks / 1 thn wisuda dgn n.b dr universitas negeri paman Sam yg penting mampu BAYAR.. bener2x merusak bangsa dan negara Indonesia. Hik hik

    Suka

    1. wir

      Betul pak Rudi, jadi Menteri kita yang baru ini perlu kita apresiasi karena tindakan yang dilakukannya. Maklum, yang terjadi di Bekasi atau yang di Jakarta itu sudah keterlaluan, saya bilang sangat vulgar.

      Sisi lain yang harus diwaspadai adalah memberikan skedul perkuliahan yang dapat dibuktikan, tetapi isinya abal-abal. Tempo hari saya pernah duduk mengikuti seminar yang dilakukan mahasiswa S2, dari pernyataan yang dibuat saya melihat sama mahasiswa saya yang S1 lebih membanggakan mahasiswa saya. Tapi ya gimana lagi, alasannya waktunya sudah habis untuk kerja. Jadi itupun sudah baik katanya.

      Jadi bisa saja nanti dianya punya gelar master yang asli, tetapi isinya dengan S1 saja masih kalah. Lama-lama lulusan S2 kita nanti bisa jadi office boy saja lho.

      Suka

  2. Setuju banget Pak Wir, rasanya buat mendalami 1 bidang saja butuh waktu panjang dan karna ilmu berkembang terus maka perlu waktu untuk selalu mengupdate..
    punya banyak gelar sih bisa aja tapi yah paling ilmunya hanya kulitnya aja.. sukur2 deh masih dapet kulitnya..
    pas diajak diskusi paling ntar bilang “waduh saya agak lupa ilmunya” hehehe…

    Suka

  3. Saya saja yang punya 2 gelar tidak sombong Pak, Hehe. Saya Punya gelar AMd, ST (loh kok ada seperti itu?) Iya Pak, saya alumni Diploma Teknik Sipil UGM dan Alumni Ekstensi Teknik Sipil UI. Tapi secara ilmu saya masih harus banyak belajar. Tidak semua anak UGM dan UI itu pinter-pinter. Sewaktu saya kuliah di UI saya membandingkan teman-teman saya di UGM dulu dengan teman di UI, teman-teman saya di UGM masih banyak yang pintar, tapi mengapa gak lulus masuk UI.

    Tapi ya sudahlah, namanya juga nasib. Tapi itu kan cuma kuliah, yang penting kan setelah lulus ini. Ada yang cuma kuliah di universitas biasa tapi bisa sukses juga. Itu tergantung orangnya juga. Tempat kuliah bagus juga tak menjamin orangnya sukses. Betul tidak Pak?

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s