Ternyata nggak ibu-ibu saja yang suka gosip, engineer juga demikian. Memang sih pembicaraannya mulai dari hal-hal umum, misalnya tentang bangunan tinggi. Siapa sih yang jadi ahlinya saat ini. Juga tentang teknologi terbaru yang sedang “in”. Hanya saja kalau sudah masuk topik tentang kegagalan struktur, kasusnya jadi nyrempet-nyrempet gosip.
Maklum di negeri ini yang namanya kegagalan struktur, antara yang terdengar awam (berita di koran atau media), dengan yang beredar di kalangan engineer, bisa berbeda. Yang dari koran, biasanya yang sampai meminta korban jiwa, atau kegagalan yang bersifat spektakuler, ekstrim begitu maksudnya. Tipe seperti itu yang menjadi konsumsi media untuk diberitakan. Tahu sendiri, orang-orang kita, sukanya hal-hal yang sensasi. Ditambah adanya spekulasi, lalu jadilah gosip, semakin digosok semakin sip !
Terus terang membicarakan tentang kegagalan struktur secara terang-terangan, maksudnya merujuk suatu kasus secara langsung. Apalagi yang belum diberitakan, adalah tabu. Konon katanya, itu akan membuat kisruh, dan yang bersangkutan bisa merasakan pepatah “sudah jatuh ketimpa tangga“. Itu kasusnya seperti : Hilang ayam lalu diberitakan ramai-ramai, mungkin maksudnya ingin membantu agar ayamnya kembali. Hasilnya, tidak hanya ayam, yang masih hilang, tetapi bahkan kambingnya juga hilang sekalian. 😀
Ada pengalamanku, ini sih sudah sudah lama sekali. Waktu itu aku ketemu senior, beliau seorang engineer yang pernah punya jabatan di pemerintahan. Jalur koneksinya sangat luas. Beliau memberi sejumlah foto tentang jembatan yang runtuh. Fotonya sangat jelas, keruntuhan jembatan. Tapi kayaknya nggak ada di berita-berita. Dari foto-fotonya, seru juga keruntuhan yang terjadi. Maklum jembatannya katanya belum pernah dilewati kendaraan, bahkan belum diresmikan. Baru mau diresmikan waktu itu, kata beliau, eh keburu rubuh.
Mungkin karena belum dilakukan serah terima, maka dianggapnya itu masalah kontraktor. Belum sepenuhnya dibayar. Kalau runtuh, maka nggak dibayar tentunya. . . . Waktu itu, aku lagi senang-senangnya menulis tentang kegagalan struktur, jadi secara otomatis aku ingin membahasnya. Aku diskusi kepada pemberi foto tersebut. Aku pikir beliau senang dengan maksudku tersebut, maklum itu akan menjadi pembelajaran bagi engineer yang lain. Beliaunya berpesan : “Jangan pak Wir. Jembatan tersebut belum diserah-terimakan, masih tanggung-jawab kontraktor. Biarkan mereka mencari solusi. Nanti kalau sampai yang berwajib masuk, bisa kacau, minimal waktunya jadi terlambat“. Aku hanya mantuk-mantuk, mulai memahami bahwa tidak semua kasus itu bisa diselesaikan secara teknis formil.
Itu yang aku tahu. Mungkin dalam praktek, bisa lebih banyak lagi. Itu tadi karena ketemunya pakar jembatan. Kalau pakar dinamik beda juga pengalaman yang ditemui. Pakar dinamik, itu nggak mesti gempa lho. Maklum kalau bicara tentang gempa di sini, pasti hubungannya hanya pada desain gedung tinggi. Ini pakarnya benar-benar dinamik, nggak hanya ahli gempa, tetapi juga sudah merembet pada gelombang ultrasonik. Jadi sudah merambah pada evaluasi struktur juga. Nah baru saja beliaunya cerita tentang kondisi konstruksi yang barusan ditemui, yaitu permasalahan tentang mutu beton.
Kalau bicara tentang mutu beton, apalagi di bawah fc 40 MPa, maka itu tentunya tidak berbeda dengan jamanku ketika muda dulu. Maklum mutu beton fc 40 MPa sekitar tahun 90-an sudah umum untuk bangunan tinggi di Jakarta. Aku ingat ketika aku masih kerja di PTW, maka mutu tersebut adalah mutu standar untuk kolom gedung tinggi. Ketika berbicara tentang mutu beton, kadang kala masalah jadi kompleks. Apalagi jika kasusnya yang ditemukan cukup banyak (merata), dan bagian yang dicor dengan mutu tersebut sudah banyak, apalagi jika konstruksinya hampir jadi. Sangat dilema untuk menentukan tindakan apa yang sebaiknya diambil.
Nah kalau ketemu kasus seperti itu, maka biasanya yang terjadi (ini kata temanku yang pakar itu lho) adalah memanggil pakar struktur pihak ke-tiga (pihak lain) untuk melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi tindakan apa yang harus diambil.
Tindakan apa yang umumnya diambil ?
Kata temanku yang pakar (jangan bingung ya, karena semuanya pakar), maka tindakannya sangat tergantung dengan siapa pakar yang dimaksud. Kalau dari Indo, kebanyakan tindakan yang diambil adalah kompromi. Cari jalan tengah, dan biasanya yang diusulkan adalah dilakukan perkuatan.
“Lho koq begitu, emangnya kalau sama-sama insinyur, tetapi bukan dari Indo. Bisa lain ya“. Aku bertanya seperti itu kepada temanku . “Betul pak Wir, kalau itu engineer Jepang maka mereka ngotot mempertahankan spek yang mereka buat. Jadi kalau ketahuan suatu elemen struktur dicor dengan beton mutu lebih rendah dari yang ditentukan, mereka bisa ngotot suruh bongkar“, demikian penjelasan pakar temanku itu. “Wah jadi kayak pak Ahok ya“, aku memberi komentar ke temanku yang pakar tersebut.
“Yah memang harus seperti itu pak Wir“, temanku berargumen. Pengalamannya menunjukkan bahwa kejadiannya tidak hanya satu proyek, tetapi bisa lebih dari satu. Bahkan ditemukan, untuk elemen beton yang spek-nya harus fc 25 MPa (ini tentu sangat biasa sekali), ternyata di lapangan setelah di check setelah 28 hari mutu betonnya bahkan ada yang hanya fc 4 MPa. Temanku waktu itu complaint, maunya seperti yang dilakukan engineer Jepang, yaitu membongkar saja mutu beton yang dimaksud. Eh ternyata si kontraktornya, mengajukan pakar struktur lain untuk memberikan argumentasi. Pakar tersebut, nggak tahu caranya, pokoknya melakukan analisis bahwa dengan mutu beton yang ada, dinyatakan kekuatan struktur masih ok. Temanku yang pakar, yang kebetulan berperan sebagai perencana struktur bangunan tersebut tentu saja kesel. Bagaimana bisa dibilang ok, di logika saja jelas bahwa jika direncanakan dari awal 25 MPa lalu praktiknya hanya katakanlah 10 MPa, lalu ada orang merekomendasikan itu aman. Maka jika disetujui, jelas akan menunjukkan bahwa konsultan pertama itu terlalu boros. Padahal, evaluasi yang dilakukan orang itu (pakar struktur pihak ke-3) hanya mengevaluasi setempat, pada bagian yang drop kekuatannya saja.
Tindakan pembenaran bahwa mutu drop boleh, kesannya seperti membenarkan si kontraktor untuk melakukan kesalahan. Mentang-mentang di bayar oleh kontraktor, maka rekomendasi yang diberikan juga yang menguntungkan kontraktor tersebut.
Itu benar-benar pengalaman temanku. Adapun yang disebut pakar struktur pihak ke-3 umumnya juga memang orang-orang yang relatif terkenal, berlatar belakang perguruan tinggi terkenal, dan jelas gelarnya juga tentu minimal doktor pula. Nah kalau sudah debat tentang hal itu, kata temanku tersebut, seru. Aku jadi mikir, kalau situasinya demikian, maka menjadi seorang ahli struktur yang sukses itu, tidak hanya pintar berhitung saja, tetapi perlu disiapkan juga untuk ahli argumentasi.
Terkait dengan mutu beton tersebut, temanku berkata: “Pak Wir, hati-hati lho dengan perusahaan “. . . “, temanku menyebut nama perusahaan ready mix tertentu. “Saya sudah mengamati, di beberapa tempat, kualitas produk yang dihasilkan tidak konsisten“. Aku hanya mengangguk-angguk, sambil membayangkan “koq bisa begitu ya”. Maklum nama perusahaan “…” yang dimaksud jelas sudah senior atau lama keberadaannya.
“Jangan terkecoh nama lama pak Wir“, begitu temanku menjelaskan. “Kegiatan konstruksi di negeri kita ini, sangat tergantung dari s.d.m. Maka bisa saja dahulunya perusahaan tersebut terkenal karena mutunya, tetapi dalam perkembangan waktu, karena tidak ada regenerasi yang baik, maka s.d.m pelaksana yang sekarang kurang berkualitas. Juga mesin-mesin atau teknologi yang digunakan sudah tua. Apalagi ditambah pede terlalu berlebih, hasilnya bisa gawat itu“.
Benar juga argumentasi temanku tersebut, s.d.m adalah kata kuncinya.
Omong-0mong soal s.d.m, aku jadi ingat ketika bincang-bincang dengan salah satu direktur konsultan struktur. Beliaunya sudah senior, tapi masih mau dan berbagi materi pembelajaran denganku. Alasan beliau adalah bertukar pikiran, saling belajar. Aku heran dengan alasan yang dimaksud, “saling belajar” tersebut. Kalau dipikir beliaunya khan sudah banyak makan asam garam tentang perencanaan struktur. Hasil perencanaan struktur beliau yang sukses dibangun, tidak hanya puluhan, tetapi bahkan sudah ratusan. Jelas, saya nggak sebanding dengan beliau akan pengalaman perencanaan struktur. Tetapi mengapa harus belajar lagi.
Ilmu selalu berkembang, juga di dunia konstruksi. Begitu penjelasan beliau. Lalu diskusi dengan sesama pakar adalah cara mudah untuk saling berbagi ilmu. Lha kalau itu sih aku juga tahu, kalau diperguruan tinggi dan semacamnya, khan memang dibuat semacam seminar dan lain-lain, itu adalah sarana bertukar ilmu. Dari diskusi dengan para praktisi konstruksi tesebut, juga tahu ada beberapa kegagalan konstruksi meskipun direncanakan oleh pakar yang sangat terkenal sebelumnya. Jadi keterkenalan seseorang itu bukan jaminan lho bahwa hasil perencanaannya dapat memuaskan.
Bahkan tidak hanya menyangkut seseorang, kata teman diskusiku tersebut, saat ini bahkan menyangkut nama perusahaan. Ada indikasi, suatu perusahaan konsultan yang tua, banyak indikasi hasil perencanaan yang dikerjakan, mempunyai banyak masalah di lapangan. Ini terjadi karena pendiri perusahaannya sudah tua. Itu berarti beliau tidak terlalu banyak terlibat lagi di bidang perencanaan. Kalaupun masih terlibat, tidak intensif lagi. Oleh sebab itu, hasil pekerjaan yang ada diberikan oleh anak buahnya. Nah masalahnya, anak buah yang mengerjakan, umumnya masih anak-anak. Kalah jauh pengalaman dengan yang punya. Sisi lain, ilmu anak buah yang mengerjakan itu juga terbatas, training khususnya tidak ada. Biasanya mereka dipilih karena i.p.k-nya baik, lalu belajar sambil bekerja. Jelas feeling engineering belum punya. Nah jika proyek yang dikerjakannya banyak, maka mereka biasanya mengandalkan sistem copy-paste dari perencanaan-perencanaan dahulu yang sukses. Nah kalau pengawasan mutu oleh senior terbatas, disitulah bisa terjadi potensi kegagalan konstruksi.
Bahkan ada info, suatu perusahaan konsultan lama, karena proses tpkb-nya sering terhambat, maka untuk perencanaan-perencanaan yang dikeluarkan , mereka pakai lisensi kerja orang lain. Bukan pemilik perusahaan tersebut. Aneh khan. Jadi di satu sisi, nama perusahaan yang terkenal memang telah dikenal masyarakat. Jadi order pekerjaan datang, tetapi hasil pekerjaannya ternyata banyak diragukan oleh ahli (team tpkb). Jadi agar tidak menimbulkan masalah, akibat keraguan tersebut, akhirnya cara itu yang ditempuh.
Jadi saat-saat ini akan banyak dijumpai masalah regenerasi s.d.m. Hal itu sangat berpengaruh khususnya pada perusahaan konsultan rekayasa, karena memang hasilnya tergantung dari s.d.m di dalamnya. Akankah perusahaan konsultan rekayasa di Indonesia bisa bertahan lebih dari satu generasi, seperti yang terjadi di barat. Itu akan menjadi pertanyaan atau gosip yang menarik.
Oleh karena itu bagi adik-adik yang ingin ngangsu kawruh ilmu rekayasa dan ingin bekerja pada perusahaan konsultan dalam negeri. Mohon diperhatikan hal itu. Belum tentu masuk pada perusahaan dengan nama terkenal, lalu akan dapat belajar banyak. Bisa-bisa akan tambah bingung lho.
Nah daripada bingung, maka langkah pertama adalah persiapkan dahulu materi referensi yang baik. Kalau untuk materi Struktur Baja maka ada rekomendasi buku yang berbobot, yaitu :
Tentang bobotnya, jelas itu bukan gosip lagi. Itu fakta. Kalau nggak percaya coba beli dua buku tersebut dan tenteng kemana-mana. Saya yakin sekali kamu akan mengatakan “sangat berbobot”. 😀
Saat ini (baru saja di up-dated Senin 31 Juli 2017) buku tersebut sudah terbit. Klik saja foto di atas, maka dapat dibaca testimoni para pembacanya. Untuk buku edisi pertama, yang dicetak sebanyak 1000 eks, langsung habis terjual dalam waktu 8 bulan saja. Padahal buku-bukuku itu tidak ada di toko buku lho, tetapi bisa diorder di http://lumina-press.com
Kalau sdm kita tetap seperti itu, apakah mungkin kita bisa bersaing dengan negara di luar sana 4-5 tahun mendatang?? Berarti kita harus punya prinsip “haus” akan ilmu supaya tetap seimbang antara pengalaman dan pengetahuan. Bukankah begitu pak wir??
SukaSuka
Sdr Fika,
di negeri ini ukuran sukses seseorang adalah banyaknya materi yang dapat diperoleh. Apapun cara memperolehnya, itu nggak masalah (itu sebabnya pemberantasan korupsi tidak pernah berakhir, kecuali hukumannya adalah dipermalukan). Karena materi, maka untuk itu pula perlu ditunjukkan kepada orang-orang lain agar mendapatkan pengakuan. Cara menunjukkannya adalah :
rumah mewah dan seringnya bikin acara yang mengundang orang datang kerumahnya.
mobil mewah atau minimal bukan mobil sejuta umat.
Bagi mereka, ilmu yang penting adalah yang berkorelasi dengan materi langsung. Tanpa itu, mereka nggak mau susah-susah.
Dengan latara belakang seperti itu, maka ilmu, gelar, dsb-nya adalah yang mendukung tujuan utama tadi. Jika itu diperoleh, ngapain nambah pengalaman dan pengetahuan. 😀
Itu sebabnya terjadi kompromi, karena ambil keputusan yang pahit itu dampaknya buruk bagi keberlangsungan materi tersebut. Itu pula mengapa banyak kasus kegagalan struktur di negeri ini, beritanya tidak berlanjut. Khususnya jika telah diperoleh kompromi tersebut.
Jadi sebenarnya nggak sesederhana itu masalahnya.
SukaSuka
Selamat malam pak, saya Kiki Fadilah Tanjung Mahasiswa Teknik Sipil di Universitas Langlangbuana Bandung, Saya sangat tertarik pada buku Bapak “Komputer Rekayasa Struktur Dengan SAP2000” saya sudah membelinya isinya sangat bagus sekali terpakai dalam tugas kuliah saya, dari itu pak kebetulan di bulan oktober tahun 2016 ini akan ada pertemuan Mahasiswa Teknik Sipil se- Jabar & Banten di Kampus kami dengan beberapa rangkaian acara salah satunya pelatihan di bidang teknik sipil, kami sedang mencari Pembicara untuk acar ini, kami berharap bapa bersedia untuk menjadi pembicara, terima kasih pak sebelumnya mohon di balas, mohon maaf untuk permintaanya melalui komentar karena saya tidak punya kontak bapak.
SukaSuka
Selamat malam pak, saya Kiki Fadilah Tanjung Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Langlangbuana Bandung, Saya salah satu penggemar buku bapa, bukunya sangat bagus dan sangat membantu saya dalam tugas kuliah, pak kami di Universitas Langlangbuana pada bulan oktober 2016 akan mengadakan pertemuan dengan mahasiswa teknik sipil se- Jabar dan Banten kebetulan konten dalam acara tersebut ada pelatihan di bidang teknik sipil yaitu penggunaan software SAP2000 melihat pengalaman bapak dalam menjadi pembicara di pelatihan dan juga buku yang bapak tulis, kami sangat berharap bapak juga dapat bersedia menjadi pembicara di acara kami, mohon maaf sebelumnya saya menulis disini karena saya tidak punya kontak bapak langsung, terima kasih sebelumnya pak untuk lebih resminya kami minta alamat untuk mengirim surat kepadak bapak
SukaSuka
Monggo saja, saya senang bisa berkunjung di kampus anda. Undangannya jangan terlalu mepet ya dik. O ya, saya bisa dihubungi via Facebook di https://www.facebook.com/wiryanto
SukaSuka
Bukan bermaksud berkata lancang, tapi kalau ada gossip #1 berarti ada seri lanjutannya ya pak (ada #2, #3, dst) hehehe. Jujur, walaupun saya belajar terus, saya belum punya pengalaman kerja sebagai designer. Pengalaman saya hanya sekolah dan riset berkaitan dengan studi saya. Melihat “gossip” dari bapak, memberikan pengetahuan baru mengenai hal non-teknis bagi saya tentang dunia perkonstruksian di Indonesia secara umum.
-bastian-
SukaSuka