peneliti yang dipenjara


Judul yang memelas, dan jarang ditemukan. Ini aku tulis karena membaca berita-berita berikut :

Sebagai seorang yang kadangkala menyandang sebutan peneliti maka tentu gerah dan bertanya-tanya. Seperti apa sih yang ditelitinya, kog bisa-bisanya masuk penjara.

Bagi awampun, yang namanya masuk penjara tentu sesuatu yang tidak mau dirasakan. Padahal yang namanya peneliti, selama tidak mengotak-atik wilayah norma kepatutan atau SARA serta pencurian rahasia negara atau perusahaan maka tentunya ada kesan jauh dari risiko seperti itu. Beda memang dengan yang namanya pejabat publik, yang punya akses menentukan dan mengelola anggaran negara, maka tentu penjara adalah risiko bila dalam mengelolanya bisa diindikasikan sebagai tindak pidana korupsi.

Oleh sebab itu wajar jika hal itu kita bahas, minimal mendapatkan pemahaman apakah benar seorang peneliti itu riskan masuk penjara, dan bagaimana atau apa-apa yang harus dihindari agar terhindar dari risiko masuk penjara tersebut.

Judul berita-berita di atas, bersama-sama dengan berita-berita surat kabar tentang pak Warsito, penemu anti kanker, memberi kesan bahwa negeri ini tidak ramah bagi penelitian. Lalu timbul stigma, pantas kalau peneliti hebat nggak hidup di sini (Indonesia), begitu kira-kira pengaruh dari berita-berita tersebut.

Itu tentu menghasilkan pemahaman yang tidak baik, bagi keberlangsungan kemajuan negeri ini. Maklum, penelitian yang disertai kreatifitas untuk menjadi inovasi adalah sangat penting. Jadi berita-berita tentang penelitian di Indonesia yang bernada negatif sebaiknya harus dihindari, bisa-bisa anak-anak muda penerus generasi tidak mau menggeluti bidang tersebut. Jika demikian, yang rugi adalah masyarakat itu sendiri yang hanya menjadi konsumen teknologi negara maju.

Langkah awal untuk membahas berita-berita tadi adalah mencari tahu, siapa sang peneliti yang akan masuk penjara tersebut.

Ternyata berita-berita di atas, adalah menyangkut pak Dasep Ahmadi seorang alumni ITB yang mendapat gelar di media sebagai seorang entrepreneur dan sekaligus peneliti mobil listrik. Selanjutnya saya mencoba mencari tahu di internet, siapa beliau tersebut. Ini hasilnya :

dasep-sang-penelitiSumber : Kongres Ikatan Alumni ITB 2011 – Informasi Resmi Kongres IA ITB 2011

Wah hebat. Beliau pernah juga mencalonkan diri menjadi ketua Ikatan Alumni ITB tahun 2011. Berarti beliau dianggap sukses dikomunitas tersebut. Selain itu, berita tentang mobil-mobil listrik yang akan diciptakannyapun pada waktu itu ternyata seperti berita tentang kecap no.1. Ini cuplikannya.

berita-mobil-listrik-dasep

Ini sumbernya.

Dari berita-berita di atas, disebutkan bahwa pak Dasep Ahmadi adalah pencipta mobil listrik. Kata pencipta, tentu sangat baik sekali. Bahkan rencananya untuk dapat membuat dua ribu sampai tiga ribu memang sangat wah.

Dari dua petikan berita di atas, alumni ITB yang mencalonkan diri jadi ketua alumni dan disebut sebagai pencipta, sekaligus direktur perusahaan PT. Sarimas Ahmadi Pratama, rasanya sesumbar di atas dapat dipahami. Sehingga sampai-sampai pak Dahlan Iskan bersama-sama BUMN bersedia menggelontorkan dana milyaran rupiah. Itu tentu hanya terjadi kalau mereka percaya pada pak Dasep. Betul bukan.

Jadi betul pak, kalau dianya (pak Dasep) itu peneliti ?

Belum bisa ditarik kesimpulan seperti itu pak. Untuk menjadi pencipta, tidak harus seorang peneliti. Memang sih, seorang peneliti yang sukses itu kalau bisa mencipta (menemukan) atau menghasilkan sesuatu dan diakui. Peneliti itu selalu dikaitkan dengan kegiatan ilmiah, sedangkan pencipta tidak harus terkait dengan kegiatan ilmiah, misal pencipta lagu, pencipta alat musik, pencipta tarian, juga pencipta mobil listrik. Yang terakhir ini, tentu perlu tahu sedikit banyak tentang hal-hal ilmiah.

Apa sih bedanya kegiatan ilmiah itu dan bukan ?

Ciri kegiatan ilmiah adalah dapat dibuktikan, jika belum bisa dibuktikan dinamakan hipotesa. Selama belum ada penjelasan lain tentang suatu hipotesa maka yang ada itu dianggap suatu kebenaran. Kegiatan ilmiah umumnya adalah mencari bukti hipotesis yang dimaksud, apakah benar atau salah.

Lho benar atau salah ya pak. Bisa begitu ?

Itulah. Oleh sebab itu yang namanya penelitian itu pada dasarnya tidak ada yang disebut gagal. Jika ternyata hipotesis terbukti benar. Syukurlah. Tetapi jika ternyata hipotesisnya terbukti tidak benar, maka syukur pulalah. Semua itu penting agar ilmu itu sendiri bisa berkembang, menghindari hal-hal yang ternyata tidak seperti yang diduga (hipotesis) untuk melangkah ke hal-hal yang akhirnya dianggap sebagai suatu kebenaran. Itu akan menghasilkan suatu temuan yang dapat diulang pembuatannya.

Oleh sebab penelitian itu suatu kegiatan ilmiah, membuktikan hipotesis, maka keberadaan publikasi ilmiah adalah sangat penting. Adanya publikasi ilmiah itu pulalah yang dapat mensinergikan hasil penelitian-penelitian banyak orang untuk menghasillkan temuan yang dimaksud. Jadi dapat dipahami bahwa pada era seperti sekarang ini, suatu temuan atau inovasi tidak bisa diklain oleh seorang saja, karena itu kumpulan dari hasil-hasil penelitian yang dimaksud.

Jadi kalau berita di atas  mengklaim bahwa pak Dasep adalah pencipta mobil listrik,  yang berarti semuanya hasil pemikirannya sendiri. Itu sangat hebat sekali.

Hanya saja, saya sedikit agak meragukan akan hal itu. Kalau mencipta lagu atau tarian atau buku, saya bisa memahami. Kemampuan seorang bisa melakukan hal itu, kalau untuk mobil listrik yang merupakan produk teknologi sebagai hasil kegiatan ilmiah , koq kelihatannya perlu ada catatan khusus. Benar nggak sih.

Karena mobil listrik adalah produk teknologi, maka ada baiknya saya ingin mencari tulisan ilmiah dari pak Dasep, untuk menunjukkan apakah kriteria peneliti yang digunakan pada berita-berita di atas adalah sudah sesuai.

Untuk itu saya coba portal pencarian berikut dan hasilnya :

  1. Google Scholar : tidak ada, ini buktinya.
  2. Microsoft Academic from Microsoft Research : tidak ada, ini buktinya.
  3. ProQuest Research Library – Publication Search : tidak ada, ini buktinya.

Saya mencoba mencari lagi, dan tidak ketemu tulisan ilmiah beliau yang dapat menunjukkan bahwa beliau, pak Dasep Ahmadi adalah seorang peneliti, tetapi tidak ketemu.

Jadi yang terbukti adalah pencipta, pengusaha atau pembuat alat-alat mesin.

Saya yang tidak habis pikir, mengapa beliau bisa mendapatkan award dari Habibie yang tentu saja mestinya harus didasarkan pada produk-produk ilmiah yang tertulis. Kalau hanya sekedar mesin yang dihasilkannya, maka tentu yang memberi award adalah dari departemen perindustrian.

Ini argumentasi dari yayasan Habibie, tentang award ke pak Dasep.

Pemberian penghargaan dilakukan oleh Kepala BPPT Marzan A Iskandar kepada Dasep Ahmadi yang berjasa sebagai pelaku teknologi dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi negara. Pria yang dilahirkan di Ciemas Sukabumi 18 Januari 1965 ini menamatkan Sarjana Teknik Mesin di ITB (1990) dan mendapat beasiswa dari VDMA (Verein Deutscher Maschinen und Anlagen) di Trumpf GmbH Maschinen Fabrik, Stuttgart Jerman (1993). Selama 10 tahun karirnya sebagai technopreneur, ratusan jenis mesin perkakas dengan merk ‚Sarimas Machine Maker‚ telah dibuat oleh PT Sarimas Ahmadi Pratama ini.

Sumber :www.bppt.go.id

Dari penelitian yang telah disampaikan di atas akhirnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pak Dasep Ahmadi adalah seorang anak negeri yang pintar, terbukti lulusan S1 dari ITB dan master dari Jerman tentang mesin. Jadi kalau kemudian disebut pencipta mobil listrik oleh media ada alasannya.
  2. Hanya saja istilah pencipta disini tentu perlu dijelaskan karena sifatnya sangat subyektif, seperti pencipta lagu atau pencipta tari dan semacamnya. Ini tentu sangat berbeda dari pencipta produk teknologi yang umumnya mempunyai lembaga riset yang didukung oleh peneliti-peneliti hebat. Umumnya peneliti-peneliti yang dimaksud pastinya mempunyai karya tulis ilmiah sebagai bagian untuk menguji hasil temuannnya,  atau patent. Adapun untuk pak Dasep Ahmadi dari hasil searching di internet tidak ditemukan produk yang dimaksud. Jadi sebutan peneliti untuk pak Dasep Ahmadi adalah tidak cocok.
  3. Pak Dasep Ahmadi memang cocok untuk menyadang sebutan entreprenuer atau pengusaha. Karena pengusaha maka orientasinya adalah keuntungan finansial, bukan karya ilmiah. Adanya promosi dari Habibie Award sebagai pencipta sedikit banyak menobatkan beliau seakan-akan mempunyai kapasitas seperti penemu luar, Henry Ford misalnya. Jadi ketika beliau sesumbar dapat mencipta (membuat) mobil listrik, tentunya ini strategi jual pengusaha agar dana masuk. Itu menyebabkan juga orang sekelas Dahlan Iskan percaya sepenuhnya. Akibatnya dana milyaran rupiah diglontorkan. Faktanya adalah tidak sesuai harapan. Itulah yang terjadi.

Jadi pak Dasep Akmadi bisa masuk penjara adalah bukan karena beliau adalah peneliti, bukan itu. Berita-berita itu tidak tepat. Beliau masuk penjara karena wan prestasi sebagai pengusaha. Tidak memenuhi kontrak kerjanya. Ini kasusnya seperti kontraktor biasa, duit sudah diberikan, tetapi bangunannya tidak jadi. Wajar jika masuk penjara untuk mempertanggung-jawabkan janjinya.

 

13 pemikiran pada “peneliti yang dipenjara

    1. wir

      Silahkan dilacak dengan strategi yang saya sampaikan diatas pak.

      Ciri-ciri peneliti adalah kemampuan menyampaikan gagasan tertulis (ini penting agar dapat direview dan dianalisis oleh banyak orang dan dibandingkan dengan gagasan yang sudah ada, apakah asli atau sekedar modifikasi), yang dapat dipahami secara nalar dan logika dan hasilnya dapat diulang. Itu penting agar ada kepastian.

      Itu saja pak, silahkan dilihat dan diperiksa. Maklum, seorang pengusaha (penjual produk) selalu bilang kecapnya adalah no.1.

      Suka

      1. Ara

        Pak, apa manfatnya sebuah tulisan ilmiah yang tidak di aplikasikan? Dan dimana ada kesepakatan bahwa seorang peneliti didefinisikan sebagai seseorang yg mempublish hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan? Kalau memang ada yg mendefinisikan seperti itu, siapa yg menjamin kabsahan definisi tersebut? Perlu diketahui, beberapa penemuan di bidang engineering ditemukan terlebih dahulu tanpa sebelumnya dapat dibuktikan oleh science.

        Anda tidak salah, tapi saya tidak sepakat.

        Salam-
        Belum Doktor

        Suka

  1. Edwart Widianta

    Ijin share ya pak. Banyak informasi mengenai pak Dasep ini digunakan sebagai fitnah sekaligus mendiskreditkan pemerintah saat ini

    Suka

  2. Ping-balik: Penelitian dan Skripsi | The works of Wiryanto Dewobroto

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s