Hari ini baru saja berlangganan Kompas digital, di sini. Memang berbeda ternyata membaca konten gratisan dan berbayar. Pertama tentu saja tidak banyak iklannya, kedua materinya adalah pilihan tidak sekedar tulisan dengan judul “wah” ternyata isinya iklan melulu. Bahkan untuk berita yang gratisan itu isinya bisa berbanding terbalik dengan judul. Mungkin yang gratisan hidupnya dari iklan, dari jumlah pengunjung yang kecelik.
Dari berbagai artikel hari ini yang dibaca, ada beberapa yang menarik. Salah satunya adalah :
- Guru Minta Teknologi Komputer dan Pengolahan Informasi Jadi Mata Pelajaran Lagi – 25 April 2015 16:26 WIB Ikon jumlah hit 2454 dibaca
Ternyata itu artikel lama, meskipun demikian masalah tentang pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) serta KPPI (Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi) yang dihapus di sekolah berdasarkan Kurikulum 2013, sampai saat ditulis ini ternyata belum ada solusinya. Terbukti masih banyak artikel dari harian Kompas (judul saja karena isinya tersimpan di Pusat Informasi Kompas) masih berkutat membahas hal tersebut.
Bagi awam yang belum memahami tentang apa yang dimaksud dengan pelajaran TIK dan KPPI ada baiknya melihat foto situasi kelas ketika murid-murid sedang belajar soal itu.
KOMPAS/AGUS SUSANTO : Murid kelas I SD Negeri 01 Mentent, Jakarta Pusat, mengikuti pelajaran komputer, beberapa waktu lalu. Pengenalan komputer sejak dini kepada anak-anak diberlakukan dibeberapa sekolah. Namun, Kurikulum 2013 menghapus Teknologi Informasi dan Komunikasi dari daftar mata pelajaran. Hal itu disesalkan sebagian besar siswa dan orangtua siswa.
Nah kelas seperti di atas itulah yang saat ini menjadi perdebatan. Maklum kelihatannya di Kurikulum 2013 materi tentang pelajaran TIK dan KPPI itu telah dihapus.
Nah masalah terbesar akibat penghapusan kurikulum TIK dan KPPI itu apa hayo ?
Jika mencermati artikel atau berita yang ada, maka penghapusan di atas berdampak pada nasib guru-guru (TIK dan KPPI), bukan pada murid. Itu berarti pencantuman mata pelajaran pada suatu kurikulum berdampak besar bagi mata pencaharian seseorang. Jadi permasalahan yang diungkapkan dan argumentasi yang disampaikan pada setiap artikel pada dasarnya hanya agar mata pelajaran tersebut hidup lagi, sehingga posisi mereka eksis.
Saya yang hidup dengan mengajar, sangat memahami hal itu. Jika mata kuliah yang kita ajarkan ternyata dianggap tidak penting, maka saat itu pula kita sebagai pengajar (guru/dosen) juga dianggap tidak penting. Gawat khan. Bisa-bisa itu dilanjutkan dengan mengeliminasi kita pada kelas yang ada, dan itu kelihatannya yang terjadi dengan mata pelajaran TIK dan KPPI. Itulah yang saat ini sedang ramai mereka perjuangkan. Moga-moga dapat jalan keluar yang baik.
Dari beberapa argumentasi yang mereka (guru-guru TIK dan KPPI) sampaikan dalam rangka meyakinkan pemerintah agar materi pelajaran tersebut dapat hidup lagi adalah mencoba meningkatkan kedudukan pelajaran tersebut. Bahwa sebaiknya pelajaran yang diberikan tidak sekedar suatu ketrampilan tetapi ditingkatkan menjadi suatu ilmu. Dengan menjadi ilmu tentu mata pelajaran tersebut dapat menjadi kewajiban untuk diajarkan. Lagi-lagi intinya, agar pelajaran itu hidup dan profesi mereka eksis lagi.
Sebagai seorang yang menyukai dan belajar TIK dan KPPI secara otodidak, karena hobby, mempelajari segala argumentasi yang disampaikan memang ada yang logis, relevan untuk kepentingan anak, dan ada yang tidak. Logis jika yang dinyatakan adalah pentingnya menguasai ketrampilan memakai komputer. Itu memang penting seperti sekarang ini. Tetapi sampai masuk ke ranah keilmuan, harus dijadikan ilmu tidak sedang ketrampilan, nah itu yang sedang saya pikirkan, yang mana ya relevansnya. Maklum saat ini, ketika melihat para lulusan SMA ketika di perguruan tinggi, maka yang relevan harus dikuasai adalah ilmu tentang matematika, logika dan berbahasa. Tidak bisa menguasai TIK dan KPPI tidak mengganggu proses belajar dan mengajar, sambil berjalan juga akhirnya nanti pasti bisa.
Jadi menurut saya, ada baiknya memang kurikulum TIK dan KPPI dihapus dari kurikulum. Ini penting agar tidak memberatkan anak didik akan ilmu pengetahuan dasar yang memang penting untuk dikuasai. Hanya saja pada sisi lain, proses pengadaan dan penghapusan kurikulum perlu pertimbangan matang. Maklum penghapusan kurikulum bisa berakibat pada nasib gurunya. Tetapi tidak benar juga jika kurikulum itu diadakan lagi hanya sekedar mengakomodasi nasib guru. Itu lebih gawat lagi.
Yah, ternyata keputusan tentang hal kependidikan itu tidak hanya sekedar agar muridnya pintar saja tetapi juga terkait dengan nasib gurunya. Jadi menjadi menteri itu tidak sekedar pintar tetapi juga bijak. Semoga pemerintahan kita sekarang bisa melaksanakannya.
Sayang juga kalau kurikulum itu dihapus. Padahal untuk sekarang dan masa yang akan datang ilmu itu sangat penting. Sekarang jamannya teknologi informasi, bukan jaman batu lagi. ^_^
SukaSuka
Sangat disayangkan jika kurikulum seperti itu dihapus. Padahal sekarang jamannya teknologi informasi. ^_^
SukaSuka
saya setuju dengan pak wir mengenai penghapusan ilmu TIK dan KPPI. Fokus pendidikan anak di tingkat elementer akan lebih baik pada aspek non digital. Bahkan untuk pengenalan saja, menurut saya di tingkat akhir smp sudah pas
SukaSuka