Berbicara tentang penelitian di Indonesia memang gampang-gampang susah. Teorinya bisa saja segunung. Bayangkan saja, setiap dosen yang bergelar doktor kalau ditanya tentang penelitian pastilah bisa menjawab mantap dan panjang lebar. Hanya saja implementasinya di lapangan, kadang tidak sesuai seperti yang dibayangkan.
Topik dan hasil penelitian hanya ramai di ruang sidang kampus-kampus, menjadi bahan diskusi dan debat antara tim penguji dan mahasiswa. Ujung-ujungnya penelitian hanya sekedar prasyarat lulus untuk meraih gelar akademik. Maklum dari banyaknya laporan penelitian yang dibuat, hanya sedikit yang bisa dipublikasikan ke luar untuk terbit di jurnal ilmiah bermutu atau terimplementasi menjadi inovasi bisnis. Terkait dengan publikasi, bahkan ada bukti bahwa laporan penelitian berbentuk skripsi (persyaratan akademik), akhirnya hanya dibuang karena memakan tempat di ruang perpustakaan.
Gambar 1. Skripsi-skripsi yang jadi sampah (www.rempong.net)
Kelihatannya sepele, tetapi adanya skripsi-skripsi dengan kondisi seperti di atas menunjukkan bahwa hasil pemikiran akademisi terbukti tidak bermanfaat, kecuali sekedar persyaratan kelulusan belaka.
Di kampusku sendiri memang belum ada program S2 teknik sipil kekhususan ilmu struktur. Adanya baru S2 teknik sipil kekhususan manajemen konstruksi, itupun posisinya di tengah kota Jakarta, bukan di kampus Karawaci. Oleh sebab itu aku tidak mempunyai murid bimbingan di level S2 di kampusku sendiri. Hanya saja ada satu perguruan tinggi di Jakarta yang melihat potensi keilmuan yang kumiliki, dan memberiku kepercayaan melakukan bimbingan thesis S2, khususnya yang tertarik dengan bidang keilmuanku tersebut.
Seminar Nasional ke-2 Fakultas Sains dan Teknologi UPH, yaitu SNSRT 2017, telah sukses terselenggara tanggal 17 dan 18 Mei 2017. Sukses karena banyak teman-teman mengasih selamat (maklum saya ketua pelaksana seminar tersebut), tidak ada complaint terkait pelaksanaan acara (ini tentunya karena kerja keras dari seksi acara yang dikomandoi pak Andry Panjaitan cs) dan yang lebih penting lagi adalah karena secara keuangan tidak ada yang tombok. Ini semua tentunya cukup melegakan. Bayangkan saja, informasi seminar tersebut yang berupa poster baru bisa ditayangkan pada akhir bulan Januari 2017. Ini posternya yang aku desain khusus dengan program Adobe Indesign.
Ini poster awal, yang bahkan belum mencantumkan siapa-siapa Invited Speaker yang akan diundang. Nggak tahu apa karena warnanya atau foto gedung UPH-nya, ternyata informasi yang disampaikan tentang seminar tersebut dapat menarik banyak peserta. Tahu sendiri khan, promosinya relatif murah, hanya pakai medsos dan email saja. Jadi ketika batas penerimaan abstrak, yaitu awal Mei, ada sekitar 147 kiriman abstrak yang masuk.
Jelas itu sesuatu yang tidak kuduga, padahal sebelumnya agak pesimis dengan jumlah peserta yang akan hadir. Dibayangkannya hanya sekitar Jabodetabek, ternyata tanggapannya datang dari 14 kota di Jawa (a.l. Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Bandung, Bogor, Cianjur), Sumatera (a.l. Padang, Medan, Lampung), dan Kalimantan (Palangka Raya).
Dengan jumlah abstrak yang masuk tersebut maka prosidingnya bisa lebih dari 1000 halaman. Itupun jika para pemakalah disiplin membatasi makalahnya maksimum 8 halaman. Jika lebih, wah ribet urusannya. Meskipun kebayang akan bagaimana tebalnya (mahalnya) prosiding, padahal anggarannya telah ditetapkan. Hanya saja jumlah abstrak masuk yang banyak, juga membuat para panitianya bersemangat dan percaya diri untuk mengundang beberapa invited speakersekaligus untuk memeriahkan acara tersebut. Inilah poster seminar final yang memuat para invited speaker yang dimaksud.
Desain poster seminar relatif sederhana, tetapi efektif lho. Lihat saja nggak sampai dua bulan, sudah ratusan yang memberikan tanggapan berupa abstrak. Jujur saja, untuk masalah desain, saya memang penggemar Google style, sederhana. Sampul-sampul buku yang aku buat juga seperti itu, to the point.
Akhir pengumpulan makalah penuh atau full paper ternyata jumlahnya berkurang dari jumlah abstrak yang masuk. Jadi pemakalah seminar menjadi 112 paper saja, tapi itupun datang dari 40 institusi terpisan, dan yang dari luar pulau juga tetap commited untuk hadir. Ini adalah daftar institusi pengirim makalah:
Indonesia International Institute for Life Sciences
Institut Sains Terapan dan Teknologi Surabaya
Institut Pertanian Bogor
Klinik Kesehatan LPMP Sumatera Selatan Kemendikbud RI
Politeknik ATI Padang
Politeknik Negeri Bandung
Politeknik Negeri Semarang
Poltekkes Kemenkes Surabaya
PT. Matahari Putra Prima
P.T. Pratama Industri, Sukabumi
PT. Bima Sakti Geotama
Pustek Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN
Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana
Sekolah Tinggi Teknik Surabaya
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Universitas Brawijaya
Universitas Gadjah Mada
Universitas Hang Tuah Surabaya
Universitas Ibn Khaldun
Universitas Indonesia
Universitas Indraprasta PGRI
Universitas Katolik Parahyangan
Universitas Kristen Indonesia
Universitas Kristen Krida Wacana
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Malahayati
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Universitas Negeri Medan
Universitas Padjadjaran
Universitas Palangka Raya
Universitas Pelita Harapan
Universitas Pembangunan Nasional
Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Tama Jagakarsa
Universitas Tarumanagara
Universitas Trisakti
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Suryakancana Cianjur
Dengan jumlah sebegitu banyak, maka dapat hadir di acara tersebut tentunya dapat juga digunakan untuk meluaskan jaringan pertemanan (networking) dari komunitas ilmiah yang ada. Ini adalah salah satu kelebihan menulis call-for-paper di seminar dibanding menulis di jurnal ilmiah. Untuk kualitas mutu penulisan, tentunya yang di jurnal ilmiah lebih tinggi karena review-nya dapat lebih detail.
Ini dokumentasi foto-foto selama seminar berlangsung, bagi para peserta seminar melihat foto-foto ini tentunya penting.
Memang sih kalau membaca judul di atas, semua pikiran pasti akan mengarah pada Pilkada yang baru saja berakhir. Tetapi apanya yang diragukan. Semuanya khan sudah jelas, tidak ada keraguan lagi, bahwa Jakarta sekarang sudah punya Gubernur yang BARU !
Betul ! Semoga itu semua akan berdampak pada kebaikan ibukota negeriku. Ingat, Jakarta itu khan berbeda dibanding kota-kota lain di Indonesia, bukan hanya milik etnis tertentu saja. Itu kota milik kita semua. Jadi hanya orang yang berpikiran sempit yang menyatakan itu. Ok sudahlah, yang penting sekarang kita kasih ucapan selamat kepada Gubernur yang baru, bapak Jokowi. Kita semua rakyat Indonesia mempunyai banyak harapan kepadamu : menjadikan Jakarta, ibukota yang dapat membanggakan kita , rakyat semua. O ya, tidak lupa juga diucapkan banyak terima kasih kepada bapak Gubernur lama, bang Foke yang berhasil mengusahakan Jakarta tetap aman dan terkendali selama Pilkada kemarin.
Kelihatannya, mata kuliah tugas akhir atau skripsi (6 sks), masih menjadi momok bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Padahal mata kuliah tersebut tidak ada yang mengajarkannya secara spesifik di depan kelas, seperti mata kuliah-mata kuliah yang lainnya.
Ini ada surat dari Dirjen Dikti yang mewajibkan publikasi ilmiah bagi setiap jenjang S1, S2 dan S3. Silahkan dibaca :
Wah jadi kelihatan nanti siapa yang bisa menulis atau tidak, karena tugas akhir yang dibuat tiap-tiap mahasiwa akan terpublikasi secara luas. Akan ketahuan nanti yang suka copy and paste.
Selamat belajar melakukan penelitian dan penulisan.
Sore tadi di kampus Karawaci, meskipun saya ada di lantai dasar gedung B tetapi gempa yang terjadi begitu terasa. Lantai terasa bergoyang, bayangkan saja bagaiman jika itu terjadi pada lantai bangunan tinggi. Saya berpikir itu gempa mestinya dari arah selat sunda, maklum Karawaci khan wilayah Banten, jadi lebih dekat dengan daerah yang sering disebut sebagai sumber gempa tersebut.
Sebagai orang yang berkecipung di bidang edukatif, sebagai staf pengajar yang cukup lama, maka tentunya membicarakan atau berdiskusi tentang skripsi, orisinilitas dan dana penelitian adalah sesuatu yang biasa. Jadi semestinya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Meskipun demikian ternyata kami di UPH baru saja menemukan kasus menarik. Seseorang anggota penguji skripsi dengan dalih mempertanyakan “orisinilitas” ternyata berhasil mengobrak-abrik hal-hal yang berkaitan dengan “skripsi” dan “dana penelitian“. Ini tentu saja akan berdampak luas terhadap suatu kebijakan yang tengah berlangsung.
Catatan Wiryanto : adalah suatu kehormatan bahwa versi web dari Laporan Kunjungan Penelitian prof. Harianto di Uni Kassel Jerman dapat dipublikasikan di blog ini. Beliau akan menceritakan bagaimana aplikasi beton mutu sangat tinggi telah diaplikasikan dalam suatu jembatan. Jelas teknologi seperti yang dilaporkan beliau belum pernah ada di Indonesia dan karena baru pertama kalinya dipakai di Jerman, maka membahas jembatan tersebut tentu cukup menarik.
Gambar 1. Prof. Dr.-Ing. E. Fehling dan Prof. Dr.-Ing. Harianto H. (Penulis).