Banyak alasan memilih kehidupan menjadi dosen dibanding praktisi di lapangan. Namun ada juga yang berpikir bahwa kehidupan dosen itu monoton, maklum dianggapnya hanya mengajar materi yang relatif sama kepada mahasiswanya dari semester ke semester, lalu bertahun-tahun juga akhirnya. Adapun yang selalu baru hanya muridnya. Itu tentunya dengan catatan bahwa muridnya pintar-pintar dan selalu lulus mata kuliah yang diajarkan. Itu penting karena kalau muridnya banyak yang tidak lulus, maka yang dituduh tentu dosennya. Kesannya, dosennya tidak mampu mengajar. 😀
Adanya pendapat seperti di atas itulah yang menimbulkan cara pandang pada masyarakat bahwa kehidupan praktisi di lapangan adalah dunia yang nyata. Mereka dapat berbangga, karena mereka ketemu masalah yang selalu baru. Dinamis, begitu pernyataannya. Mereka bahkan berpikir bahwa negaranya maju adalah berkat karya nyata mereka, bukan karena pernyataan para teoritis di kampus, yang notabene adalah dosen-dosen yang disebut monoton di atas.
Apakah seperti itu kehidupan seorang dosen dalam kaca mata sehari-sehari.
Sebagai seorang yang melakoni kehidupan dosen yang dimaksud, maka pandangan di atas tidak bisa disalahkan. Tugas utama dosen, sehingga mereka mendapatkan gajian adalah mengajar murid-murid mahasiswanya. Jika tidak ada mahasiswa yang diajar, maka bisa-bisa institusinya akan memindahkan dosen yang bersangkutan karena membebani anggaran belanjanya. Jadi kehidupan sebagai pengajar adalah utama, jika tidak mau gajinya dicoret. 😦
Nah dalam mengajar tersebut, maka yang utama adalah membuat pintar murid-muridnya, kalau bisa mereka dapat lulus semua. Itu tentunya tidak sekedar lulus, tetapi berharap bahwa ilmu yang diajarkan dosen dapat menjadi bekal para alumninya untuk berkiprah di dunia nyata setelah lulus. Jika tujuan itu dapat dicapai, maka tidak ada tuntutan lagi bahwa materi yang diajarkan selalu baru tiap tahunnya. Paling-paling cuma mengikuti peraturan pemerintah yang terkait dengan materi yang diajarkan tersebut.
Lho maksudnya itu apa pak Wir, koq terkait peraturan pemerintah segala ?
Yah memang, itu mungkin hanya berlaku untuk materi kuliah yang aku ajarkan. Maklum, aku khan mangajarkan mata kuliah terapan, seperti Struktur Baja, Struktur Kayu, dan semacamnya. Kalau materinya bersifat dasar, seperti Matematika dan Fisika maka jelas pernyataan saya di atas, tidak berlaku.
Materi struktur baja dalam aplikasinya, seperti perencanaan jembatan baja atau gedung baja dapat terkait dengan keamanan publik. Untuk memastikan itu, maka pemerintah membuat suatu peraturan khusus, untuk mensyaratkan setiap perencanaan yang dibuat harus memenuhi ketentuan minimum untuk menjamin keamanan bangunan terhadap hal-hal khusus, seperti beban gempa dsb. Peraturan tersebut bisa berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Lho koq bisa berubah ya pak. Apakah ilmu-ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi itu juga berubah, siapa yang merubah dan dimana perubahan itu dapat dilihat / diketahui ?
Ini suatu pertanyaan filosofi. Tidak setiap orang dapat menjawabnya, apalagi kemudian dikaitkan dengan kehidupan dosen, yang dianggap sebagian orang adalah kehidupan tidak nyata (teoritis) dan stagnan (monoton dan tidak dinamis). Apakah dengan demikian perubahan yang dimaksud dihasilkan oleh para praktisi di lapangan ?
Lanjutkan membaca “daftar jurnal ilmiah internasional teknik sipil (struktur)” →