Menarik juga jargon-jargon dunia pendidikan, Kompas hari ini menampilkan iklan universitas tertentu (bukan uph) yang mencari dosen yang passionate about entrepreneurship di bidang bisnis, pariwisata, desain komunikasi visual, interior desain, IT dan psikologi.
Apakah anda tahu, apa yang dimaksud ?
Setahu saya, dosen yang ideal adalah dosen yang tahu ilmu teori, ditunjukkan dengan gelar legal (master atau doktor) yang didukung oleh produktivitasnya dalam bidang penelitian dan publikasi; serta ilmu praktek, pengalaman bekerja sebagai profesional pada bidang ilmunya sehingga tahu di lapangan bagaimana menerapkannya.
Prakteknya, seorang profesional dituntut dapat menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan rencana awalnya, baik dari sisi mutu, waktu dan biaya yang diperlukan. Meskipun untuk itu, kadang-kadang si profesional tidak bisa menjelaskan secara runtut strategi bagaimana ia mendapatkannya. Jadi kerja profesional adalah berorientasi pada hasil.
Sisi lain, seorang lecturer dituntut untuk dapat menyampaikan proses, urut-urutan kerja atau metode yang runtut dalam memakai ilmu yang diajarkan tersebut untuk mendapatkan hasil, sehingga mahasiswa dapat memahami rahasia ilmu tersebut dan menguasainya. Jadi kemampuan menguraikan suatu masalah menjadi sederhana sehingga dapat dimengerti oleh seorang siswa itu penting bagi seorang lecturer.
Jadi dengan menggabungkan kedua hal tersebut, dapat dihasilkan lecturer yang mumpuni, bisa menetapkan tujuan yang bermanfaat dan menjelaskan fenomena terjadinya, sehingga mahasiswa mengerti dan termotivasi untuk mempelajarinya lebih lanjut.
Lha sekarang kalau ditambah entrepreneurship gimana ?
Kalau yang di atas tersebut, aku yakin aku bisa masuk kategori tersebut, tetapi kalau entrepreneurship, wah kayaknya aku nggak punya tampang lho.
Kalau punya , pasti nggak jadi dosen, jadi pengusaha kali ! Lho 😉
Menurut saya, entrepreneurship adalah kemampuan berwirausaha, kemampuan secara mandiri untuk berusaha menghasilkan sesuatu yang ujung-ujungnya adalah profit (duit). Secara umum dapat disebutkan bahwa mampu berwirausaha adalah pintar nyari duit sendiri tanpa perlu kerja pada orang.
Jika benar, maka tentunya tidak setiap mata kuliah perlu dosen yang berjiwa entreprenuership tersebut. Karena kalau yang menonjol jiwa entrepreneurship-nya dan bukan profesionalitas dibidangnya, maka bisa-bisa dia menjelaskan ” ngapain belajar ilmu Slope Deflection segala, toh nanti kerja pakai komputer”. Note : ilmu Slope Deflection adalah ilmu dasar analisa struktur di bidang teknik sipil.
Ilmu entreprenuership menurut saya cukup diberikan oleh dosen tamu, yaitu dengan cara mendatangkan pebisnis real yang sukses untuk sharing pengalamannya.
O ya, jadi ingat, dosen yang berjiwa entrepreneurship khan di Indonesia sudah banyak sekali, itu lho dosen yang suka ‘ngobjek’. He, he, itu umumnya dosen-dosen di PTN (UI, ITB, UGM) , tetapi setahuku itu dulu, sebelum krisis, sekarang gimana ya ?
Kalau begitu, universitas di atas tersebut sedang mencari dosen yang suka ngobjek, atau mungkin terbalik, pengusaha yang suka nyambi jadi dosen. Jadi dosen itu adalah kerja sambilan (lho itu khan yang terjadi selama ini, gaji dosen nggak cukup, ya gimana lagi).