Dalam salah satu diskusi di Blog ini sdr. Gancang Pakar Mahajan Larosa, salah satu anak muda warga Nias berharap :
Pak Wir, bagaimana kalau “pembahasan Rumah Adat NIAS dapat diangkat jadi satu topik khusus”
Rumah adat Nias itu luar biasa loh, bisa bertahan di daerah gempa bahkan bisa tahan di skala gempa 8.7 SR.
Orang-orang pada masa dahulu ternyata sudah tahu membuat rumah anti gempa juga ya … Mereka patut diacungi jempol. Kenapa ? Dengan peralatan yang sederhana dan tidak menguasai analisa struktur mereka bisa juga bangun rumah seperti itu …
Saya kira, usul di atas menarik untuk diperhatikan ! Baiklah, saya akan menuliskan topik tersebut menjadi salah satu artikel di blog ini. Artikel pesanan begitu ya, he, he, he … 😀
Apa benar bangunan tersebut tahan gempa ? Faktanya ?
KETIKA sebagian besar rumah warga di Kepulauan Nias, baik di Kabupaten Nias maupun Kabupaten Nias Selatan, goyah oleh guncangan gempa dengan kekuatan 8,7 skala Richter, Senin (28/3), ternyata masih ada kompleks bangunan yang tetap kukuh. Padahal, bangunan itu tergolong tua dan kondisinya juga tak sekukuh seperti bangunan dengan fondasi beton.
Ya, bangunan itu adalah rumah adat Nias di Desa Bawomataluo, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan. Dari ibu kota kabupaten, desa itu sekitar 10 km ke timur. Di wilayah tersebut ada 600-an rumah adat yang lazim disebut omohada (rumah kecil). Rumah-rumah adat itu tak satu pun yang ambruk atau roboh. Hanya rumah adat omosebua (rumah adat besar) yang sedikit miring. Namun sekilas kalau kita lihat dari jauh, kemiringannya tak begitu terlihat.
Barisan rumah adat omo hada yang tidak ambruk (https://www.kompasiana.com)
Fakta-fakta seperti itu cukup banyak dibicarakan di internet, tetapi pembahasan dari sisi teknis, koq rasanya belum ada. Jumlah rumah yang tidak roboh mencapai 600-an rasanya lebih dari cukup sebagai bukti bahwa rumah tersebut tahan gempa, jadi alangkah baiknya jika itu dapat dipopulerkan kembali dan menggali kembali kebijaksanaan orang-orang kuno ketika membangun rumah adat tersebut.
Sebelum berbicara lebih jauh, ada pernyataan mas Guncang yang menggugah, yaitu :”tidak menguasai analisa struktur, mereka bisa juga bangun rumah seperti itu !“. Apa benar mereka tidak menguasai analisa struktur ? Kalau benar, jadi untuk apa saya perlu belajar analisa struktur, toh akhirnya bisa aja membangun mendesain rumah tahan gempa seperti itu. Kalau begitu, nanti juga nggak ada yang masuk kelasku, aku khan mengajar analisa struktur. 😐
Jadi kira-kira kalau begitu, mereka tahu analisa struktur ya pak Wir ? Padahal, jaman dulu khan belum ada sarjananya di Nias. Bagaimana itu pak ?
Begini dik ! Apa sih yang dimaksud dengan analisa struktur tersebut ?
Ini yang saya pegang ! Analisa struktur adalah ilmu untuk mempelajari perilaku struktur pada saat menerima beban luar. Perilaku struktur tersebut dapat dilihat dari gaya-gaya internal dan lendutan yang terjadi, sehingga berdasarkan hal-hal yang diketemukan tadi maka dari struktur tersebut dapat diketahui : bagian-bagian mana yang kritis dan juga performance-nya saat dibebani. Itu semua (analisis) dapat menjadi dasar / acuan untuk memperkirakan kinerjanya (desain).
Bagaimana untuk mengetahui perilaku yang dimaksud ? Ada dua cara, yaitu (1) analitis dan (2) eksperimen.
Yang banyak diberikan di perguruan tinggi adalah cara analitis, karena relatif mudah, murah dan waktunya cepat. Oleh karena itu, cara analitis sangat populer. Meskipun demikian, cara itu umumnya masih terbatas untuk menyelidiki perilaku struktur pada kondisi elastis. Cara-cara analitis yang umum dipelajari di tingkat S1, misalnya, Metode Cross, Metode Slope Deflection, Energy dsb-nya. Oleh karena itulah, mengapa orang-orang awam (juga sarjana sipil pada umumnya) menganggap bahwa yang namanya analisa struktur adalah cara itu tadi (Cross, Slope Deflection dll). Saya yakin itu. Padahal itu hanya alat saja, hanya sarana saja untuk dapat mempelajari perilaku struktur, dan itu pun hanya terbatas pada kondisi elastis linier. Jadi analisa struktur dalam arti luas sebenarnya tidak terbatas pada itu saja.
Dengan demikian, bisa saja ada orang Nias di jaman dulu (orang bijak katakanlah) mau merenung dan mengamati perilaku alam dan mampu menarik kesimpulan yang mengungkapkan rahasia alam tersebut, yaitu berdasarkan pengalaman empiris. Kita khan sebagai manusia khan sudah dikenal dikaruniai akal budi. Hanya bedanya dengan ilmu modern, pengetahuan tersebut tidak dijelaskan secara nalar logika, ilmiah dan dipublikasikan. Kita khan terkenal sebagai bangsa ‘lesan’. 😀
Dengan demikian, prediksi saya. Orang yang pertama kali mendesain rumah adat Nias mempunyai pemahaman perilaku struktur yang dimaksud, ya tentu saja dengan cara empiris, dengan cara trial-and-error sehingga diperoleh satu hasil yang memuaskan yaitu rumah adat yang dimaksud. Karena ternyata hasilnya baik, maka biasalah maka orang-orang lain lantas menirunya. Yah untuk mencapai kondisi ditiru oleh orang banyak, itu perlu waktu bertahun-tahun. Ciri-ciri ilmu seperti itu adalah umumnya bentuknya dari waktu ke waktu adalah mirip satu sama lain, karena mengandalkan hasil yang sudah ada sebelumnya, dari turun temurun. Benar nggak ?
Kalau ilmu analisa struktur modern khan menjadi tidak terbatas, struktur bentuk apa saja bisa dianalisis dan diprediksi perilakunya agar dapat dibangun dengan memuaskan. Itulah dik gunanya ikut kuliah saya di UPH. (lho koq jadi promosi). 😀
Mana cerita bangunan Nias-nya pak ?
Ya sebentar, sabar dik. Itu tadi khan baru intro agar memberikan motivasi bahwa ilmu modern itu juga berguna lho, karena dapat secara sistematis mengungkapkan perilaku yang mungkin jika dipahami secara tradisionil, perlu waktu yang lama untuk melakukan pengamatan. Kalau terlalu lama nanti keburu tua. 😦
Terus terang, saya sendiri tidak banyak atau belum pernah meneliti tentang rumah adat Nias. Saya berharap bahwa artikel ini dapat menjadi pencerahan bagi teman-teman lain untuk mulai melakukan penelitian atau sebagainya, minimal mengenalkan pada dunia luar. O begitu ya.
Sebagai seorang yang meminati bidang rekayasa struktur, dan telah berkecipung lama di dunia tersebut. Penulis mengamati sudah ada seorang Nias intelek yang mencoba membuat penelitian modern dan dipublikasikan, yaitu Dr. Yuskar Lase. Kalau tidak salah waktu itu dipublikasikan di seminar HAKI (kalau punya, sharing ya). Ternyata hal itu ditindak lanjuti oleh sdr kita, ahli gempa dari UK-Petra, bapak Pamuda yang membahas kembali bagaimana performance rumah adat NIAS terhadap gempa dengan memakai program SAP2000. Publikasi beliau telah disampaikan di Seminar Internasional EACEF 26 September 2007 di UPH kemarin dengan judul sebagai berikut.
Pamuda Pujisuryadi, Benjamin Lumantarna and Yuskar Lase, “Base Isolation in Traditional Building, Lesson learned from Nias March 28, 2005 Earthquake“, Proceeding EACEF – The 1st International Conference of European Asian Civil Engineering Forum, Universitas Pelita Harapan, INDONESIA – September 26-27th, 2007
(down-load this paper 516 kb)
Jadi dengan ilmu modern yang dikuasai oleh bapak-bapak tersebut maka rahasia besar, faktor apa yang menyebabkan rumah adat Nias tersebut tahan gempa dapat dengan cepat diungkapkan. Itulah gunanya mempelajari Ilmu Teknik Sipil, ilmu yang berguna bagi sesama lainnya.
Saya berharap artikel ini dapat memicu pemahaman kita dan juga membantu teman-teman Nias untuk mempromosikan rumah adat mereka.
Syallom.








Tinggalkan Balasan ke Beo Nias di dadaku!!! « gancangpml Batalkan balasan