fitna dan geert wilders


Dimulai dari komentar sdr Robby Permata yang memberitahukan bahwa ada politisi Londo yang cari sensasi dengan cara menjelek-jelekkan agama, ada link rujukannya juga. Yah, intinya saya diminta membahasnya.

Apakah pak Wir lalu melihat link rujukan tersebut ?

Terus terang, kalau ada hal-hal menjelek-jelekan seperti itu saya nggak langsung mengikuti link yang dimaksud. Tetapi saya lebih mencoba memahami apa yang menjadi pemikiran sdr Robby, mencoba memahami kekesalannya terhadap fakta yang disampaikan oleh politisi londo yang dimaksud. Bahkan dari komentar tersebut saya sudah menanggapi. Intinya bukan ke politisi tetapi ke pemberi komentar, untuk jangan ambil ati.

Dalam perkembangan lebih lanjut, seiring dengan perjalanan waktu. Penulis merasa terkaget-kaget, bahwa apa yang pak Robby sampaikan pada komentarnya ternyata sedang ramai menjadi pembicaraan di dunia internet. Coba aja pakai Google lalu ketik kata kunci fitna dan geert wilders.

Apakah pak Wir kaget dengan materi fitna, yang menjelek-jelekkan agama tersebut ?

O bukan seperti itu maksudku. Saya kaget terhadap respon yang begitu banyak dan cepat, reaktif sekali. Mungkin karena ini ada kaitannya dengan agama. Hanya akibat perbuatan seseorang, dampaknya begitu besar. Bisa-bisa itu disikapi untuk menjadi ‘perang’.

Jadi ya benar sekali pepatah yang mengatakan bahwa “fitnah adalah lebih kejam dari pembunuhan“. Mungkin kalau si geert membunuh seseorang, maka beritanya nggak akan sebesar ini, benar juga bahwa “lidah lebih tajam dari sebilah pedang“.

Isinya apa sih pak Wir ?

Lho emangnya saya sudah cerita kalau sudah down-load. Belum khan. Dari luarnya aja saya sudah memahami bahwa itu adalah sampah. Emangnya perlu dilihatin.

Ingat dik. Kita ini sudah masuk dalam jamannya kebebasan informasi, apalagi dalam era digital ini, informasi sudah masuk dalam hitungan detik, ke mana aja, selama teknologinya mendukung. Informasi tadi menghasilkan pengetahuan. Jadi dengan berlimpahnya informasi maka pengetahuan juga berlimpah. Pertanyaannya sekarang, apakah dengan banyak pengetahuan tersebut maka itu pasti berguna bagi kita ?

He, he, he, ya nggak dong. Namanya saja pengetahuan, maka bisa saja itu pengetahuan baik atau pengetahuan buruk.

Tahunya itu baik atau buruk ?

Ha, ha, inilah yang setiap orang tidak tahu. Anda tahu nggak suatu pengetahuan itu buruk. Coba pengetahuan buruk itu apa hayo ?

Sentimen agama ? Pornografi , dan semacamnya itu.  Iya khan pak ?

Lho koq nggak mantap, masih aja ada nada pertanyaan. Sekarang saya kasih informasi atau pengetahuan begitu. Ini misalnya ada seorang gadis cantik telanjang, ini fotonya. Sekarang saya bertanya kepada kamu, informasi atau pengetahuan dalam bentuk gambar itu baik atau buruk ?

Wah itu pornografi pak ! Bapak bisa dituduh menyebarkan lho !

Jadi menurutmu itu pengetahuan buruk khan ? Tapi coba ini diberikan ke orang lain, apa reaksinya mesti sama seperti kamu ? Yang jelas tidak mesti seperti itu, ada yang komentar “kasihan, koq nggak pakai baju ?. I ya bu, itu foto ketika sedang ada tsunami, lagi pada mandi. Untung itu masih selamat“. Ada juga yang kasih komentar “khan kelihatan khan sekarang, ada beberapa indikasi akan terjadi kanker kulit !. Untung kamu perlihatkan foto tersebut, kalau tidak kasihan kalau nggak cepat diobati” dan lain, sebagainya.

Jadi dari foto yang sama, bisa menimbulkan interprestasi yang berbeda-beda. Jadi yang membuat suatu pengetahuan itu baik atau buruk adalah dari interprestasi pikiran orang terhadapnya. Ingat kata-kata psikolog bahwa “manusia adalah apa yang dia pikirkan“.

Wah begitu ya pak. Jadi apakah itu baik atau buruk, itu dari kita sendiri ya pak ?

Lho lha iya lah. Oleh karena itu, karena dari semula saya sudah melihat itu jelek, lha untuk apa saya lihat. Ya kaya melihat kotoran itu bau, apa harus dicolek untuk membuktikannya.

Jadi yang membuat saya terkaget-kaget itu adalah tanggapan dari para blogger tersebut, yang dengan bangga membuat posting yang menyebarkan informasi tentang fitna dan geert wilders. Itu khan berarti nggak bijak, dari satu sisi si geert tambah populer (memang itu maksud tujuannya membuat fitna), di sisi lain adalah mengobarkan sentimen negatif pada masyarakat yang memang belum cukup dewasa untuk memilah apakah itu baik atau buruk. Nggak mendidik begitu !

Lho siapa aja itu pak ?

Ya banyak lha, silahkan aja lihat sendiri. Saya sebenarnya bisa juga termasuk ikut mempopulerkan juga, tetapi ini terpaksa karena perlu juga wawasan lain tidak sekedar sentimen begitu.

Kalau menurut bapak sendiri gimana si geert tersebut, jadi nggak salah dong ?

O ya bukan begitu. Terlepas dari kebebasan berpendapat yang di negaranya memang dijamin, atau mungkin itu yang dinamakan demokrasi. Saya kurang jelas, karena pada dasarnya saya juga bukan orang yang 100% mendukung hal tersebut. Yang jelas kalau ditinjau dari sisi agama (boleh khan karena isunya juga tentang agama), maka tindakan si geert tersebut jelas-jelas menyimpang dari norma agama, khususnya agama kristen atau katolik ( ya karena itu agamaku).

Maksudnya ?

Saya kurang tahu agama si geert, tetapi tentunya dia tidak beragama seperti materi fitna itu khan. Orang banyak mengira bahwa agamanya si geert adalah juga kristen dan semacamnya. Ok, baiklah karena orang barat umumnya diidentikan dengan agama kristen/katolik. Jika ternyata dia beragama tersebut, maka jelaslah dia berdosa besar ! Mengapa ? Karena jelas dia mencederai perintah kasih yang Tuhan Yesus berikan, khususnya kasih kepada sesama. Ingat sesama bagi orang Katolik adalah manusia semuanya, tidak dibeda-bedakan oleh agama.

Lho pak Wir, yesus itu khan identik dengan agama ?

Inilah persepsi yang salah, saya nggak seperti itu. Agama adalah pesan tuhan kepada manusia sebagai jalan menuju kepada-Nya. Jadi bukan berarti jika anda sudah beragama maka sudah ketemu Tuhannya. Nggak seperti itu. Jadi dosanya si geert jika memang dia orang kristen, adalah dia sudah mengetahui jalannya, tetapi koq sampai berbuat tidak seperti yang tercantum dalam jalan tersebut. Menyimpang gitu lho. Sudah tahu itu salah tetapi melakukannya, wah itu hukumannya lebih berat.

Ah, kira-kira gitu dulu ya.

Eh, pak Wir sudah down-load fitna ?

Kamu itu koq ngeyel, sampah koq di down-load. 😛

54 pemikiran pada “fitna dan geert wilders

  1. wir

    sdr Arul
    anda masih ngotot tentang pernyataan saya tentang fakta.

    Bagus-bagus, tapi mohon pikirkan sendiri, jika anda saja masih ragu itu bukan fakta dan ngotot kepada saya agar juga mengatakan hal tersebut (bukan fakta). Tapi mengapa pejabat pemerintah (pak menteri) yang notabene senior anda sudah bersikap dan telah menganggapnya sebagai “fakta” sehingga selanjutnya membuat suatu keputusan yang menghasilkan fakta baru yang “ramai” di wordpress ini.

    Ingat, kalau seseorang melakukan tindakan bukan didasarkan fakta, itu khan namanya kurang kerjaan, nggak bijak gitu. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pak menteri karena bijak pasti telah berpikir bahwa film itu memang FAKTA untuk ditindak-lanjuti.

    Anda ini koq malah bertentangan dengan pak menteri sih, yang notabene senior anda. Kualat lho !

    Suka

  2. “Berkaitan dengan film tadi, bisa saja materi yang di film adalah fakta”

    cuman hanya kata itu aja yang bingung buat saya membuat ambigu, dan bisa2 saja saya beranggapan itu sara, yang lain saya dukung ungkapan bapak. OK.

    just it, saya cuman meminta bapak untuk memperbaiki kata2 itu supaya tidak terkesan menyudutkan (Monggo kalo mau yah itukan terserah bapak).

    Saya hanya mungkin mahasiswa ecek2 jadi masih perlu banyak ilmu atau informasi2 yg sy dapatkan dari bapak yang seorang dosen.

    Suka

  3. wir

    sdr Arul,
    Cara menginterprestasikan kalimat di atas memang bisa beragam, tergantung wawasan, dan keterkaitan person yang memikirkannya.

    Saya memahami maksud anda, karena kata “fakta” itu dapat diartikan sebagai suatu kenyataan, yang seperti itulah film tersebut. Sehingga itu terkait langsung dengan pemahaman yang melekat pada diri saudara.

    Saya kira jangan terlalu memandang seperti itu. Karena fakta di situ ingin mengatakan bahwa film itu memang ada, lalau didalamnya adalah memang benar dilakukan orang, bukan film kartun, begitu maksudnya. Kita khan tahu bahwa film kartun itu khan hanya imajinasi, bukan fakta. Tetapi apakah yang dilakukan itu merupakan gambaran suatu ideologi yang telah kita kenal bersama. Tentu tidaklah demikian.

    Untuk itulah dibutuhkan dialog, untuk menyamakan persepsi. Itulah juga yang dilakukan oleh senior anda pak Nuh dalam menyamakan persepsi yang perlu dilakukan karena tugas dia selaku pejabat negara.

    Jadi tidak ada kesan menyudutkan, bahkan mendukung himbauan pemerintah dalam hal ini menteri depkominfo agar memberi pemahaman individu untuk menolak film tersebut, terlepas dari apakah itu fakta atau tidak, tetapi yang jelas itu telah membuat resah. Iya khan.

    Suka

  4. Ping-balik: Film “Fitna” Buatan Indonesia « Satori

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s