Indonesia Bisa !
Saya kira ini akan menjadi jargon baru bagi rakyat Indonesia semenjak dicanangkannya seruan tersebut oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono atau biasa dikenal sebagai SBY dalam Peringatan 100 tahun hari Kebangkitan Nasional, yang diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Selasa, 20 Mei 2008 pukul 18.00 W.I.B.
Apakah seruan tersebut mendapat sambutan yang meriah atau tidak oleh rakyat Indonesia, saya kurang tahu. Tapi yang jelas perihal tersebut cukup lekat saya rasakan karena anakku yang pertama ternyata menyambut hangat, karena dianya dipilih untuk bisa turut serta memeriahkan acara tersebut. Via sanggar tari bali Saraswati yang telah dia geluti sejak kelas 3 SD dahulu, dia dipilih sebagai satu dari seratus penari yang mewakili kebudayaan P. Bali.
Jika pak SBY dapat dengan mantap mengatakan “Indonesia Bisa !”, maka bagiku tentulah jargon di atas masih terlalu berat untuk dibawakan dengan sepenuh hati. Maklum orang kecil.
Adapun jargon yang bisa dengan mantap aku teriakkan, paling-paling “Aku Bisa”, “Keluargaku Bisa”, atau paling juga “Mahasiswaku Sipil UPH Bisa !”. Karena jargon bagiku juga merupakan visi-misi yang diyakini dapat diwujudkan. Sedangkan kalau aku bilang seperti di atas, wah masih terlalu jauh.
Dengan konsep seperti itulah, meskipun scope diriku masih lokal dan kecil, tetapi ternyata fakta menunjukkan bahwa “BISA dalam scope lokal” yang dimaksud ternyata dapat bersinggungan dengan “BISA dalam scope nasional”. Ya karena gara-gara anakku tersebut.
Untuk menceritakan bagaimana acara “Indonesia BISA” tersebut maka ada baiknya aku bawakan dalam bentuk gambar-gambar, yang saya kira belum ada di internet ini. Jadi bagi yang belum berkesempatan melihat acara tersebut simaklah ini.
Sebagian dari 600 pelajar-pelajar yang manarikan Tari Saman dari Aceh, sedang mendengarkan briefing terakhir dari pelatih.
Ada tetangga berpose, ikut jepretlah. Jadi maklumlah kalau sorot mata nggak ke kamera. 😛
Penari Bali, penari Papua dan penari Jatilan berpose ria.
Kayaknya yang jatilan atau kuda lumping adalah yang ini ya. Jadi yang di atas kanan itu penari apa ya ?
Ini dari pulau Kalimantan
Ini daftar tempat duduk peserta acara
Salah satu element masyarakat yang datang diundang. Pukul 17.00 mereka sudah berbaris rapi untuk masuk melalui pintu stadion yang ditunjuk. Kelihatanya yang diundang adalah dari lembaga-lembaga, misalnya polri, pemda dan semacamnya. Tiket tidak dijual bebas.
Tapi untunglah, karena seharian menjadi pengantar dan diberi kartu pengenal juga maka ketika para petugas melihat itu mereka berkenan memberi tiket di atas agar para orang tua peserta dapat turut serta masuk studio untuk melihat acara tersebut. Jelaslah ini adalah suatu hal yang tidak terduga sebelumnya. Orang Indonesia itu ternyata BISA berbaik hati pula ya !
Perhatikan di tribun penonton yang bergambar bapak dan ibu presiden, itu adalah kumpulan orang lho yang diatur sehingga membentuk noktah-noktah piksel bergambar. Hebat lho. Ternyata orang Indonesia BISA !
Pembukaan, diawali dengan video tentang ‘bisa’-nya Indonesia, lalu nampak di video tersebut penerjun meloncat dari pesawat, selanjutnya musik . . . . .
Tiba-tiba di angkasa penerjun yang tadi tampil di video tersebut sudah nampak, masuk dari atas stadion senayan. Dan, tepatlah mereka mendarat dengan payungnya ke bagian tengah lapangan yang ternyata sudah disiapkan. Eh, BISA tepat juga mereka. Selanjutnya defile pembukaan bergerak, ya seperti yang di foto atas. Jadi sayang ya, penerjunnya nggak kelihatan. Maklum itu udah pakai ISO1600 untuk motonya, kalau pakai blitz nggak kuat, terlalu jauh. Jadi kalau moto di arahkan ke angkasa maka penerjunnya juga nggak kerekam. 😦
Ini konfigurasi tari Saman dari Aceh, yang dilakukan oleh sekitar 600 pelajar sejabotabek. Menurut informasi yang kudengar sewaktu gladi-resik, konfigurasi ini merupakan yang terbesar yang pernah dibuat. Hebat dong ! Hanya sayang kalau melihat gambar statis di atas, maka tidak terlihat segi keindahan dari tari tersebut, yang hebat sih dalam kecepatan gerak dan kebersamaan yang dibuat oleh para penari tersebut. Kalau kebersamaan seperti para penari Saman tersebut berimbas pada pembangunan, wah Indonesia pasti BISA.
Setelah daerah per daerah tarian di tampilkan, termasuk dari Bali, dimana anakku salah satunya maka bersama-sama mereka mengakhirinya dengan membentuk gambaran pulau Nusantara. Ingin menyatakan bahwa nusantara, adalah bhinneka tunggal ika, berbeda-beda tetapi satu adanya. Konsep seperti ini kayaknya sekarang mulai pudar. Di bidang keyakinan saja, ada yang beda sedikit maka dibilang apa gitu. Padahal perbedaan tersebut bila dipandang dari sisi lain bisa disebut keanekaragaman. Menarik lho. Jadi BISA khan menerima perbedaan ?
Tentara Indonesia tidak mau kalah, mereka menunjukan bahwa tanpa senjata, hanya mengandalkan tangan kosong mereka mempunyai keahlian bela diri yang tangguh. Kalau tidak salah ini unsur angkatan darat dan udara. Sebelah kanan demostrasi memecahkan benda keras, yang tengah dengan mata tertutup melompat ke lingkara api. Intinya jika ada embargo teknologi senjata, mereka masih BISA membela negeri ini. Gitu khan.
Jika sebelumnya adalah parade beladiri tentara, maka parade pencak silat menggelar tampilan tersendiri. Karena pencak silat maka penampilannya beragam, ada yang memperlihatkan ‘kembangan’ yang memang untuk di tonton, tetapi ada pula yang memperlihatkan pemecahan benda keras yang merupakan ciri khas suatu bela-diri. Gambar diatas memperlihatkan para pesilat tersebut ketika meninggalkan gelanggang dengan membentuk formasi khusus, melingkar-lingkar. Karena gambarnya statis jadi tidak terlihat nyata keindahannya.
Tidak ketinggalan defile Polisi tentang kesiapannya untuk mengatisipasi huru-hara. Moga-moga ini tidak hanya menjaga negara ini dari para pengunjuk rasa kenaikan BBM, tetapi juga elemen masyarakat yang membutuhkan perlindungan dari elemen masyarakat lain yang merasa benar sendiri. Tahu sendiri khan yang dimaksud. Jadi sebenarnya kalau mau, kekacauan-kekacauan tersebut yang biasa nongol di televisi BISA lho di atasi. Defile-nya hebat koq. Hidup pak Polisi, tapi mengayomi masyarakat ya pak.
Dalam salah satu sesi, digelar bendera kain terbesar yang pernah ada. Memang tidak dikibarkan sih. Kalau mengingat hal tersebut maka memori meloncat ke industri kain di Indonesia. Wah moga-moga ini kainnya beli produk dalam negeri. Moga-moga begitu. BISA khan !
Defile penutupan acara yang diikuti oleh ribuan peserta, dapat berjalan tertib dan lancar, serta tidak terlihat sedikitpun kekacauan. Ternyata kalau mereka mau, mereka-mereka ini BISA juga. !
Agatha, tersenyum bangga, setelah berminggu-minggu sebelumnya meluangkan waktu khusus untuk bersama-sama dengan penari-penari Bali untuk berlatih untuk acara tersebut dan akhirnya pada malam tersebut sukses ikut serta sampai tuntas acara. Bayangkan itu mereka sudah berdandan ria sejak pk 13.00 dan siap sejak pukul 15.00. Jadi tidak sekedar bisa menari saja, tetapi perlu fisik yang kuat. Wah bapak dan ibunya yang mengantar saja (tidak menari), sudah kecapaian. Bagaimana dengan mereka. Penari-penari tersebut bervariasi, temannya ada yang masih SD, sedangkan Agatha sudah duduk di SMP, ada SMA sampai perguruan tinggi pula. Bahkan guru-guru tari seniornya juga turut serta menari dalam acara tersebut. Ternyata anakku, BISA juga ! 😛
Salah satu pengisi acara ketika berbaris keluar dari stadion, di TV anda melihat ini nggak sih. Bayangkan, untuk acara pk 19.00 – 21.00, mereka-mereka ini telah bersiap-siap minimal sejak pukul 15.00 lho. Ternyata mereka kuat-kuat, mereka BISA !
Melihat dari dekat kostum reog Ponorogo, bagus lho detailnya, nggak kalah dengan barongsai. Jadi sebenarnya Indonesia itu BISA, jika hal-hal yang bagus seperti ini di ekspose dengan lebih baik. Banyak kasanah budaya yang menarik. Adalah tugas bersama agar itu semua memberi nilai tambah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Iya khan.
He, he, he, kalau tugas penulis khan meng-inspirasi anda-anda. Iya khan. 😀
Note : semua foto di atas diambil dengan Canon Digital IXUS 850IS
mantap poto2nya
eh itu yg dr kalimantan apa ndak gatel semua badanya 🙂
hayuuu endonesia bisah
SukaSuka
malaysia punya slogan “malaysia boleh”
dalam bahasa melayu, boleh = bisa..
cuma kebetulan?
SukaSuka
Wah, difoto itu saya nggak kelihatan sama sekali 😀
SukaSuka
Yah bisa mabok lah indonesia mah …
SukaSuka
Semuanya bisa kok pak, kecuali mengurangi antrian minyak, membeli kembali semua perusahaan milik negara yang dijual, mengolah minyak sendiri, dll
SukaSuka
Wuah.. bagus.. sayang ya ga ada videonya 😀
SukaSuka
Wah… Ternyata memang BISA!!!
BISA apaan yach??!!?
SukaSuka
iya Indonesia Bisa .. Bisa makin terpuruk !
SukaSuka
Setelah 10 (tahun) baru lihat kembali acara model begini.
Seharusnya tarian2 seperti ini dan acara begini bisa dijual untuk turis asing. Mereka kagum kok dengan tarian seperti itu. Kenapa tidak dilakukan di jalan-jalan seperti festifal seni terbuka. Dari pada tariannya Singapore atau Malaysia, bagusan kita punya.
Cuma masalahnya kita gak bisa jual. He he kalau foto2nya bagus.
Semoga semua sadar tanpa berbuat kita tidak akan pernah BISA.
SukaSuka
untuk isi postingan salut!!
Bisa atau tidak, kita harus yakin kalo kita bisa berubah..
@caktopan
mau kebetulan atau disengaja, ya ga masalah lah mas. Malaysia benar-benar menjadi negara yg BOLEH dengan penggunaan slogan MALAYSIA BOLEH selama bertahun-tahun
@putradi
jgn jadi orang yg hanya pesimis dong mas..
mas sendiri bisa apa?
SukaSuka
Duh… postingan yg bagus.. Terima kasih.. Saya bangga menonton acara malam itu. Budaya kita begitu banyak. Itu baru beberapa tarian saja. Masih banyak yg lain.
Hayo.. Indonesia pasti BISA bangkit.
(hm.. bedewe di3va jelek banget nyanyinya malam itu)
SukaSuka
indonesia sebenernya emang BISA segalanya pak, contohnya: pelajar kita aja BISA menang di olimpiade fisika, ada juga yang BISA menemukan bahan bakar alternatif.
cuma sayangnya masyarakat kita BELUM sepenuhnya BISA menghargai dan menghormati orang lain, makanya sering terjadi tawuran cuma gara-gara masalah sepele.
kita berdoa aja semoga Indonesia BISA jadi lebih baik seperti yang kita harapkan ya pak.
amin…
[ http://vyrist.wordpress.com ]
[ http://vyristreflection.wordpress.com ]
SukaSuka
Foto pesta kembang apinya mana bro?
SukaSuka
pesimis NO!
optimis YEAH….!
Stop menghujat negeri sendiri…
SukaSuka
kalo cuman pesta dan rayakan sini rayakan sana lalu canangkan sini dan canangkan sana, trus pake hambur-hamburin duit…siapa yang gak bisa, yg penting banyak duit…mau terjun dari bulan langsung dan bertengger dimonas juga bisa, wong pake guit, tinggal bayar aja.. apa susahnya..
saya gak perduli dengan segala macam pesta dan perayaan yg bikin mual perut..
saya cuma lagi pusink, jangankan yg minyak tanah, elpiji aja susah.. kalo pun ada mulai mahal..
eh, masih ada yg sempet jogat-joget..
na’udzubillah..kalo masih pada punya tuhan..
macam mana pula bah..!!
SukaSuka
…indonesia memang BISA.
Bukan mulai sekarang tetapi sejak dulu memang sudah BISA. BISAnya macam2, BISA merdeka, BISA bikin pesawat terbang, BISA menghilangkan jejak orang, (dulunya) BISA swasembada pangan, BISA gusur-gusuran lapak pedagang, BISA diembargo sama Amerika, BISA kalah di piala Thomas dan Uber, dan masih banyak lagi BISAnya yang lain.
Dengan optimis, Indonesia (pasti) BISA Bangkit!!!
SukaSuka
Kira2 Indonesia bisa ga ya nyari pemimpin yang tangguh yang meneladani kepemimpinan Rasulullah….
SukaSuka
kita bisa apa??…
SukaSuka
yah, saya setuju ma Bung(?) Santanu ! Tanpa berbuat kita takkan pernah bisa!:D
SukaSuka
bisa nggak ya kita ngejar ketinggalan kita? oya, salam kenal buat semua 😀
SukaSuka
selamat berita bagus, telkom udah BISA mengurangi pelitnya dengan memberikan bonus bandwidth speedy (cuma) hingga 1 Mbps.
http://masbadar.wordpress.com/2008/05/22/bonus-bandwidth-gratis-1-mbps-dari-telkom-speedy/
SukaSuka
Buat Pak Wir, mungkin Pak Wir BISA merintis pemasyarakatan penggunaan program open source untuk kebutuhan rekayasa bangunan seperti yang didiskusikan pada
wiryanto.wordpress.com/2008/01/18/software-berlisensi/
Apakah sudah pernah mencoba P/L seperti
OpenFEM (gforge.inria.fr/projects/openfem) dan OpenSEES (opensees.berkeley.edu) ?
Saya kurang tahu apakah BISA menggantikan Abaqus atau SAP2000.
Atau mungkin Pak Wir sendiri BISA merintis pengembangan P/L sumber terbuka yang dibutuhkan untuk pengajaran rekayasa bangunan di Indonesia, paling tidak untuk kebutuhan di tingkat SMK ?
SukaSuka
Satu lagi P/L sumber terbuka yang BISA dicoba FreeFEM (www.freefem.org)
SukaSuka
@Syafrudin Abi-Dawira
Tentang open source, wah nggak usah jauh-jauh pak. Dua dari empat buku saya yang diterbitkan oleh PT. Elex Media Indonesia berbicara tentang pemrograman Visual Basic untuk Civil Engineering.
Buku pertama ada program Rangka Batang, ada source code, dilengkapi grafis, dapat dibandingkan ketelitiaannya dengan program SAP2000. Saya bagi gratis bersama buku tersebut dalam bentuk disket.
http://wiryanto.wordpress.com/2003/04/01/karya-ilmiah-utama-pertama-april-2003/
Buku kedua ada program Reinforced Concrete Design seperti PCA-Col versi sederhana, tetapi bisa untuk kolom komposit lho.
http://wiryanto.wordpress.com/2005/12/31/karya-ilmiah-utama-ke-3-2005/
Saya bukannya nyombong, tetapi saya belum pernah melihat ada program serupa yang dibagikan dengan penjelasannya dalam bentuk buku dan diterbitkan secara luas (nasional), apalagi yang berbahasa Indonesia. Lengkap numerik, ada flow-chart sekalipun fasilitas grafik untu melihat hasilnya.
Kalau hanya listing program dengan metode matrik dengan bahasa pemrograma Fortran itu banyak pak, sumbernya juga ada.
Program-program tersebut sebenarnya mudah dipahami untuk tingkat S1 maupun SMK. Relatif lebih sederhana dibanding program-program OpenSEES seperti diatas.
Tetapi apa yang terjadi.
Peminat atau tanggapan terhadap ke dua buku relatif sedikit. Buku yang pertama dicetak ulang sebanyak 2 x 3000 eksp. Ini mungkin karena scope-nya relatif lebih umum.
Sedangkan buku ke-3 yg RC Design dicetak sebanyak 2500 eksp. Itu saja masih ada di toko buku Matraman.
Artinya apa ?
Jangankan bikin program secanggih seperti OpenSEES yang diterapkan untuk riset di bidang seismik. Yang biasa-biasa saja peminat di Indonesia relatif sangat sedikit. 😦
Tentang buku-buku saya yang relatif mahal, yang pertama kalau tidak salah 43 rb, lalu yang ke-2 sampai ke-4 semuanya di atas 75 rb. Itu memang pernah saya utarakan ke penerbitnya, waktu itu begini. Peminat buku-buku teknik sipil memang jarang, tetapi itu bukan berarti orang-orang dibidang teknik sipil nggak punya duit dan nggak suka buku. Tapi kalau itu ada buku bagus dan perlu bagi pengembangan karirnya maka mahal juga dibeli. Jadi saya yakin (ke penerbit) kalau buku saya baik dan juga agar penerbit yakin tidak rugi. Jual saja kira-kira bisa laku 1/3 aja sudah balik modal, jadi kalau kejual lebih itu profit. Begitu ngecap saya waktu itu agar editor mau nerbitin itu buku.
Kembali ke open-source.
Jadi daripada saya bikin program khusus, mau bikin open source dsb-nya daripada kecewa nggak ada yang responds. Jadi saya buat yang saya senangi aja. Jadi ada yang ngresponds atau tidak, yang penting HAPPY. Syukur-syukur ada ada yang responds.
Jadi yang penting, saya bikin sesuatu atau mengembangkan sesuatu yang disenangi saja dan harus terbaik. Mau ikut syukur, nggak ikut qui siera-siera.
Gitu lho mas.
Tentang bikin program kayak ABAQUS, waha kayaknya saya nggak ada rencana mas. Sudah pernah makai belum ?
Program tersebut bersifat general-purpose, bisa orang struktur, bisa orang tanah, bisa untuk design pesawat dsb. Kayaknya untuk mengejar atau membuat seperti itu sepertinya nggak realitis mas. Bisa memakai dengan baik saja sudah hebat.
Dalam disertasi nanti saya akan tunjukkan bahwa penggunaan simulasi numerik sangat membantu sekali dalam menghasilkan penelitian empiris yang sukses dengan jumlah sampel dan waktu pengerjaan yang relatif sedikit. Jadi proses penelitian akan lebih efektif gitu mas.
Berbicara tentang penelitian yang dimulai dari numerik baru ke empiris saja, saya dipertanyakan oleh seorang Ph.D muda lulusan lokal. Nggak bener itu katanya. Jadi melihat fakta seperti itu, saya merasa salah satu hasil disertasi saya adalah merubah pola pikir yang dimaksud oleh Ph.D muda tersebut. Gitu lho mas.
SukaSuka
Dengan acara megah seperti itu, saya jadi yakin bahwa Indonesia memang Bisa!
Maksudnya bisa bangkrut.
Apalagi kalo acaranya keseringan. Hehehe…
Just kidding!
Tapi kalo untuk acara kolosal-kolosalan, rasanya panitia perlu belajar banyak dari EO-EO di cina atau korut bahkan jepang. Coba perhatikan, barisannya pasti lebih rapi, gerakan lebih serempak, dsb..dsb.. Walau nggak asik juga jadinya walau rapi dan serempak tapi pesertanya stress dan tertekan. Hahaha…!
Salam Semangat!
SukaSuka
INDONESIA BISA….!!!!!
SukaSuka
setuju
semoga dengan ini semakin banyak inspirasi yang membuat kita semakin bangga akan negeri ini , menjadi kreatif , mandiri dan inovatif
SukaSuka
Ngiri 😦
*tapi aku boleh donk “minta” potonya?
SukaSuka
jargon yg mirip.. bisa=boleh.. only @seratsehat.wordpress..
SukaSuka
Salam kenal buat semuanya,..
Mudah2an kita menjadi orang yang bisa
bisa jadi lebih baik..
SukaSuka
Saya kok jadi miris melihat perayaan gede-gedean begini ya?
SukaSuka
Indonesia bisa. . emang bisa c. .
bukannya setiap orang diciptakan memiliki kelebihan masing2?
jika kita semua fokus dengan sesuatu yang kita senangi. .
saia yakin, kita pasti bisa. .
*mumpung masih muda, beridealislah. . hahahah*
SukaSuka
Mmm acara ini kalau diuangkan bisa membantu berapa juta rakyat miskin ya?
SukaSuka
Terima kasih Pak Wir atas tanggapan baliknya yang panjang dan bagus.
Saya pribadi bukan orang rekayasa sipil atau mesin. Namun saya sendiri kerja di perusahaan rekayasa, sering merasakan bahwa P/L khusus di bidang rekayasa memang langka dan biasanya mahal tak terjangkau.
Tentang kurangnya peminat, dugaan saya karena
budaya bangsa kita masih maunya disuapi, kurang mau untuk ikut berperan serta. Jadi kalau yang kita buat “cuma” sesuatu yang “mentah”, mereka masih enggan menggunakannya, menunggu kita memasaknya bahkan menunggu kita menyajikannya ke hadapan mereka. Padahal seharusnya mereka ikut membantu mengolah yang mentah itu bersama – sama sehingga matang. Namun setuju dengan ujaran Pak Wir, yang penting kita tetap bahagia. Jadi semangat Pak Wir tetap berkobar mengembangkan apa yang sudah Pak Wir rintis tersebut.
Tentang P/L sumber terbuka yang ada di buku, urun rembug dari saya:
1. “Branding”. Meskipun sumber terbuka, aplikasi Pak Wir ini harus diberi nama yang menjual tidak kalah dengan aplikasi jualan.
2. Buka milis khusus untuk aplikasi Pak Wir ini sebagai sarana membangun dukungan masyarakat penggunanya.
3. Bagaimana kalau juga diterbitkan ke salah satu situs seperti google code atau sourceforge (sf.net), atau gambasforge (www.gambasforge.net) untuk memperluas cakupan penggunanya. Kadang – kadang pengguna dari luar negeri lebih menghargai dibanding pengguna dalam negeri 🙂
4. Terus dikembangkan sehingga makin banyak kemampuannya. Untuk programmernya, jangan terpaku pada Pak Wir seorang. Tawarkan sebagai kerja praktek atau tugas akhir anak ilmu komputer.
5. Selain itu bagaimana kalau program tersebut di-porting ke kompiler Basic yang juga sumber terbuka. Semoga ini bisa memancing minat pendukung P/L semacam Linux untuk ikut mendukung pemasyarakatan program pak Wir.
Tugas porting juga bisa ditawarkan sebagai KP atau TA.
Basic sumber terbuka pengganti VB:
– Gambas (gambas.sf.net, gambasdoc.org).
– wxBasic (wxbasic.sf.net).
– FreeBASIC (www.freebasic.net).
– RapidQ (en.wikipedia.org/wiki/RapidQ).
– XBasic (xbasic.sf.net).
– extreme Basic (www.extremebasic.com).
– Small Basic (smallbasic.sf.net).
– Yet Another Basic (www.yabasic.de).
– KBasic (www.kbasic.com).
Tentang numerik vs empiris, apakah maksud Pak Wir kita mesti kuat di teori dulu ?
Kalau soal ini jadi ingat tentang pendaratan Phoenix kemarin. Bagaimana caranya mendaratkan wahana semacam Phoenix di Mars kalau hanya mengandalkan empiris.
Indonesia BISA !!!
SukaSuka
O bukan mas. Teorinya belum ada, kalau S3 khan harus bikin teori dulu. Lha untuk itu biasanya orang-orang lain memulai dengan melakukan percobaan empiris di laboratorium, yang mana jumlah perlu banyak untuk memenuhi persyaratan statistik bahwa sampel mewakili.
Sedang numerik yang saya maksudkan, adalah saya menggantikan dengan program FEM, yang mempunyai opsi non-linier, untuk memprediksi perilaku topik yang diteliti. Karena non-linier, juga topik belum pernah diteliti sebelumnya, maka hasilnya bisa bermacam-macam kemungkinan. Itulah yang saya pelajari, dan itu umumnya disebut simulasi numerik.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka disusunlah teori tentang hal yang diteliti tersebut. Dari teori tersebut pada akhirnya dibuktikan dengan fakta empiris di laboratorium.
Jadi bedanya, jika yang umum, memakai fakta empiris untuk mempelajari perilaku topik yang diteliti, lalu diturunkan teori. Untuk hal ini perlu bantuan statistik.
Sedangkan saya teori diturunkan dari simulasi numerik, lalu dibuat sampel uji empiris untuk membuktikan bahwa teori tadi benar.
Untuk yang terakhir ini nggak perlu banyak, karena sifat data empiris bukan input data, tetapi lebih ke validasi rumus.
Setelah berdiskusi dengan Ph.D lokal (ITB) yang heran dengan strategi saya, maka saya berkesimpulan bahwa di Indonesia cara yang saya lakukan masih jarang.
Gitu mas.
SukaSuka
Terima kasih, penjelasan Pak Wir benar – benar pencerahan bagi saya (yang cuma D3 :-))
Jadi ternyata perumusan teori melalui jalur simulasi numerik masih langka di Indonesia ? Atau lebih umum lagi yang menekuni simulasi numerik masih jarang ?
(Sayangnya saya lemah di numerik nih :-))
Padahal kembali kepada pendaratan Phoenix kemarin, bayangan saya kita mesti melakukan ribuan simulasi untuk mampu dalam merancang
Phoenix karena data empiris bisa dibilang tidak ada.
SukaSuka
wah bagus tapi kalo bisa reog p.o lebih bayak
SukaSuka
HEBAT!!! Salut Kang Wiryanto..
SukaSuka
Indonesia BISA! Bisa ngutang ke luar negeri, bisa minta pinjaman modal ke bank dunia, bisa minta sumbangan ke lembaga donor, bisa menutup mata terhadap kemiskinan yang melanda rakyat, bisa berfoya-foya, bisa korupsi, bisa kolusi, bisa nepotisme, dan bisa- bisa yang lain. Pokoknya, indonesia bisa deh! He… he…. he…
SukaSuka
pertunjukan tari konfigurasi, sangat langka dilakukan oleh para pelaku seni. saya berharap hal yang langkah ini perlu perhatian baik dari pemerintah maupun elemen -elemen tertentu,supaya pengembangan kepekaan kebangsaan kita dapat selalu terjaga. sekian
SukaSuka
Ping-balik: perlunya berprestasi « The works of Wiryanto Dewobroto