Hari berganti hari, kadang-kadang tidak terasa bahwa umur kita bertambah. Pada hari-hari menjelang tahun baru seperti ini pada umumnya orang berharap mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan di tahun mendatang. Banyak rejeki bagi yang dagang, lancar jodoh bagi yang masih jomblo, dapet kerja bagi yang nganggur dan sebagainya. Sebagian lagi tentu banyak yang berharap bahwa situasi menjadi baik, minimal bagi dirinya sendiri.
Tetapi jarang yang menganggap bahwa pergantian tahun ini adalah untuk disyukuri, bahwa kita berkesempatan menginjak tahun yang baru ini. Bisa membaca tulisan inipun perlu disyukuri, minimal anda masih ada pada saat tersebut. Pemahaman seperti itu tentu tidak dirasakan oleh banyak orang, faktor usia mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkannya. Bayangkan sebagai orang yang berusia 40-an, yang masih merasa cukup berpotensi ke depan, ternyata banyak menemui fakta bahwa sudah ada beberapa kenalannya yang meninggal dunia. Teman bercakap-cakap, yang dianggap sebaya ternyata diberitakan telah pergi, baik yang secara mendadak atau didahului oleh sakit. Intinya bahwa mereka meninggal tidak karena sakit tua, tetapi oleh penyebab yang lain.
Itu semua menunjukkan bahwa hidup kita ini rentan, pada usia sebaya dengan saya maka sebaiknya sudah mulai merenungkan kehidupan ini. Sudah harus mulai menikmati keberadaannya yaitu dengan mensyukuri, dan yang paling penting bahwa hidup ini bukan untuk diri sendiri saja, tetapi juga orang lain, yang dimulai dari keluarga (istri-anak-anak), keluarga besar (keluarga orang tua kandung maupun mertua), teman-teman kerja dan sebagainya.
Satu tahap paling penting dalam hidup ini agar dapat berguna bagi orang lain adalah mandiri. Tidak menjadi beban bagi orang lain. Jika mendapat masalah, dapat menangani secara mandiri, kalaupun membutuhkan bantuan orang lain diharapkan hanya sebatas bantuan moril. Jika pada tahap ini kita semua mampu, maka saya rasa negeri ini menjadi salah satu negeri yang maju.
Jika sudah mandiri, merasa dalam hati berkelimpahan, baru kemudian dapat berbagi. Sehingga apa yang dapat diberikan kepada orang lain, dapat dilakukan secara ikhlas, bahwa itu semua adalah suatu bentuk rasa syukur, sebagai balasan dari kemurahan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Jika semua orang sudah dapat mencapai tahap seperti itu, maka saya yakin kemuliaan Tuhan akan ditinggikan. Tidak perlu harus mencantumkannya sebagai pasal-pasal yang harus ditaati atau bahkan dijadikan perda dsb-nya.
Ada sesuatu yang menarik di tahun ini yaitu ketika melakukan perjalan darat dari Jakarta-Jogja, jika dahulu poster-poster yang bertebaran di jalan adalah para selibriti, yang umum kita kenal di film dan televisi, sedangkan sekarang banyak bertebaran wajah-wajah baru dan nama-nama baru peserta caleg. Yang menariknya adalah bagaimana mereka mencoba menampilkan dirinya di poster atau baliho-baliho besar tersebut, termasuk juga quote atau kata-kata motivator yang menjadi andalannya. Ada yang berpakaian seperti pejuang veteran, ada yang berpakaian sebagai seorang kiai dengan gelar MBA-nya, ada yang berpenampilan meniru presiden kita. Quote yang diambil juga cukup menarik untuk disimak, misal : hidup merakyat, jujur dan seorang pejuang, hidup adalah perjuangan, atau hidup adalah perbuatan dsb-nya. Tentu yang terakhir tadi adalah perbuatan baik, karena sekarang banyak dijumpai perbuatan yang jahat juga. Iya khan.
Mencermati dan mengingat apa-apa yang terlihat dan terbaca pada balih0-baliho tersebut, kadang-kadang ada pemikiran apakah itu semua (penampilan diri pada balih-baliho tersebut) adalah dimaksudkan seperti apa yang mereka tulis tersebut. Tetapi yang jelas salah satu tujuan utama mereka untuk menampilkan diri adalah bahwa para penduduk nantinya yang akan memilih pada pemilu sudah tidak asing lagi.
Benar juga salah satu pendapat pakar yang mengatakan, bahwa politik itu adalah bagaimana memenangkan persepsi yang disampaikan berdasarkan informasi yang diberikan. Jadi itu merupakan peperangan informasi. Kalau menang, apa yang menjadi tujuannya, yaitu uang dan kekuasaan. Iya khan.
Tapi ingat, kembali ke tujuan semula yang sudah sampaikan di atas, jika anda sudah berumur 40-an ke atas waspada. Hidup tidak hanya sekedar uang dan kekuasaan. Ok.
Sesingkat apapun usia kita, bila kita mampu beraktifitas, berbuat, berkarya, dan menghasilkan sesuatu yang bermanfa’at bagi sesama manusia, maka sebenarnya kita telah panjang umur. Panjang umur tidak terukur dengan waktu, melainkan dengan peranggai dan karya baik kita. Sehingga kepribadian, sikap, dan karya kita selalu dikenang oleh generasi selanjutnya.
salam kenal 🙂
SukaSuka