Seminggu lebih jembatan terpanjang antar pulau Suramadu diresmikan. Berita pertama-tama yang terdengar bukannya semacam peningkatan gairah produktifitas dengan adanya jembatan tersebut, tetapi ternyata adalah sebaliknya, bahkan negatif didengarnya, yaitu :
Vandalisme terjadi di jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Sejumlah mur, baut, dan lampu di jembatan itu hilang.
Suara Merdeka – 16 Juni 2009 | 19:20 wib | Nasional
Itu tentu adalah barang-barang yang ada di atas permukaan jembatan Suramadu, untuk mur atau baut masih dapat dibayangkan karena lokasinya terjangkau, tetapi yang nggak kebayang adalah lampu-lampu jembatan. Bayangkan, kalau orang awam rasanya menjangkau lampu yang dimaksud tentu akan kesulitan.
Lihat ini:

Permukaan Jalan di atas Jembatan Suramadu (foto sebelum diresmikan)
Dari foto di atas dapat diketahui bahwa baut dan mur tentunya adalah dari pagar pembatas yang terbuat dari besi. Baut-mur dan lampu jembatan di atas tersebut adalah bagian asesori jembatan yang diperuntukkan bagi keselamatan pemakai dan bukan bagian struktur utama jembatan.
Tapi yang mengherankan tersebut, adalah bahwa lampunya relatif tinggi untuk dijangkau, jadi jika ada yang dapat mencurinya maka tentu sipencuri tersebut mempunyai ilmu mirip Spiderman atau mungkin lutung kesarung. 🙂
Yah, maklum itulah Indonesia, kalau nggak ada tindakan tegas, pasti bisa-bisa bagian yang lain, yang bisa laku, akan disikat.
Bagi saya pribadi, kondisi seperti itu tentunya tidak terlalu mengherankan. Maklum, mereka yang mengambil itu biasanya mikirnya bukan dengan otak tetapi dengan perut. Itu juga dapat menjadi bukti lagi, bahwa di negeri ini pernyataan dapat membangun bisalah dipercaya, tetapi merawat, koq rasa-rasanya tidak semuanya sepakat. Bagi yang memahami bahwa pembangunan jembatan tersebut sangatlah mahal, dan itu juga memakan duit kita (pajak) maka tentunya yang punya rasa nasionalisme tentunya akan berusaha merawat dengan sebaik-baiknya, dan bukan dengan merusak atau vandalisme seperti itu.
Pak Wir, apakah itu berbahaya bagi kekuatan jembatan tersebut ?
Seperti yang diungkap di depan, itu asesori saja, dan bukan struktur utama. Kebetulan, struktur utama yang berupa gelagar jembatan tertutup bagian atasnya dengan pelat beton, untuk lantai kendaraan yang berwarna hitam pada foto di atas. Jadi lumayan amanlah. Bayangkan, gelagarnya khan dari struktur baja, jadi penyambungannya juga pakai baut. Baut mutu tinggi lagi, sehingga harganyapun lebih mahal dari baut-baut yang diberitakan dicuri tersebut. Kalau baut struktur tersebut juga hilang, wah gawat itu. Bautnya banyak lho, nih gambarnya sewaktu pemasangannya tempo hari.

Ini adalah pemasangan baut untuk gelagar utama jembatan, posisinya ada di bawah permukaan jalan pada foto di atas. Jadi kalau sampai baut-baut seperti itu juga hilang, wah namanya itu bukan iseng lagi, tapi pasti SABOTASE. Pemasangannya saja memakai alat khusus seperti di atas, jadi untuk mencopotnya juga jelas nggak bisa pakai tangan kosong, harus membawa alat. Jadi kalau sampai ada orang yang mencopot berarti adalah suatu tindakan sengaja, karena harus pakai alat juga. Untuk membayangkan pemasangan baut tersebut dipasang di mana, maka ada baiknya juga gambar elemen baja yang sedang diangkat, yang memperlihatkan lubang-lubang baut. Biar jelas gitu.

Kalau dari jauh gini nggak kelihatan ya kalau gelagar di atas tersebut tingginya lebih tinggi dibanding manusia. Bagian putih di ujung-ujung tersebut adalah tempat baut-baut tersebut dipasang. Baut berguna untuk menyatukan elemen=elemen struktur baja yang terpisah sehingga dapat menyatu menjadi gelagar jembatan. Kalau melihat elemennya satu segitu, kemudian juga melihat panjang jembatan yang beratus-ratus meter, maka dapat dibayangkan berapa juta baut yang dipasang.
Tentang baut, ini saya dapatkan bukti bahwa baut yang hilang itu memang bukan baut pada elemen struktur di atas, ini foto dari Republika yang menunjukkan baut yang hilang tersebut adalah baut pagar.

Wah, wah, ini bautnya dicolong atau memang belum dipasang. Moga-moga lupa atau belum dipasang saja. Tetapi kalau memang itu akibat vandalisme wah kebangetan itu. Meskipun demikian jika yang rusak hanya macam-macam seperti itu maka sistem strukturnya sih nggak terpengaruh. Tetapi katanya ada berita lagi bahwa sudah ada orang-orang iseng bikin graviti di kabel utama jembatan. Bisa-bisa graviti tersebut dengan cara menatah atau menandai dengan pisau kabel tersebut. Wah kalau itu bisa berabe lho. Apalagi posisi kabel warna merah yang menarik tersebut posisinya tidak terlalu jauh dengan pagar dan dapat dijangkau lagi. Ini ada foto sewaktu konstruksinya.

Jadi posisinya kira-kira sama, yaitu di jalur kendaraan roda dua. Berbeda dengan baut yang tadi, maka fungsi kabel warna merah atau oranye tersebut adalah sangat penting. Kekuatan jembatan tergantung sekali dengan keberadaan kabel-kabel tersebut. Jadi kabel tersebut harus dihindari dari tindakan vandalisme, meskipun mungkin oknumnya tidak merasa berbuat vandalisme, misalnya dengan menggoreskan nama kekasihnya. 🙂
Emangnya kabel tersebut bisa putus pak kalau digores pakai pisau. Koq gampang sekali. Nggak mutu dong pak, kalau begitu ?
Begini dik, lapisan yang bewarna merah (oranye) tersebut itu adalah bukan kabelnya sendiri, itu adalah pelindung kabel terhadap karat. Ingat, untuk KARAT dan bukan pelindung terhadap VANDALISME. Rasanya para perancang dari Cina lupa memasukkan faktor VANDALISME, mereka pikir bangsa kita ini ramah-tamah, murah senyum, bagaimana bisa terjadi VANDALISME di Indonesia. Begitu mungkin pikirnya.
He, he, tidak tahu ya, yang senyum khan mulutnya, tapi tangannya. 🙂
Kalau orang Jawa nyebutnya ngGRATIL.
Lapisan pelindung kabel tersebut dimungkinkan mengalami rusak. Ini ada contoh foto pelindung kabel yang rusak.

Kabelnya baru kelihatan bukan jika lapisan warna merah tersebut mengelupas. Apalagi kalau ada yang iseng menggoresnya dengan kapak eh clurit , bisa-bisa kabelnya juga tergores dan tidak hanya lapisan merahnya yang terkelupas. Kalau sudah begitu lebih gawat lagi, ada STRESS CONCENTRATION pada bagian kable yang rusak tadi.
Mengelupas aja koq bingung ? Emangnya terus runtuh ?
Bukan begitu dik. Jelas nggak runtuh, tetapi jika kerusakan tersebut tidak diketahui karena tidak terlihat, maka ada kemungkinan udara luar air laut yang korosif dapat mencapai kabel, dengan demikian resiko terjadinya korosi pada kabel akan meningkat. Ini adalah faktor yang paling ditakuti oleh para insinyur jembatan dalam jangka panjangnya. Korosi kabel akan meningkat lebih pesat pada kabel, karena kondisi bertegangan tinggi, ini disebutnya sebagai STRESS CORROSION. Jika ini terjadi, ditambah adanya faktor STRESS CONCENTRATION maka bisa-bisa kabel tersebut harus diganti. Jika dibiarkan, mungkin karena tidak disengaja karena tidak ketahuan maka bisa-bisa menimbulkan kerusakan pada jembatan yang lebih parah lagi.
Tentang korosi pada kabel, jangan sepelekan. Pernah ingat nggak, konstruksi jembatan penyeberangan di samping gedung Sarinah, Jakarta. Jembatan yang dibangun oleh Prof. Roosseno pada waktu itu, ternyata setelah beberapa puluh tahun aman berdiri. Tiba-tiba RUNTUH. Itu terjadi tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu, mendadak. Setelah diselidiki lebih lanjut ternyata disebabkan ada korosi pada kabel penghubung fondasinya. Waktu itu konstruksinya pelengkung, jadi untuk menghindari gaya horizontal besar di pondasi, maka prof Roosseno menghubungkan pondasi-pondasi tersebut dengan kabel prestressing. Pada jamannya ini solusi yang hebat, tetapi karena mungkin pada waktu itu pelaksanaannya tidak bagus, katanya ada banjir sehingga ada bagian kabel yang kemasukan air, maka dampaknya baru terasa jauh hari kemudian. Maklum pada jamannya itu, konstruksi prestressing masih jarang, yang dipikirkan oleh para engineer hanya berkisar pada kekuatan saja, belum sadar bahwa faktor korosi pada kabel adalah suatu hal yang penting yang menjadi pemikiran pula.
Jadi kondisi tersebut bisa saja terjadi pada jembatan Suramadu. Jadi, adanya berita vandalisme yang mengarah ke kabel harus cepat ditangani. Jika tidak, maka rakyat generasi mendatanglah yang akan menerima akibatnya. Untuk itu saya sarankan, ada baiknya kabel-kabel tersebut sampai ketinggian tertentu dibungkus dengan selubung metal permanen, misalnya dengan las atau bagaimana begitu. Itu perlu dipikirkan bersama. Mumpung ahli jembatan Cina-nya masih ada, jadi dampak pemasangan pelindung tadi dapat dikonsultasikan juga, apakah ada pengaruh ke kinerja jembatan Suramadu.
Itu semua bisa karena ternyata ada faktor sosial yang belum dipikirkan dalam perencanaan jembatan, mungkin ini menjadi satu-satunya kasus di dunia. Mungkin. 😦
Kalau begitu Indonesia akan lebih terkenal lagi. Jika di sepakbola Inggris dikenal ‘hooligan‘ atas tindakan fans-fansnya, maka mungkin nanti akan dikenal pula fenomena Suramaduan berkaitan dengan tindakan masyarakat di sekitar jembatan tersebut.
Ayo bertindak cepat sebelum terlambat !
Jika tidak ada tindakan dari sisi engineering-nya, dan hanya mengandalkan CCTV saja, seperti yang diberitakan. Sehingga kemungkinan masih bisa saja terjadi vandalisme pada kabel, maka jika demikian tulisan ini akan menjadi saksi bila terjadi kerusakan berpuluh-puluh tahun kemudian. Ingat, pada waktu itu masyarakat sudah melupakan, dan merasa ini adalah jembatan yang paling kuat di daerah tersebut, tetapi tiba-tiba. 😦







Tinggalkan Balasan ke omiyan Batalkan balasan