Ide . . . ide . . . ide !
Bagi seorang seniman yang namanya ide, memang penting. Tahu sendiri, ada yang bahkan perlu naik gunung atau turun goa, hanya sekedar untuk mendapatkan ide. Padahal yang namanya ide, ada dimana sih. Emangnya ada di gunung atau goa tersebut. Tentunya bukan khan.
Menurut pemahamanku, ide itu adanya di pemikiran manusia itu sendiri. Jadi ke gunung atau goa hanya sekedar pancingan, bagaimana ide yang ada di pikiran kita itu dapat keluar. Nggak gampang itu, perlu latihan dan pengenalan diri. Jadi kalau saya bilang, banyak judul buku yang akan saya tulis, dan hanya waktu yang membatasi, maka kebenarannya hanya ada yang menyatakan. Orang luar hanya tinggal membuktikan, apakah omongannya dapat dipercaya atau tidak. Jika ternyata hanya ngomong doang, dan tidak ada buktinya, maka ya sudah nggak usah dipercaya, abaikan saja. Betul sangat tergantung orang. Bagi saya, ide atau identik dengan judul buku koq kayaknya sangat mudah mendapatkannya. Itu mungkin juga karena bisa karena biasa, karena sering menulis maka ide-ide dapat dengan mudah didapatkan. Apalagi sering membimbing mahasiswa baik S1 atau S2 sehingga ide yang ada dipikiran anak-anak muda tersebut dapat tereksplore dengan baik. Jadi semakin banyak ide yang nampak.
Kembali kepada ide dan pikiran manusia.
Bagi yang paham atau memahami bahwa pikiran manusia itu ada yang disadari (alam sadar) atau yang tidak disadari (alam bawah sadar), maka tentunya dapat memahami mengapa ide terdapat pada manusia itu sendiri, bukan ditempat lain. Tempat yang berbeda, hanya sekedar menciptakan suasana sehingga ide bisa keluar. Pernyataan saya ini bisa dianggap tidak logis, khususnya bagi orang yang tidak memahami hal tersebut. Bahkan bisa dikatakan tidak masuk akal.
Cerita atau pemahaman tentang alam bawah sadar atau alam sadar kadang tidak mesti setiap orang setuju. Saya termasuk orang yang setuju. Bagaimana dengan anda.
Tentang pemahaman hal itu, saya punya pengalaman dengan teman dosen yang seumuran. Pengalaman itu terjadinya kira-kira lima belas tahun yang lalu. Kami pernah melakukan diskusi tentang hal itu. Waktu itu, saya baru mendapatkan kesadaran bahwa alam bawah sadar itu ada, dan kesuksesan kita tergantung bagaimana mengelola hal tersebut. Waktu itu, saya belum punya gelar doktor, belum menulis, belum berani menyatakan pendapat secara umum, kalaupun ketemu dengan teman dosen dari PTN agak minder. Maklum, saya ini khan dosen tiban. Jadi dosen karena kena kasus krisis 98. Yah begitulah, dari tukang insinyur pindah ke akademik.
Nah ketika lagi diskusi dan menyoal soal pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, dianya memberi kuliah : “nggak bisa pak Wir, kita ini hidup dalam kesadaran penuh, nggak ada itu yang namanya alam bawah sadar. Kalaupun itu ada, maka itu dalam kuasa gelap“.
Kaget juga, apalagi jika dikait-kaitkan dengan kuasa gelap. Waktu itu aku nggak punya argumentasi kuat, maklum kami dosen yang seumuran, selevel. Ya sudah, diskusi disudahi. Sejak itu nggak pernah diskusi tentang hal itu, kalaupun ketemu dengan dosen yang bersangkutan, cuma basa-basi.
Tentang adanya konsep kuasa gelap, tentu menjadi pemikiran bagiku terkait adanya alam sadar dan alam tidak sadar. Tentang soal itu saya kira jawabannya hanya soal keyakinan. Yakin itu ada atau tidak, jika itu diyakini tidak ada, ya memang tidak ada. Sejak itu aku juga banyak membaca tentang hal-hal rohani. Benar apa nggak sih soal kuasa gelap tersebut. Akhirnya dalam masa pencarian tersebut aku akhirnya ketemu suatu ayat dalam alkitab (maklum aku khan seorang kristiani, jadi belajar rohaninya tentu ke situ). Ada satu ayat yang sering aku temui, tetapi sebelumnya tidak bisa kuyakini bagaimana kerjanya, yaitu :
Ia berkata kepada mereka: “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, –maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Aku baca berulang-ulang tentang hal itu. Istilah iman di atas orang cenderung kepada agama, tetapi dari terjemahan lain itu artinya keyakinan. Jelas kalau itu dilogika sederhana dengan pikiran sadar, maka tentu tidak gampang mengamini. Paling orang hanya menganggap itu benar karena itu ada di alkitab. Saya yakin, banyak orang kristen hanya sampai pada pemahaman seperti. Padahal setelah aku pahami betul, itu bukan karena ada alkitab, itu adalah kebenaran nyata. Berlaku bagi semua agama, dan itu sangat cocok untuk dikaitkan dengan adanya alam sadar dan bawah sadar.
Berpegang pada keyakinan di atas, maka aku sekarang tidak peduli lagi dengan teman dosenku itu yang menyatakan ada kaitannya dengan kuasa gelap. Bagiku yang penting adalah buahnya, jadi sejak itu aku mencoba belajar tentang hal itu dan menuruti petunjuk-petunjuk yang bisa diarahkan untuk itu, misalnya selalu menghindari kata-kata negatif dsb. Pokoknya begitu lah, sekarang anda tentu bisa melihat setelah 15 tahun kemudian saya ini bagaimana, adapun tempo hari aku ketemu dosen teman lamaku itu. Sampai sekarang juga masih biasa-biasa saja (tidak berubah), hanya tambah tua. Untunglah waktu itu aku mengikuti pendapatku itu.
Nah kembali ke ide.
Kemampuanku menulis juga sebenarnya sarana untuk menggali ide orang lain. Seperti kemarin misalnya. Untuk sampul buku Struktur Baja Edisi ke-2 yang akan terbit, maka aku melempar ide alternatif sampul buku ke blog ini.
Masukan dari pembaca : warna merah menarik. juga objek Tokyo Int dan rangka batang yang dilihat dari bawah. Bahkan pak Donny Tampubolon menyarankan untuk memakai warna silver atau grey. Setelah dipikir-pikir, betul juga. Warna hijau dan kuning kurang terkesan anggun.
Hal di atas khan menunjukkan bahwa ide berkembang karena ide atau pikiran orang lain. Untuk mendapatkan desain sampul yang bagus, saya nggak perlu naik gunung atau turun goa, cukup dengan menulis.
Nah sekarang ide sampul yang baru saya tampilkan lagi. Mana yang terbaik.
No 2_ natural
SukaSuka
yaa saya juga suka cover no.2
SukaSuka
Dear Pak Dewobroto,
Sehubungan buku terbaru anda mengenai struture baja yang mengacu pada ASCE 7-10, untuk design connection apakah dijelaskan juga bagaimana mendesain sambu8ngan berdasarkan AISC 341 – AISC 358, terkait gempa. dan juga apakah anda punya pengalaman saat fabrikasi dengan fabricator ytang sudah familiar dengan requirement detailing AISC-341.
Terima kasih.
Salam
Ali hamdi
SukaSuka
Hallo pak Hamdi,
Buku “Struktur Baja” dikhususkan untuk textbook level S1, berkutat tentang dasar-dasar perencanaan struktur baja. Jadi fokusnya masih pada gravity loading dan pembahasan tentang stabilitas. Membahas tentang gempat sekedar sebagai introduction. Jadi belum masuk pada materi yang anda harapkan.
Hanya saja, pada Edisi ke-2 nanti, penjelasan dasar tentang sistem sambungan akan lebih lengkap. Tapi tinjauannya masih tetap kekuatan dulu. Adapun kalau gempa harus sampai daktilitas terkait juga elemen lainnya. Itu berarti kalau gempa perlu dilihat system, kalau gravitasi bila dilihat setempat-setempat.
Tentang fabrikator yang familiar dengan AISC-341 kayaknya belum ada, karena itu scope perencana struktur. Saya lihat, konstruksi baja di Indonesia populer tapi digunakan sebagai sistem komposit, digabung dengan keunggulan beton. Kalau baja sendirian untuk bangunan gedung tinggi, koq relatif jarang ya.
SukaSuka
ijin usul: No. 1
SukaSuka
Salam Hormat Pak Wiryanto,
Kalau menurut pendapat saya, no 1 cocok untuk di jadikan cover buku baja edisi ke dua.
Salam,
Adrian
SukaSuka
Thanks you pak. Memang kesannya mengerucut pada alternatif no.1
SukaSuka
Ping-balik: Gusset Plate atau Pelat Buhul | The works of Wiryanto Dewobroto
Saya pilih No. 1 Pak..
-Foto gambar nya lebih terlihat eksklusif daripada gambar no.2.
-Warna merah memberi kesan berani dan wah, menantang bagi pembacanya untuk menyelesaikan bacaan bukunya, hahaha
SukaSuka
Terima kasih pak. Masukan yang berharga, sehingga dapat dihasilkan produk berkualitas.
SukaSuka