Renungan khusus Katolik.
Saat ini kita telah memasuki minggu ke-2 dari masa advent, masa persiapan menyambut hari kelahiran Yesus, yang bagi umat kristiani merupakan suatu perayaan agama besar. Meskipun demikian Natal bukanlah suatu perayaan agama yang terbesar bagi kami, umat Katolik. Ada perayaan lain yang lebih meriah lagi dari sudut rohani, yaitu perayaan Paskah, memperingati kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Yesus. Kebangkitan Yesus itulah yang merupakan inti iman kristiani, tanpa memahami itu maka jelaslah dalam beragama baru mengenal luarnya saja, dan bahkan bisa-bisa dianggapnya semua agama sama saja, seperti misalnya bahwa asal berbuat baik maka pastilah masuk surga. 🙂
Namun demikian, tulisan saya hari ini tidak akan membahas hal di atas, bagaimanapun selain sukar, maka yang namanya iman adalah relatif dan bisa sangat subyektif. Tergantung kedalaman masing-masing dalam memahami inti pengajaran agamanya.
Tentang hal itu, yaitu iman seseorang, kadang-kadang timbul rasa prihatin, khususnya bagi teman-teman atau saudara yang seiman (Katolik). Kadang-kadang terlihat bahwa keyakinan diri terhadap penyertaan Tuhan Yesus relatif lemah. Penulis banyak melihat dengan mata kepala sendiri, teman-teman yang beriman katolik. Ketika muda dulu sering bertemu di gereja, tetapi ketika tua seperti sekarang ini, sudah jarang melihatnya, kalaupun ke gereja paling-paling pada masa paskah, bahkan ada yang tidak pernah sama sekali, meskipun dalam ktp-nya masih beragama Katolik. Kebanyakan itu disebabkan karena mereka berkeluarga bukan dengan orang yang seiman. Bahkan dijumpai juga orang yang kukenal, yang tiap minggunya sering ke gereja, tetapi kadang-kadang kalau ada masalah mereka ini pergi ke dukun, minta sarana.
Tetapi dari sisi ekstrim yang lain, ada yang benar-benar menggelutinya, aktif ke gereja, tetapi mungkin karena sangat menjiwainya maka benar-benar dalam berbuat baik dia tidak pernah berpamrih sama sekali. Maksudnya nggak pernah menonjolkan diri kalau dia beragama Katolik. Bagi dia yang penting buahnya, begitu katanya. Nggak perlu orang lain tahu, apa pohonnya. Lucu juga ini. Bahkan karena merasa bahwa yang penting adalah melayani, seperti Tuhan Yesus lakukan, maka dalam berbuat, bersikap, bahkan dalam berdoa dalam suatu acara bersama, yang bersifat umum maka tidak pernah secuilpun dalam doanya itu dia menyebut Tuhan Yesus, dia merasa nggak enak karena merasa ada juga orang lain yang hadir oleh karena itu digunakannya kata Gusti. He, he, pokoknya kalau orang nggak ngerti dalamnya maka dikiranya itu acara kejawen. 🙂
Jadi intinya, meskipun mereka itu adalah penganut Katolik yang saleh, tetapi benar-benar low-profile. Nggak mau bersaksi bahwa dia adalah orang Katolik, yang mana Tuhannya adalah Yesus Kristus atau tepatnya adalah mengakui adanya Trinitas : Bapa – Putra dan Roh Kudus. Menurut saya itu sah-sah saja, itu hak masing-masing pribadi, tetapi jika demikian menurut saya itu egois karena bagi teman-teman yang ber-ktp Katolik tetapi belum mendapatkan kedamaian dengan menganut kepercayaan itu maka tiadanya sharing, atau kesaksian maka itu berarti tidak ada penguatan. Kondisi tersebut tentu sangat berbeda dengan teman-teman dari Kristen Protestan yang sangat getol memberi kesaksian akan iman yang digelutinya, selain itu kebiasaan mereka untuk mengharuskan membaca kitab suci jelas suatu hal yang positip, yang mana bagi teman-teman Katolik sebagian besar membaca mendengar isi kitab Suci hanya di gereja, setiap hari minggu, itupun materinya kadang-kadang tidak pas dengan masalah yang sedang mereka hadapi.
Ibarat jadi ahli dalam fisika, yang mana untuk itu diperlukan banyak membaca buku-buku fisika, maka bagaimana bisa mengetahui secara mendalam iman kristiani jika tidak pernah membaca kitab suci. Benar nggak !
Hari ini adalah tanggal 8 Desember ternyata hari Bunda Maria, dengan latar belakang pemikiran teman-teman yang sangat bervariasi di atas maka ada baiknya aku salin ulang suatu artikel tentang Bunda Maria, satu sosok istimewa yang membedakan orang-orang Katolik dengan teman-teman kristiani yang lain, seperti misalnya teman-teman yang beragama Kristen Protestan yang tidak menaruh sosok tersebut sebagai sosok istimewa.
Inilah artikel yang kumaksud :
Yang Dikandung Tanpa Dosa
(Immaculate Conception)
8 Desember: Hari raya Santa Perawan Maria Dikandung tanpa dosa
Akulah Yang Dikandung Tanpa Dosa
Que Soy Era Immaculada Conceptiou
I Am The Immaculate Conception
Pesan Bunda Maria dalam suatu penampakan kepada St. Bernadette
Salah satu hal yang khas yang membedakan kita, umat Katolik, dari saudara-saudari kita yang Protestan adalah cinta dan penghormatan yang kita persembahkan kepada Bunda Yesus. Kita percaya bahwa Maria, sebagai Bunda Allah, sudah selayaknya memperoleh penghormatan, devosi dan penghargaan yang sangat tinggi.
Salah satu dogma (dogma = ajaran resmi gereja yang dinyatakan secara meriah dengan kekuasaan Paus) Gereja Katolik mengenai Bunda Maria adalah Dogma Dikandung Tanpa Dosa. Pestanya dirayakan setiap tanggal 8 Desember. Masih banyak orang Katolik yang belum paham benar mengenai dogma ini.
Jika kalian bertanya kepada beberapa orang Katolik : “Apa itu Dogma Dikandung Tanpa Dosa ?“, maka sebagian besar dari mereka akan menjawab, “Yaitu bahwa Yesus dikandung dalam rahim Santa Perawan Maria tanpa dosa, atau tanpa seorang bapa manusia.”
Jawaban demikian adalah jawaban yang salah, yang perlu dibetulkan. Ya, tentu saja Yesus dikandung tanpa dosa karena Ia adalah Allah Manusia. Tetapi Dikandung Tanpa Dosa adalah dogma yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung dalam rahim ibunya, Santa Anna, tanpa dosa asal. Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang dianugerahi karunia ini. Bunda Maria memperoleh keistimewaan ini karena ia akan menjadi bejana yang kudus dimana Yesus, Putera Allah, akan masuk ke dunia melaluinya.
Oleh karena itu, Bunda Maria sendiri harus dihindarkan dari dosa asal. Sejak dari awal mula kehadirannya, Bunda Maria senantiasa kudus dan suci – betul-betul”penuh rahmat“. Kita menggunakan kata-kata ini ketika kita menyapa Maria dalam doa Salam Maria, tetapi banyak orang yang tidak meluangkan waktu untuk memikirkan apa arti sebenarnya kata-kata ini.
Ketika Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Bunda Maria untuk menyampaikan kabar sukacita, dialah yang pertama kali menyapa Maria dengan gelarnya yang penting ini,
Lukas 1:28 “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Kata-kata “penuh rahmat” ketika diterjemahkan dari teks bahasa Yunani, sesungguhnya digunakan sebagai nama yang tepat untuk menyapa Maria. Istilah Yunani yang digunakan menunjukkan bahwa Maria dalam keadaan penuh rahmat atau dalam keadaan rahmat yang sempurna sejak dari ia dikandung sampai sepanjang hayatnya di dunia. Bukankah masuk akal jika Tuhan menghendaki suatu bejana yang kudus, yang tidak bernoda dosa untuk mengandung Putera-Nya yang Tunggal?
Bagaimana pun juga, Yesus, ketika hidup di dalam rahim Maria, tumbuh dan berkembang sama seperti bayi-bayi lainnya tumbuh dan berkembang dalam rahim ibu mereka masing-masing. Ia menerima darah Maria dan menerima makanan untuk pertumbuhan-Nya dari tubuh Maria sendiri.
Sebagian kaum Protestan menolak dogma ini dengan mengatakan bahwa Maria berbicara tentang “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.” Mengapa Maria memerlukan seorang Juruselamat, tanya mereka, jika ia tanpa noda dosa? Gereja mengajarkan bahwa karena Maria adalah keturunan Adam, maka menurut kodratnya ia mewarisi dosa asal. Hanya oleh karena campur tangan Allah dalam masalah yang unik ini, Maria dibebaskan dari dosa asal.
Jadi, sesungguhnya Maria diselamatkan oleh rahmat Kristus, tetapi dengan cara yang sangat istimewa. Rahmat tersebut dilimpahkan ke atasnya sebelum ia dikandung dalam rahim ibunya.
Kaum Protestan juga akan menyanggah dengan mengatakan bahwa dogma ini tidak sesuai dengan ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa” (Roma 3:23). Namun demikian, jika kita mempelajari masalah ini dengan sungguh-sungguh, kita akan menemukan beberapa pengecualian. Kitab Suci juga mengajarkan bahwa meskipun semua orang telah berbuat dosa, Yesus yang adalah sungguh-sungguh manusia tidak berbuat dosa.
Logis jika kita melanjutkannya dengan mengatakan bahwa Maria juga tidak berdosa dan dihindarkan dari dosa asal agar ia dapat tetap senantiasa menjadi bejana yang kudus untuk mengandung bayi Yesus.
Secara sederhana Dogma Dikandung Tanpa Dosa dapat dijelaskan sebagai berikut:
Seperti kita ketahui, Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan. Tuhan memberikan kepada mereka apa saja yang mereka inginkan di Firdaus, Taman Eden. Tetapi Allah berfirman bahwa mereka tidak diperbolehkan makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Lucifer, raja iblis, datang kepada mereka dan membujuk mereka makan buah pohon tersebut. Adam dan Hawa memakan buah itu; mereka tidak taat kepada Tuhan dan karenanya mereka diusir dari Firdaus. Oleh karena dosa pertama itu, semua manusia yang dilahirkan sesudah Adam dan Hawa mewarisi apa yang disebut “dosa asal”. Itulah sebabnya, ketika seorang bayi lahir, ia segera dibaptis supaya dosa asal itu dibersihan dari jiwanya sehingga ia menjadi kudus dan suci, menjadi anak Allah.
Ketika Tuhan hendak mengutus Putera-Nya, Yesus, ke dunia untuk menyelamatkan kita, Tuhan memerlukan kesediaan seorang wanita yang kudus untuk mengandung Yesus dalam rahimnya. Tuhan memutuskan bahwa wanita ini harus dibebaskan dari dosa asal Adam dan Hawa. Ia juga memutuskan bahwa wanita ini haruslah seseorang yang istimewa serta amat suci dan kudus.
Sama halnya seperti jika kalian mempunyai satu termos air jeruk segar, maka kalian tidak akan menuangkannya ke dalam gelas yang kotor untuk meminumnya, ya kan? Kalian akan menuangkan air jeruk segar itu ke dalam gelas yang bersih untuk meminumnya. Demikian juga Tuhan tidak ingin Putera Tunggal-Nya itu ditempatkan dalam rahim seorang wanita berdosa. Oleh karena itulah, Tuhan membebaskan Maria dari dosa asal sejak Maria hadir dalam rahim ibunya, yaitu Santa Anna.
Inilah yang disebut Dogma Dikandung Tanpa Dosa – memang suatu istilah yang sulit, tetapi artinya ialah Maria tidak mewarisi dosa Adam dan Hawa, sehingga Maria dapat menjadi seorang bunda yang kudus yang mengandung Yesus dalam rahimnya.”
sumber : “In Defense of the Blessed Virgin Mary”; http://www.qni.com/~catholic/defense.htm
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
wow..asyik banget tulisannya….
SukaSuka
Ping-balik: Tweets that mention Immaculate Conception « The works of Wiryanto Dewobroto -- Topsy.com
Terima kasih pak Wir atas pencerahannya. Ternyata bapak mencintai bunda Maria, bunda penebus dunia. Semoga berkat TUHAN selalu beserta bapak sekeluarga.
SukaSuka
Nama baptisku Maria Immaculata… dengan nama Bunda Agung ini aku merasakan hidupku dan perjalananku selalu dikawal dan didampingi oleh Bunda Kasih Abadi.. thanks for your beautiful article of Maria..
SukaSuka