Saya merasa tergugah untuk memberi tanggapan terhadap “curhat” seorang sarjana teknik listrik yang meskipun pernah mendapat pendidikan yang baik, mulai dari tingkat dasar sampai menyelesaikan tingkat sarjananya, tapi masih merasa belum apa-apa.

Ini curhat yang aku maksud, sbb :

Thx GOD,, tidak sengaja saya menemukan blog special ini. 0leh karena itu saya ingin sekali berbagi pergumulan, setelah sekian lama ada pertanyaan yang selalu mengganggu dalam benak saya. mengapa saya mengambil tehnik, kalo nyatanya saya kurang begitu menyukainya dibandingkan dengan seni musik.

Jujur saja, saya mengambil tehnik awalnya karena dorongan mama saya tercinta. Dari kecil dia melihat bakat dan hobi saya dalam hal mengotak-atik elektronik sampai memodifikasi mainan saya yang berbasis elektronik juga. Atas dasar itu mama saya meyakini bidang saya dalam hal tehnik elektro, namun sejak saya kelas 5 SD disitulah saya mulai mengenal alat instrument musik yaitu gitar saat mama saya menghadiahkannya untuk kakak perempuan pertama saya. Disitu saya mulai mempelajarinya secara otodidak dan bertanya kunci dasar kepada bapak saya.

Seiring waktu keahlian saya dalam bermusik pun berkembang, bahkan tanpa disadari saya memiliki bakat seni dan kepekaan terhadap kesenian instrument yang tinggi mulai dari menciptakan beberapa lagu sendiri sampai mahir memainkan beberapa alat instrument musik (gitar, drum, gitar bass, piano, sampai alat musik tradisional kecapi dari daerah saya). Dan sayapun menetapkan pendirian saya saat SMU untuk meneruskan kuliah dalam bidang kesenian, kebetulan pada saat sma saya kurang begitu bisa mengambil keputusan untuk menentukan daya minat saya dalam sesuatu hal istilah trend sekarangnya manusia galau yang kurang pendirian.

Saya bersekolah di SMU negeri yang statusnya bisa dikatakan termasuk sekolah ternama di Jakarta Utara yang predikatnya pun termasuk sekolah favorit, sampai-sampai kelas IPAnya saja hanya terdiri 1 kelas, tidak seperti IPS yang jumlah kelasnya bisa puluhan. Kebetulan saya sangat beruntung pada saat kenaikan kelas 3 saya berhasil memperoleh penjurusan di kelas IPA yang penyaringannya sangat begitu ketat dan dikategorikan termasuk hanya anak yg cerdas yang bisa duduk dibangku kelas IPA karena banyak sekali yang minat namun hanya prestasi yang mampu membayar tiket untuk menempati bangku kelas IPA tersebut. Tetapi itu semua bukan karna hebat saya, tetapi Karena Bapa di Surga yang memberi kesempatan tersebut, jujur saya tidak secerdas teman2 yang banyak masuk dikelas tersebut, akhirnya setelah lulus mama sayapun meminta saya untuk berkuliah di tehnik atas dasar background IPA saya. Awalnya saya menolak dan saya menentang mama dan berencana untuk ikut kuliah jurusan seni, karena dipaksa mau tidak mau saya terpaksa mengikuti kemauan orang tua saya untuk mengambil kuliah jurusan Tehnik Elektro, Kasus saya seperti yang Bpk.Wiryanto Dewobroto sebutkan pada pertanyaan “Kunci sukses menjadi seorang Engineermemilih bidang kuliah hanya karena tidak enak dengan orang tua dsbnya. Akhirnya saya pun terlambat menyelesaikan perkuliahan saya, tidak sama dengan kebanyakan siswa pada umumnya di kampus saya.

Setelah lulus saya kebingungan pekerjaan apa yang saya pilih, bahkan saya tidak sama sekali memiliki target dalam hidup saya karena sudah kehilangan arah, ilmu yang saya peroleh di bangku kuliah tidak sama sekali saya pelajari secara rutin, buat saya selesai kuliah ya sudah. Betapa bodohnya saya pada saat itu, dan saat saya menyadarinya begitu saya dihadapkan dengan realita yang sebenarnya yaitu dunia pekerjaan. Saya kehilangan arah dan kebingungan sampai saya bekerja tidak fokus pada bidang saya sendiri, mulai dari bekerja di anak perusahaan (subcon) Indonesia Power sebagai Investor atau permodalan project, overhaul power plan suralaya merak-banten, dan project perusahaan berkembang lainnya di luar BUMND bermodalkan dari senior di kampus namun saya hanya mengellola keuangan dan kontrak saja, tidak menggeluti bidang Tehnik-nya, lalu bekerja dibidang Jasa dan sempat berkecimpung dalam dunia marketing. Sama sekali ilmu Tehnik Elektro bidang arus kuat yang saya pelajari semasa kuliah tidak pernah saya terapkan semasa saya bekerja bertahun-tahun, Pada saatnya saya menyadari kesalahan saya dimasa lalu, terutama saat sekarang ini dimana akhirnya saya memilih jalan untuk menjadi seorang engineer, semua sudah terlanjur saat saya mencoba untuk menggeluti bidang E.I Eng. (electrical-instrument engineering) namun saya gagal dalam hal electricalnya tidak mempunyai pengalaman seperti pengalaman saya dalam bidang instrument Engineering sehingga saya pernah dipulangkan saat bekerja memasuki kurun waktu 2.5 bulan dari salah satu perusahaan Oil&Gas international, karena mereka membutuhkan SDM yang menguasai 2 bidang yaitu Electrical dan Instrument Eng dan saya hanya menguasai satu bidang saja, rasa kecewa saya yang besar menimbulkan pernyataan dalam diri belum tepat saya untuk menjadi seorang E.I engineer.

Mohon masukan, komentar serta saran dari Bpk.Wiryanto Dewobroto mengenai latar belakang kehidupan saya dimana letak ketidakpasan saya dalam menjalani kehidupan, menentukan profesi saya dan menentukan sikap, karna saya merasa mudah sekali menyerah mengapa sampai saat ini saya selalu ragu akan jalan hidup saya, selalu menyalahkan masa lalu saya padahal Tuhan selalu menuntun saya kedalam Jalan yang tepat dan benar,serta selalu memberi kesempatan yang terbaik untuk saya.

Trima Kasih GBU..

Memprihatinkan bukan. Meskipun demikian bagi saudara Deka, jangan kuatir. Kemampuan anda untuk dapat menuliskan permasalahan dan menyampaikan pada blog ini adalah sesuatu tindakan yang luar biasa. 50% kesuksesan anda atau jalan keluar dari masalah, sudah ditangan. Bagaimana tidak, menurut saya masalah yang paling besar adalah jika hal itu tidak bisa diidentifikasi. Nggak tahu kenapa, tapi rasanya hidup di dunia ini tidak menarik, membosankan, merasa tidak berguna. Wah gawat itu, orang lain pasti juga tidak bisa secara sengaja membantunya. Hanya kasih dan anugrah Tuhan yang dapat mengatasi, tetapi itupun tahunya jika dia sukses, jika tidak. Bisa-bisa jadi orang gila di pinggir jalan. 😦

Kasus seperti anda, terus terang banyak saya temukan. Banyak saya jumpai : di sekolah bagus, tidak ada masalah, lancar-lancar saja kelihatannya. Tetapi ketika sudah lulus, ada-ada saja masalahnya. Tidak selancar ketika sekolah dulu. Bahkan ada yang dijumpai masih belum mandiri, meskipun sudah punya anak yang sudah besar, atau kalaupun sudah bekerja tapi terlihat masih utang sana-sini. Yah, pokoknya masalah, begitulah.

Setelah mempelajari uraian anda, di dalam tulisan tersebut ternyata anda bisa mengidentifikasi bahwa bidang yang digeluti selama ini ternyata tidak sesuai dengan keinginan pribadi, dan menekankan bahwa itu penyebabnya. Jadi kalau begitu, sumber penyebabnya adalah mama anda. Begitu ya ?

Deta, jika anda mengiyakan apa yang saya sampaikan di atas. Maka masalah sebenarnya yang terjadi pada anda sudah diketemukan. Apa itu, yaitu kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang dikerjakan. Ingat manusia dewasa adalah manusia yang berani bertanggung-jawab terhadap tindakan pribadi yang dilakukannya dan tidak menyalahkan orang lain. Jadi jika anda mengiyakan, itu menunjukkan bahwa anda belum dewasa.

Jangan heran, umur seseorang yang mungkin secara fisik terlihat dewasa, tetapi kepribadiannya atau tepatnya mentalnya bisa saja belum dewasa, masih tergantung orang lain, atau kata lain selalu mencari kambing hitam terhadap setiap kegagalan yang ditemukannya.

Itu terjadi umumnya karena adanya ketakutan pada diri sendiri. Anda masih belum mempunyai kepercayaan diri bahwa apa yang menjadi pikiran anda akan benar-benar sesuai kenyataan. Ingat, pada waktu dulu ketika mama anda menyuruh mengambil jurusan teknik elektro, maka pastilah pada waktu itu anda belum bisa menunjukkan isi hati anda sebenarnya. Lihat saja, anda mempunyai kemampuan memperbaiki sirkit elektronik dari mainan anda, kemudian anda bisa menunjukkan bahwa anda diterima masuk IPA pada sekolah favorit, sedangkan musik yang anda punyai mungkin juga diakui oleh orang lain, tetapi kelihatannya tidak semenonjol dibanding kemampuan IPA anda. Itulah akhirnya mama anda punya keyakinan bahwa anda cocok bersekolah di teknik elektro. Tapi anda punya keyakinan lain, yaitu musik, meskipun demikian anda tidak sanggup (itu fakta bukan) mengubah keyakinan mama anda. Ingat, dalam hal ini yang ada di dalam benak mama anda adalah berkeinginan anaknya sukses di hari tua. Jadi pak Wir yakin sekali,  bahwa mama anda memilihkan anda sekolah itu bukan karena ego mama, tetapi demi anda, yaitu anaknya yang tersayang.

Dengan argumentasi di atas, sangat jelas, posisi mama anda tidak bisa dijadikan kambing hitam. Mama anda sudah memilihkan yang terbaik menurut keyakinannya pada waktu itu, yaitu berdasarkan pengamatan akan kemampuan-kemampuan yang anda tunjukkan.

Lalu mengapa anda sekarang gagal. Ya karena anda tidak bisa memasukkan keyakinan mama anda menjadi keyakinan anda. Posisi anda itu tanggung, setengah-setengah. Jika pada waktu itu anda memang takut dengan mama, lalu mengikuti baik secara fisik maupun pikiran sesuai dengan pikiran mama sehingga keyakinan mama anda menjadi keyakinan anda pula maka saya yakin anda tidak ada masalah. Masalahnya adalah anda punya pikiran bebas, yang berbeda dengan pikiran mama, tetapi anda tidak punyai keberanian untuk mewujudkannya. Jadi tepatnya, anda tidak mempunyai keyakinan untuk sukses dengan jurusan teknik elektro yang anda pelajari tersebut. Jadi kalau anda sekarang merasa gagal menjadi insinyur elektro yang mumpuni, tidak heran, itu adalah kemauan bawah sadar anda. Ya memang begitulah, jangan salahkan orang lain, anda yang membuatnya.

Jangan sepelekan yang disebut keyakinan. Itu bahkan unsur utama dari suatu kesuksesan yang ingin diraih. Anda tahu nggak itu. Sayang memang, pada pelajaran sekuler tidak pernah dibahas bagaimana yang namanya keyakinan itu ternyata memerankan sesuatu hal yang penting bagi kesuksesan hidup seseorang.   Saat ini, orang melihat bahwa yang namanya keyakinan itu diidentikkan sebagai agama saja. Coba tanya ke orang lain disekitarmu, “kamu keyakinannya apa”, pastilah dijawab dengan nama agama tertentu.

Memang sih, pentingnya keyakinan banyak dibahas dari segi agama, jarang diungkapkan pada pelajaran sekuler. Sedangkan keyakinan dalam bidang agama lebih pada kepentingan untuk golongan itu sendiri, padahal yang namanya keyakinan lebih dari itu. Keyakinan itu adalah sesuatu di dalam otak kita, yang mengarahkan pada kemauan kita untuk mengerjakan sesuatu baik sadar maupun bawah sadar. Jadi jelas sekali, bahwa apa yang anda lakukan selama ini hanya sekedar menjalankan pekerjaan secara sadar, adapun pikiran bawah sadar anda tidak membantu mengerjakannya.

Itu jelas sekali, anda tidak memberdayakan potensi diri anda yang sebenarnya, yang mama anda telah lihat jauh hari sejak anda kecil.

Jadi faktor-faktor yang menyebabkan anda seperti sekarang ini adalah keyakinan yang kurang, ketakutan untuk mengerjakan apa yang dipikirkan sendiri (tidak percaya diri) dan  yang lebih berbahaya lagi adalah anda tidak jujur pada diri sendiri. Lihat saja, anda sudah tahu sesuatu yang tidak cocok, tetapi anda tetap kerjakan. Memang sih, ketiga hal tersebut kalau saling berkelindan, menjadi ruwet.

Lalu bagaimana solusinya pak Wir.

O sudah nggak sabar ya. Baik, pertama : Apapun yang saya sampaikan ini pada dasarnya hanya sekedar nasehat, hanya menunjukkan arah. Sukses atau tidaknya memang tergantung pada diri anda sendiri.

Kedua, jika anda sudah bisa memahami bahwa keyakinan, ketakutan maupun jujur pada diri sendiri adalah sesuatu yang penting maka langkah awal yang anda dapat jalankan adalah bersyukur.

Apapun posisi anda saat ini, anda harus mensyukurinya. Anda harus bersyukur bahwa anda mempunyai ijazah formal Sarjana Teknik Elektro dan di sisi lain anda mempunyai ketrampilan musik. Banyak orang lain tidak seperti anda.

Langkah ke tiga, dari dua bidang tersebut, mana yang paling menonjol atau paling anda yakini akan sukses dijalankan, dan juga tidak ada ketakutan untuk menjalankannya. O ya mana yang paling anda nikmati untuk mengerjakannya. Jangan takut untuk mulai dari bawah, ingat lebih baik mundur satu langkah untuk dapat maju dua atau tiga langkah ke depan.

Untuk sementara itu dulu ya. Sukses untuk anda.

9 tanggapan untuk “menemukan jati diri”

  1. Eddy waluyo Avatar
    Eddy waluyo

    Dear SAHABAT ku………………

    Apa yang anda kisahkan MIRIP dengan kisah hidup saya.

    Saya bersekolah di SMPP 1 Cempaka putih ( sekarang SMA 77 jakarta) pada tahun 1978 sd 1980. Semenjak kecil ( kelas 6 SD ) saya sdh menyukai music , yang pada waktu itu kelas 6 SD saya adalah pemain Drum sebuah Band dewasa bernama PRIMADONA BAND ( kelas teri) kami pernah masuk TVRI juga. Pentas dimana mana Taman mini, Ancol dll. Kalau Ingat Trio The Kid, nah saya yang kelas terinya. Terus berkembang hingga saya pun bisa menguasai semua alat music seperti anda, Saat ini saya konsentrasi dengan Piano dan Keyboard.

    Saya juga pelukis aliran Realistic dan juga sering ikut Pameran seni semasa SMP dan SMA, Satu hal saya juga Gemar Fisika dan Matematika. Atas Saran Papa Mama saya masuk Jurusan IPA di SMA 77 cempaka putih tersebut.

    Terjadi kegalauan saat harus memutuskan Kuliah , Pilihan kami diskusikan duduk di meja makan bareng seluruh keluarga : Jurusan Seni Rupa ITB, atau Arsitek. LaLU Papa saya mengarahkan dengan berbagai alasan lebih baik T. SIPIL . Singkat cerita saya diterima di T. Sipil Undip untuk meneruskan kuliah.
    Saya coba jalani dengan lapang dada dan serius , akhirnya lulus dengan IP pas pasan untuk jaman saya yaitu 2 lebih. ( malu deh ). Saya jalani hidup dalam bidang keilmuan saya , menerima dengan nyaman berusaha Propesional dll sebagainya.

    Disela sela pekerjaan tetap saya ( sampai sekarang bahkan) saya tetap aktif ber music, juga sering menerima panggilan main dari teman teman seprofesi, minggu lalu saya main Organ di Apartemen Pejabat Tinggi Negara kemayoran.

    Saya ingat saat Krisis moneter thn 1998 sd 2000 lebih dimana Sarjana Teknik Bubar dan tidak ada yg butuh. Lowongan di Koran Zonk semua. Saya stress berat mas, mau makan apa anak istri saya.
    Lalu saya ingat tentang Talenta seni saya, Saya buka Organ tunggal, kursus music dan Vocal panggilan. Wahh wahh saat itu pendapatan saya lebih besar dari Gaji saya di kontraktor. Pada tahun 1998 sekali main saya dibayar Rp. 500 rb hanya main 2 Jam. Dalam seminggu saya bisa main 2- 3 kali
    Artinya segala sesuatu yg Tuhan Berikan kepada sesorang pada prinsipnya tidak ada yg tidak berguna , Tergantung bagaimana kita bisa menerimanya berterima kasih dan Cerdik memanfaatkannya. Betul gak P. Wir……………….?

    Jangan salahkan Papa dan Mama anda atau siapapun. Masa lalu adalah Punya Kita sedangkan masa datang hanya Allah yg tahu. Selalu Tegar dan Gunakan semua Talenta dan Ilmu yang kita punya untuk kebaikan Umat manusia. Amin
    .

    Salam kenal
    Eddy waluyo

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      @Eddy Waluyo : pantesan ngamen terus, . . . thesisnya bagaimana ?

      Suka

  2. rumah dijual di surabaya Avatar

    jujur kadang aq msi sering menyalahkn keadaan sbgai alsan knpa aku jdi sperti skarang ini…

    Suka

  3. Eddy waluyo Avatar
    Eddy waluyo

    HA HA HA p. Wir bisa saja,
    Saya di tugasi TNI AL Design Dock kapal di P. Sabang pak, ampun jauh banget harus survey dll
    Awal bulan saya mohon ijin ketemu ya pa wir.
    tgl 1 Oktober bisa gak P. wir
    Makasih ya Pak

    Suka

  4. Eddy waluyo Avatar
    Eddy waluyo

    Saya juga sudah Kordinasi dengan UNPAR pak, saya ditunggu P. Teguh (Unpar)
    masalah waktu test lab, jumlah sample dan spesifikasi peralatan milik Unpar
    Secepatnya saya ke Bandung pak

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Lho koq gitu. Tujuan thesis itu sederhana, yaitu meyakinkan dosen pembimbing dan dosen penguji. Masalah test dan lain-lainnya itu hanya sekunder. Jadi belum konsultasi ke dosen pembimbing koq sudah mau ngetest saja. Ya kalau disetujui, . . . .kalau nggak bagaimana itu. Ha, . . . ha, . . . .. 😀

      Suka

  5. Eddy waluyo Avatar
    Eddy waluyo

    waduhh salah lagi dehhh he he he
    Waktu itu kan Bapak menyarankan coba test lab saja
    Nah setahu saya Unpar kan padat jadwalnya pak
    Saya hanya sekedar mau kordinasi ” Kapan sih Lab nya kosong ” Gitu lho P. wir
    Maaf ya Pak, kalau hal ini salah
    Salam hormat

    Suka

  6. rokan Avatar

    lagi ngelamar nih…..

    Suka

  7. Pista Simamora Avatar

    Dear kamu yang bergalau..
    meskipun kamu merasa bekerja tidak pada bidangnya, maupun menyesali kesalahan kamu kemarin2, itu gak ada gunanya Kakak.. betul kata pak Wir, kamu harus bersyukur dengan apa yang kamu punya saat ini, jangan takut untuk mundur 1 langkah (memulai dari awal) demi kesuksesan kamu. Selain itu, gak ada gunanya juga kamu menyesali semua yang sudah terjadi, semua itu bisa kamu jadikan pelajaran yang berguna untuk kamu nantinya. harusnya kamu bangga, meskipun kamu lulusan sains, kamu juga mebuktikan bahwa kamu bisa bergabung dalam dunia sosial. meskipun tes kamu dalam engineer pernah gagal, bukan karena kamu tidak mampu, hanya saja kamu belum dapat menyesuaikan diri lagi dalam bidang itu. Apapun yang kamu lakukan, kamu harus yakin kamu bisa melakukan hal itu, lagi2 benar kata pak Wir, semua ada dalam keyakinan kamu. Kalau kamu yakin dengan satu hal, kamu pasti bisa melakukan hal itu dengan baik kakak. Tetap semangat ya Kakak..

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com