Berbicara tentang menulis skripsi tentunya sesuatu yang menarik, khususnya bagi seorang mahasiswa. Maklum pengalaman tersebut perlu dilalui jika ingin lulus, baik di level S1, S2 bahkan S3. Jadi kalau yang ingin banyak sekolah tinggi maka menulis skripsi atau thesis atau disertasi adalah wajib adanya. Oleh sebab itu artikelku
tip-tip menulis SKRIPSI
yang sudah berusia lebih dari 10 tahun ini, masih ada yang mengunjungi. Jadi ketika kemarin beres-beres menghidupkan lagi blog “The Work of Wiryanto Dewobroto” berpindah dari alamat lama, http://wiryanto.net yang kena suspend ke alamat baru http://wiryanto.blog maka sambil mengup-dated lagi link-link yang ada dan tentu saja perlu membaca lagi maka ketahuan isinya masih relevan. Oleh sebab itu bahkan saya tambah lagi dengan beberapa temuan yang sering aku jumpai dalam jeda 10 tahun tersebut.
Jadi bagi mahasiswa yang ingin skripsi atau thesis atau disertasi ada baiknya mereview lagi pengetahuannya dan membandingkannya dengan tip-tip menulis yang kubuat di atas. Jika sudah senada, yakin penulisan anda pasti akan lancar, tetapi yang ternyata bertolak belakang atau menemukan hal-hal baru maka anda perlu merenungkan lagi tentang rencana anda. Jangan grusa-grusu, bisa-bisa kecewa nantinya. Apalagi jika ketemu dosen yang kritis.
Oke. Aku tidak membahas threat-ku lebih lanjut, tetapi mencoba menjawab beberapa pertanyaan pembaca yang belum sempat aku tanggapi. Ini masalah yang memang sering terjadi diseputar penulisan. Mari kita baca komentar yang kupilih tersebut.
Dari saya pribadi khususnya sangat mengapresiasi adanya artikel ini karena sifat nya yang membangun dan memotivasi pelajar agar tetap fokus pada tujuan utamanya yang wajib diselesaikan pada tahap akhir bidang study.
Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan kepada bapak, tetapi kali ini saya ingin menanyakan beberapa poin saja sekira nya bapak dapat berikan penjelasan ataupun selebihnya masukan.
Kali ini yang mau saya tanyakan mengenai : adanya persamaan TANPA DISENGAJA. Adanya referensi jurnal tentu akan sangat mempermudah bagi pemula yang ingin menentukan sebuah topik atau tema yang akan diajukan ketika menentukan sebuah judul skripsi.
Pertanyaannya, saya menemukan kasus adanya persamaan di sebuah judul skripsi dengan objek yang sama, hanya subjek yang berbeda dan permasalahan yang diteliti hampir sama pengumpulan data berupa data primer maupun sekunder. setelah saya telusuri dan saya cermati hanya yang membedakannya TANPA DISENGAJA hanya di wilayah kecamatan yang berbeda
sekian dan terima kasih
Jujur saja ketika membaca ini, saya agak bingung. Itu alasannya saya tidak menjawabnya langsung, dan baru setelah beberapa bulan kemudian ketika membaca lagi maka saya mencoba melakukan analisis. Mengapa sampai ada pertanyaan di atas.
Mempelajari tulisan sdr Rogiee jika berdasarkan pernyataan “saya menemukan kasus” maka bisa diartikan yang bersangkutan adalah pihak luar, bukan penulis. Tetapi jika membaca lagi tulisannya yang memuat kata “TANPA DISENGAJA” sebanyak dua kali, dan diperbesar pula. Saya koq ragu bahwa sdr Rogiee itu pihak luar, saya bahkan merasakan itu sebagai upaya pembelaan terhadap sesuatu yang ditakutkan.
Hal yang ditakutkan dalam menulis adalah dianggap PLAGIAT, yaitu menuliskan karya tulis orang lain tanpa memberikan apresiasi dengan cara rujukan daftar pustaka. Jadi sebenarnya kata kunci pertama untuk mendapatkan solusi pertanyaan sdr Rogiee adalah KEJUJURAN. Pertama tentu saja harus jujur apakah anda adalah penulis skripsi yang diragukan itu (ada kesamaan) atau bukan.
Jika anda bukan penulisnya, mengapa anda bisa menyatakan bahwa ke dua skripsi yang diragukan itu adalah TANPA DISENGAJA. Darimana anda tahu itu. Ini aneh, apakah anda bisa mempertanggung-jawabkan pernyataan tersebut , dan apa motivasinya sampai-sampai skripsi orang lain anda nyatakan itu. Emangnya anda punya data pendukung (argumentasi) bahwa itu TANPA DISENGAJA. Jelas pernyataan anda tentang hal itu adalah tidak pada tempatnya, karena kenyataanya bisa-bisa para penulis skripsi itu melakukan pertukaran data, apalagi jika mereka merasa itu bukan satu universitas, atau bisa juga berbeda pembimbing (tetapi yang ini berisiko tinggi untuk ketahuan ketika diuji) atau bisa juga berbeda waktu. Maklum bagi yang sedang menulis skripsi kadang merasa bahwa itu beban berat, merasa itu hanya suatu kewajiban, jika bisa dipindahkan beban tersebut maka mereka akan membayarnya. Jadi seperti ujian sim, jika bisa membayar mengapa harus ujian. Selain itu skripsi khan tertutup sifatnya, tidak dipublikasikan ke luar. Jadi bisa juga suatu topik telah pernah dikerjakan akan digunakan lagi, yang penting pengujinya tidak tahu. Iya khan.
Orang-orang yang menulis skripsi dan merasa itu sebagai beban tentu akan menjadi objek empuk para penjual jasa penulisan skripsi. Nah yang menawarkan jasa seperti itu, banyak sekali lho. Ini aku google dan hasilnya :
Itu yang saya maksud, maka data-data skripsi yang pernah dibuat bisa saja didaur ulang lagi. Apalagi kalau dosen pembimbing skripsinya sendiri tidak tahu cara menulis yang benar.
Weit pak Wir ini, dosennya sudah pengalaman lama dalam pembimbingan skripsi. Bagaimana bisa beliaunya tidak tahu cara menulis yang benar ?
Itulah, di Indonesia ini yang namanya membimbing skripsi itu bukan karena yang bersangkutan bisa menulis, tetapi yang penting adalah bagaimana yang bersangkutan bisa menemukan kesalahan dari suatu skripsi dan memberikan petunjuk untuk hasil skripsi yang lebih baik. Yah seperti instruktur olahraga begitu, bisa menjelaskan tetapi belum tentu bisa melakukan sendiri. Untuk itu coba saja kamu lihat dosen-dosen senior pembimbing skripsi, punya nggak tulisannya yang mandiri. Kalaupun punya, lihat kualitasnya. Jujur, kalau soal itu saya prihatin. Hanya saja kalau tunjuk hidung, bisa-bisa lebih galak dari harimau.
Ok kita kembali ke pertanyaan sdr Rogiee. Jadi saya meragukan kejujuran saudara bahwa skripsi yang anda maksud adalah bukan tulisan saudara. Pertanyaan anda ke saya kesannya adalah mencoba mencari pembenaran, kalau tanpa sengaja boleh dong materinya sama cuma berbeda tempat.
Tadi di bagian atas saya sebut kata kuncinya adalah KEJUJURAN. Jika saya bisa berkata jujur bahwa saya (anggaplah saya penulis yang diragukan skripsinya) tidak melakukan plagiat dan ternyata dijumpai Judul Skripsi yang saya tulis tersebut ternyata sama dengan penulis yang lain. Nggak masalah, kita lihat siapa yang membahas lebih baik.
Kalau data yang digunakan sama ?
Tinggal ditanya, siapa yang membuat data. Kalau yang membuat keduanya, wah istimewa itu. Kalau itu terjadi, tinggal ditanya waktunya kapan. Kalau sama, bisa luar biasa itu.
Bisa pak, tetapi berbeda lokasi, berbeda Kecamatan !
Yah, kalau itu maka tentu tidak bisa dikatakan sama dong. Selanjutnya bisa dikembangkan cara mengakses data. Pasti akan terlihat sesuatu yang berbeda. Itu dengan kata kunci KEJUJURAN bahwa yang bersangkutan tidak melakukan plagiat.
Bahwa dengan cara yang samapun akan ketahuan siapa asli atau siapa yang melakukan plagiat. Sesuatu bisa sama, kecuali berbeda waktu suatu tulisan penelitian bisa terjadi. Nggak masalah itu. Seperti misalnya buku saya yang berjudul Struktur Baja, hanya dua kata, maka jelas banyak penulis lain yang membuat buku serupa. Bahan acuannya juga sama misalnya, AISC 2010. Tetapi jika yakin bahwa saya jujur tidak melakukan plagiat dan menulis sendiri secara orisinil maka siapa takut !
Gitu lho mas Rogiee. Jangan takut dikatakan sama. Jalan aja terus, nanti waktu jugalah yang akan membuktikan. GBU.
Hallo Pak. Selamat Malam. Saya sangat suka membaca artikel bapak tentang skripsi.
Saya mau nanya Pak. Saya sedang mengerjakan skripsi. Tapi yang jadi masalahnya dapat dosen pembimbing yang tidak pernah membimbing. Saya mengajukan proposal yang sudah jadi bab 1 ke dosen pembimbing. Kemudian saya tanya bagaimana hasilnya. Malah nggk dikoreksi. Malah disuruh lanjut seterusnya. Padahal saya maunya dikoreksi biar kalau ada yang kurang bisa diperbaiki atau ditambah.
Setelah selesai bab 2. Disuruh lanjut. Begitu lagi suruh lanjut terus. Saya kan jadi bingung, mau konsultasi kalau ada yang nggk tau mau tanya ke pembimbing tapi malah nggk pernah dibimbing. Saya jadi kesulitan nulis skripsinya.
Saya tanya pada kakak tingkat yang sudah sudah ternyata memang gitu karakternya. Suruh lanjut lanjut terus nggk dikoreksi sampai selesai. Eh tau taunya nggk dikoreksi sampai ujian skripsi. Pas ujian skripsi kakak tingkat yang saya tanyai dapat banyak banget pertanyaan. Katanya sih dibantai gitu. Pas diuji ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Terus dapat revisian banyak. Saya membayangkan ke diri sendiri, saya jadi ngeri sendiri melihat saya besok gimana.
Padahal saya kuliah di salah satu universitas negeri di **sensor** lho Pak. Kok ada dosen yang kayak gitu. Nggak mencerminkan dengan visi kampus yang katanya mau masuk ke world class university. Saya cek latar belakang dosen tersebut dia S1 dan S2 nya di **sensor**. Sekarang lagi kuliah S3. Beliau termasuk dosen yang murah dalam ngasih nilai banyak yang dapat A kalau mata kuliah yang diampu sama beliau. Paling paling kalau banyak yang salah. Dapat A.
Saya jadi takut gimana nanti pas ujian skripsi jika dihadapkan sama dosen lain yang lebih kritis. Ya kalau ujian skripsi cuman satu orang alias dosen pembimbing nggak masalah sih. Ntar juga murah ngasih nilainya. Wkwkk. Lha tapi kan nanti dosen yang nguji ada 3.
Maaf pak jadi curhat.
SukaSuka